Legislator PKB Tekankan Diplomat Indonesia Harus Mahir dalam Cyber Diplomacy
Gedung Kementerian Luar Negeri. Foto: Kemlu RI
MERAHPUTIH.COM - ANGGOTA Komisi I DPR RI dari Fraksi Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Syamsu Rizal menekankan pentingnya adaptasi diplomat Indonesia terhadap perkembangan era digital. Menurutnya, diplomasi modern tidak lagi sekadar berbasis tatap muka, tapi juga memanfaatkan teknologi digital atau cyber diplomacy.
Hal ini disampaikan Syamsu Rizal dalam Diskusi bertajuk Dubes Baru Harapan Baru: Upaya Memaksimalkan Diplomasi RI di kompleks parlemen Senayan, Jakarta, Kamis (17/7).
Deng Ical, sapaan akrab Syamsu Rizal, menyatakan tugas diplomat saat ini tidak hanya mencakup duta besar, tetapi juga seluruh jajaran diplomatik, mulai dari konselor hingga atase. "Diplomasi modern bukan lagi sekadar mewakili kepentingan negara secara tradisional, melainkan juga membuka dan memelihara pasar, memperkuat branding, serta menciptakan win-win solution di tengah dunia yang semakin multipolar," ujarnya.
Legislator asal Sulawesi Selatan ini menjelaskan diplomasi saat ini telah bertransformasi menjadi cyber diplomacy, dengan interaksi tidak selalu memerlukan pertemuan fisik. "Zaman sekarang, diplomasi diawali dengan pertukaran pesan digital, baru kemudian diikuti pertemuan delegasi. Contohnya, saat Presiden Prabowo ke Prancis, tinggal menandatangani dokumen karena semuanya sudah dipersiapkan secara digital," jelasnya.
Baca juga:
Pramono: Menuju Kota Global, Penting Jakarta Aktif dalam Diplomasi Dunia
Selain itu, Deng Ical juga menekankan bahwa diplomasi kini menjadi tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia. "Ketika masyarakat membuka Google atau media sosial, mereka turut membangun citra Indonesia di mata dunia. Setiap unggahan positif dapat menjadi soft power dalam diplomasi," ucapnya.
Ia mencontohkan kasus penyelamatan pendaki asal Brasil di Gunung Rinjani oleh tim SAR Indonesia. Awalnya, citra Indonesia di Brasil sempat negatif, tapi berbalik 180 derajat setelah aksi penyelamatan tersebut viral. "Masyarakat Brasil bahkan menggalang dana hingga Rp 1,3 miliar dan memberikan apresiasi luar biasa. Ini bukti bahwa soft power diplomacy sangat efektif," ujarnya.
Deng Ical juga menyoroti tantangan diplomasi Indonesia di kawasan Pasifik, dengan citra Indonesia masih kerap negatif, terutama terkait dengan isu Papua. "Kita harus terus membangun narasi positif melalui berbagai pendekatan, termasuk melibatkan diaspora Indonesia di Pasifik," tegasnya.
Ia berharap, di masa depan, diplomat Indonesia tidak hanya fokus pada hubungan politik, tetapi juga memperluas kerja sama ekonomi, budaya, dan pendidikan.
"Kinerja diplomat harus diukur dari seberapa besar mereka bisa memperluas pasar dan meningkatkan nilai tambah bagi Indonesia," pungkasnya.(Pon)
Baca juga:
PINTU Incubator Perkuat Diplomasi Kreatif Lewat Kerja Sama dengan École Duperré Paris
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
DPR Sentil Kemenhut Soal Loyonya Penegakan Hukum Kehutanan, Taubat Ekologi Bisa Jadi Solusi
Pemerintah Didesak Bentuk BRR Ad Hoc untuk Pemulihan Cepat Pasca Bencana Sumatera
DPR Serukan 'Taubat Ekologi' ke Menhut Raja Juli Sebagai Refleksi Kerusakan Lingkungan
DPR Minta Bapeten Berada Langsung di Bawah KLH untuk Perkuat Pengawasan Bahan Radioaktif
Pemulihan Infrastruktur Dasar Jadi Penentu Keselamatan Warga Terdampak Bencana Sumatra
Dana 'On Call' Rp 4 Triliun untuk Bencana di Sumatra Sudah Menanti, DPR Desak Pemerintah Gunakan Anggaran Darurat
Gas Elpiji Langka Hingga Dapur Umum Bencana 'Mati Suri' di Aceh, Pertamina Diminta 'Gercep' Lewat Udara
Dokumen Hilang Saat Bencana Aceh-Sumut, Imigrasi Diminta Bebaskan Syarat dan Biaya Penerbitan Kembali Paspor
Setop Narasi Cuaca Ekstrem! DPR Tegaskan Bencana di Sumatera Buntut Kasus Perusakan Hutan Massif
Pemerintah Didesak Segera Setop Izin Alih Fungsi Usai Bencana Hidrometeorologi di Sumatera