Masyarakat Jangan Sesuka Hati Lepas Masker meski Sudah Vaksin Booster Kedua

Zulfikar SyZulfikar Sy - Rabu, 25 Januari 2023
Masyarakat Jangan Sesuka Hati Lepas Masker meski Sudah Vaksin Booster Kedua

Vaksinasi booster COVID-19 di Puskesmas Panunggangan Barat, Kecamatan Cibodas, Kota Tangerang, Rabu (12/1/2022). (MP/Dicke Pasetia)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.com - Vaksin COVID-19 booster kedua atau dosis empat kini sudah menyasar masyarakat umum.

Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengimbau kepada masyarakat yang telah melakukan vaksinasi booster kedua tetap menggunakan masker.

"Kita tidak absolut jadi setelah booster kedua lepas masker sesuka hati. Tetap saja kalau berada di tengah keramaian tetaplah memakai masker walaupun sudah booster kedua," kata Ketua Satgas COVID-19 PB IDI Erlina Burhan dalam konferensi pers secara daring, Rabu (25/1).

Baca Juga:

3 Ribu Lebih Warga Terima Vaksin COVID-19 Dosis Keempat

Menurut Erlina, vaksinasi booster tersebut memiliki tujuan bukan hanya untuk mencegah terinfeksi dari COVID-19.

"Tujuannya sekarang ini bukan lagi mencegah jangan sampai derajat getaran penyakitnya lebih berat kalau memang terinfeksi," ucapnya.

Erlina mengungkapkan, peminat booster memang tergolong rendah.

Berdasarkan data terkini pada 24 Januari 2023, masyarakat yang sudah vaksin dosis pertama sekitar 87 persen. Sedangkan orang yang vaksinasi kedua 74 persen.

Sementara vaksinasi ketiga atau booster pertama, angkanya stagnan, kenaikannya lambat.

Setelah beberapa bulan hanya 29,5 persen belum sampai 30 persen.

"Memang kenaikan booster pertama sangat-sangat pelan dan nyaris stagnan. Dan ini sudah lama angka 29 persen. Saya kira satu tahun belum juga lewat 30 persen," ungkapnya.

Baca Juga:

Booster Kedua Sudah Dimulai, Cek Jenis Kombinasi Vaksinasinya

Erlina mengungkapkan, capaian vaksinasi booster kedua masih sangat rendah, sekitar lima persen atau 1 juta orang.

Vaksinasi ini memang awalnya diberikan untuk tenaga kesehatan dan lansia.

"Jadi vaksinasi keempat atau booster kedua masih rendah," ujarnya.

Oleh karena itu, lanjut Erlina, adanya surat edaran pemberlakuan booster kedua atau vaksinasi keempat ini diperluas ke seluruh kelompok masyarakat yang berusia di atas 18 tahun, menurutnya tepat.

Apalagi pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat di Indonesia (PPKM) sudah dicabut, ekonomi sudah seperti normal, laju mobilisasi meningkat, dan kehidupan sosial sudah marak.

"Jadi saya kira dengan vaksinasi keempat atau booster kedua salah satu upaya meningkatkan proteksi masyarkat Indonesia," ujarnya.

Pemerintah sudah memberikan pelayanan booster kedua kepada masyarakat usia 18 tahun ke atas dimulai 24 Januari 2023 kemarin.

Syaratnya jarak vaksinasi booster pertama dan kedua jaraknya harus enam bulan atau lebih. Jika masih sebulan atau dua bulan masih belum bisa booster kedua. (Knu)

Baca Juga:

Kemenkes Telah Menyebar 40 Juta Undangan Vaksinasi Booster Kedua

#Ikatan Dokter Indonesia (IDI) #Vaksinasi #Vaksin Covid-19
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Suhu Dingin dan Kabut di Jabodetabek Hasil Rekayasa agar Angka Penyakit TBC Meningkat
Akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela” menyebut, rekayasa cuaca itu dilakukan agar penyakit TBC kembali tinggi sehingga berdampak pada penggunaan vaksin dan obat.
Frengky Aruan - Minggu, 06 Juli 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Suhu Dingin dan Kabut di Jabodetabek Hasil Rekayasa agar Angka Penyakit TBC Meningkat
Indonesia
Klaim Vaksin HPV Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli yang Bikin Plong
Semakin cepat terdeteksi, semakin tinggi peluang kesembuhannya
Angga Yudha Pratama - Kamis, 26 Juni 2025
Klaim Vaksin HPV Sebabkan Kemandulan, Ini Penjelasan Ahli yang Bikin Plong
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin Disiapkan Sebelum Penyakitnya Muncul, Sebabkan Kebodohan hingga Mandul
Tengah viral di media sosial informasi yang menyebut vaksin sengaja disiapkan sebelum penyakit tersebut muncul.
Frengky Aruan - Rabu, 11 Juni 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin Disiapkan Sebelum Penyakitnya Muncul, Sebabkan Kebodohan hingga Mandul
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Informasi ini diunggah akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”.
Frengky Aruan - Senin, 09 Juni 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Ada Bantuan Sosial Bagi Peserta Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates
TurnBackHoax menelusuri klaim pemberian bantuan sosial di laman resmi kemensos.go.id dan kemkes.go.id melalui mesin pencarian Google.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 27 Mei 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Ada Bantuan Sosial Bagi Peserta Uji Coba Vaksin TBC Bill Gates
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin mRNA, TBC, dan Malaria Disebarkan Lewat Udara, Efeknya Memicu Sesak Napas
Informasi tersebut diunggah akun Facebook “Jefri Papahnya Aqiela”
Frengky Aruan - Minggu, 25 Mei 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin mRNA, TBC, dan Malaria Disebarkan Lewat Udara, Efeknya Memicu Sesak Napas
Indonesia
Gerindra Kawal Uji Coba Vaksin TBC Teranyar, Alasan BPOM Sudah Berikan Izin Pakai
Fraksi Partai Gerindra menegaskan bahwa seluruh proses harus dikawal dengan transparan dan akuntabel.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 16 Mei 2025
Gerindra Kawal Uji Coba Vaksin TBC Teranyar, Alasan BPOM Sudah Berikan Izin Pakai
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: IDI Publikasikan 19 Minuman yang Sebabkan Diabetes dan Pengerasan Otak
Pesan berantai dengan klaim “IDI rilis 19 minuman yang mengandung Aspartame penyebab pengerasan otak” adalah konten palsu
Angga Yudha Pratama - Kamis, 08 Mei 2025
[HOAKS atau FAKTA]: IDI Publikasikan 19 Minuman yang Sebabkan Diabetes dan Pengerasan Otak
Indonesia
PB IDI Protes Mutasi dan Pemberhentian Dokter Vertikal oleh Kemenkes, Dinilai Tidak Punya Alasan
PB IDI memohon kepada Kementerian Kesehatan untuk menghormati dan melindungi hak dokter, terutama dalam menyampaikan pendapat serta berpartisipasi dalam pengambilan keputusan.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 05 Mei 2025
PB IDI Protes Mutasi dan Pemberhentian Dokter Vertikal oleh Kemenkes, Dinilai Tidak Punya Alasan
Bagikan