Operasi Transplantasi Jantung di Indonesia Jadi Harapan Baru Pasien Jantung


RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) meluncurkan gedung baru untuk pelayanan bermutu tinggi bagi pasien penyakit jantung. (Foto: MP/Nabila Febria)
PENYAKIT kardiovaskular atau jantung masih menjadi salah satu penyebab kematian tertinggi di Indonesia. Pada 2014 sampai 2019, penyakit jantung, menjadi urutan kedua penyebab kematian terbanyak di segala usia.
Kematian itu didahului oleh gagal jantung yang terjadi ketika otot jantung tidak mampu memompa darah ke seluruh tubuh secara maksimal. Gagal jantung terjadi akibat banyak faktor seperti darah tinggi, gaya hidup yang kurang sehat, dan faktor keturunan.
Menyadari kenyataan tersebut, RS Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) meluncurkan gedung baru untuk pelayanan bermutu tinggi bagi pasien penyakit jantung.
“Orang kena serangan jantung, kalau disini, dia akan dilayani. Dibuka segala pembuluh darahnya dalam kurun waktu 70 menit. Kami standby 24 jam 7 kali dalam seminggu. Mengikuti standar Eropa,” ungkap Dr. dr. Irawan Dakota, Sp.JP (K), MARS, Direktur Utama RS JPDHK pada acara soft launching vertical building, di RSJPDHK, Jakarta, Kamis (10/11).
Baca juga:
Prosedur Transplantasi untuk Leukemia Sembuhkan Pasien Tertua HIV

RS JPDHK juga akan memberikan layanan yang baru pertama kali ada dan dilakukan di Indonesia. Salah satunya adalah Transplantasi jantung, sebuah proses operasi yang menggantikan jantung pasien dengan jantung donor. Sebuah harapan baru bagi pasien jantung di Indonesia.
“Jadi kebutuhan masyarakat untuk melakukan transplantasi cukup urgent ya karena dari lima, sekitar empat mungkin meninggal. Jadi belum terburu,” ungkap, Dr. dr Isman Firdaus, Sp.JP (K), dokter Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah.
Dr. Isman pun menambahkan, saat ini mereka telah menyiapkan segala keperluan transplantasi. Mulai dokter jantung, dokter anestesi, keperawatan, farmasi, hingga fisioterapis. Mereka juga telah mencoba melakukan pencakokan pada jantung babi. Dan itu berhasil! Kabar baik, ya.
Itu berarti Indonesia telah siap melakukan operasi transplantasi jantung. Walaupun pada awal-awal prakteknya mereka masih membutuhkan bantuan dari para dokter yang berasal dari luar negri.
“Jadi, kita tinggal menunggu adanya donor, sehingga kita bisa langsung melakukannya pada manusia,” ungkap Dr. dr. Dudy Arman Hanafy, Sp.BTKV (K), MARS, dokter Spesialis Bedah Toraks Kardiovaskular. Ia juga mengungkapkan bahwa donor jantung hanya bisa dilakukan oleh pendonor yang mati batang otak.
Baca juga:

Selain memiliki jantung yang sehat, para pendonor harus berusia dewasa sehingga mereka dapat memutuskan tanpa seizin orang tua.
“Kalau seseorang ingin mendonorkan, mereka harus dewasa terlebih dahulu dan maksimal jantung yang bisa didonorkan berusia dibawah 55 tahun,” ungkap dr. Dudy Arman kepada Merahputih.com.
Dr. Dudy juga melanjutkan, sampai detik ini belum ada bank donor yang menampung jantung para pendonor. Kerena itu, mereka yang ingin mendonorkan jantungnya bisa langsung mendaftarkan diri dengan datang ke RS JPDHK.
“Sebenarnya dari Komite Transplantasi Nasional mau dibuat sebuah komite atau badan untuk hal tersebut, seharusnya memang Independen yang dinaungi oleh pemerintah,” tutur dr. Dudy.
Peluncuran operasi transplantasi ini diharapkan mampu menurunkan risiko kematian pasien jantung. (nbl)
Baca juga:
Transplantasi Rambut Robotik dengan Teknologi AI Hadir di Indonesia
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
