Mantan Diplomat Sebut Korut akan Berunding dengan AS Soal Kebijakan Nuklir jika Trump Menang Pemilu
Bendera Korea Utara. (Foto: Unsplash/Micha Brändli)
MerahPutih.com - Korea Utara ingin membuka kembali perundingan nuklir dengan Amerika Serikat jika Donald Trump terpilih kembali sebagai presiden. Hal tersebut diungkapkan oleh mantan diplomat senior Korea Utara Ri Il Gyu yang baru-baru ini membelot ke Korea Selatan.
Dilansir CNA, Jumat (2/8), dalam wawancara pertamanya dengan media internasional, Ri mengatakan Korea Utara telah menetapkan Rusia, AS, dan Jepang sebagai prioritas utama kebijakan luar negerinya untuk tahun ini dan seterusnya.
Sambil memperkuat hubungan dengan Rusia, Ri mengatakan Korea Utara ingin membuka kembali perundingan nuklir jika Trump memenangi Pemilu AS pada November.
"Kim Jong Un tidak tahu banyak tentang hubungan internasional dan diplomasi, atau bagaimana membuat penilaian strategis," kata Ri.
Baca juga:
Pertemuan puncak antara pemimpin Korea Utara Kim Jong Un dan Trump di Vietnam pada 2019 gagal karena sanksi. Saat itu Ri menyalahkan keputusan Kim untuk mempercayakan diplomasi nuklir kepada komandan militer yang tidak berpengalaman.
"Kali ini, Kementerian Luar Negeri pasti akan mendapatkan kekuasaan dan mengambil alih kendali, dan tidak akan mudah bagi Trump untuk mengikat tangan dan kaki Korea Utara lagi selama empat tahun tanpa memberikan apa pun," ujar Ri. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Unjuk Kekuatan Nuklir, Korut Uji Rudal Jelang Kedatangan Presiden Trump ke Korsel
Respons Pernyataan Trump, Moskow Sebut Rusia, China, dan Korut Tidak Berkomplot Melawan Amerika Serikat
Misterius Banget, ini Sosok Kim Ju-ae, Anak Pemimpin Korea Utara yang Disebut Calon Penerus
China Pamer Kekuatan Militer dalam Parade Peringatan 80 Tahun Berakhirnya Perang Dunia II
Putri Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un Jadi Sorotan dalam Kunjungan ke China, Disebut Calon Penerus
Korea Selatan Bongkar Pengeras Suara Propaganda yang Mengarah ke Korea Utara, Upaya Awal Rekonsiliasi
Korea Utara Buka Resor Pantai Baru demi Cuan di Tengah Sanksi Ketat
Pertama dalam Sejarah nih, Pembelot Korea Utara Gugat Kim Jong-un atas Tindakan Penyiksaan
Korut Kutuk Serangan AS ke Fasilitas Nuklir Iran Langgar Piagam PBB
Korut Tepis Isu 6.000 Tentaranya Tewas di Perang Rusia-Ukraina, Hanya Ratusan