Manfaat Menjaga Kesehatan Mental dan Kebahagiaan Karyawan


Terapkan sistem bekerja hybrid untuk fleksibilitas jam kerja bagi karyawan. (Foto: Unsplash/Windows)
MENJAGA kesehatan mental dan kebahagiaan karyawan adalah hal-hal yang patut dan penting dilakukan oleh perusahaan. Ini seiring dengan keterbukaan informasi dan pemahaman banyak orang tentang pentingnya kesehatan mental. Dan hal ini menjadi pertimbangan karyawan dalam memilih lingkungan kerja.
Perusahaan teknologi Venteny meyakini seharusnya perusahaan menaruh perhatian khusus terhadap kesehatan mental, serta memberikan program-program yang bermanfaat untuk memelihara kondisi karyawannya.
Damar Raditya, Group Chief Operating Officer Venteny, mengatakan perusahaan yang peduli dengan kesehatan mental dan kebahagiaan karyawannya adalah tipe perusahaan yang mampu bertahan pada masa pandemi. Sebab, lingkungan kerja yang baik dan peduli dengan kesehatan mental menjadi salah satu faktor penting bagi karyawan dalam memilih tempat bekerja.
Venteny mencatat setidaknya ada tiga ciri perusahaan progresif : memberikan benefit berupa program edukasi kesehatan mental (mental health education), menerapkan sistem kerja hibrid (hybrid work environment), dan pemimpin yang memberikan teladan (exemplary leadership).
Baca juga:

Perusahaan dapat menyelenggarakan kegiatan edukasi kesehatan mental seperti masalah kecemasan, manajemen konflik di kantor, menghadapi tekanan dalam bekerja, dan lainnya. Perusahaan juga dapat menyediakan employee benefit dengan membiayai karyawan untuk berkonsultasi dengan profesional.
Selain itu, terapkan sistem bekerja hibrid untuk fleksibilitas jam kerja bagi karyawan dan mampu meningkatkan kesehatan mental, aktivitas fisik, dan keseimbangan kehidupan kerja (work life balance).
Sistem ini memang tidak dapat diterapkan di seluruh industri atau jabatan dalam organisasi, namun akan sangat bermanfaat bagi pekerjaan yang membutuhkan analisa, strategi, inspirasi, dan kreativitas.
Penting juga untuk menerapkan kepemimpinan yang memberikan teladan. Ketika sebuah perusahaan ingin karyawannya peduli dengan kesehatan mental, maka hal tersebut harus dicontohkan juga oleh para pemimpin.
Baca juga:

Hal tersebut dapat dimulai dengan mengondisikan pengetahuan tentang kesehatan mental sebagai hal yang lumrah, normalisasi untuk pengambilan cuti untuk melakukan terapi kejiwaan atau sekedar break dari rutinitas pekerjaan. Dengan menaruh perhatian pada kesehatan mental karyawan, perusahaan dapat membidik return of investment (ROI) yang sepadan dari hasil produktivitas karyawannya.
"Kami percaya bahwa kebebasan yang diberikan oleh perusahaan bagi karyawan untuk memilih program pelatihan kesehatan mental serta kemudahan akses berbagai layanan kebutuhan mampu mendorong perusahaan agar lebih progresif ke depannya," tutup Damar. (and)
Baca juga:
Pemprov DKI Bakal Tutup Perusahaan Suruh Karyawan Belum Vaksin Masuk Kerja
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja

Pelan Tapi Pasti Hempas Insecure, Ini 5 Cara Mudah Tingkatkan Kepercayaan Diri
