Kenali Jenis-Jenis Depresi dan Cara Menanganinya


Depresi ternyata memiliki perbedaannya masing-masing. (Foto: Unsplash/Anthony Tran)
DEPRESI mungkin kondisi yang sering terjadi akibat putus asa, mengalami kegagalan, dan kekurangan motivasi. Ini menjadi salah satu kondisi kesehatan mental serius yang berbahaya. Tingkat depresi ada yang ringan, namun ada juga yang cukup parah hingga berisiko mengancam nyawa.
Seiring berjalannya waktu, perasaan sedih bisa menghilang dan kondisi emosional kembali normal. Namun, jika perasaan tersebut menetap hingga jangka waktu yang panjang, apalagi muncul tanpa alasan yang jelas, maka kemungkinan hal tersebut disebabkan oleh depresi. Melansir dari laman Alodokter, berikut jenis-jenis dan gejala dari depresi.
Baca juga:
Tips Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Pandemi Virus Corona
Depresi mayor

Jenis depresi ini merupakan depresi yang membuat penderitanya merasa sedih dan putus asa sepanjang waktu. Seseorang dikatakan depresi mayaor apabila mengalami gejala perubahan berat badan, gangguan tidur, suasana hati yang murung, dan kehilangan minat terhadap hobi atau ativitas yang disukai.
Gejala ini bisa berlangsung selama berbulan-bulan. Terlepas dari itu, depresi berat dapat mengganggu aktivitas dan kualitas hidup pengidapnya.
Depresi persisten

Depresi persisten atau distimia merupakan istilah yang digunakan untuk menggambarkan kondisi depresi yang bersifat kronis.
Gejala yang ditimbulkan sama seperti depresi pada umumnya, namun depresi jenis ini berlangsung hingga bertahun-tahun.
Walau gejalanya tidak selalu berat seperti depresi mayor, penderita depresi persisten juga sering kali memiliki kesulitan dalam bersosialisasi dan menjalani aktivitas sehari-hari.
Gangguan bipolar

Gangguan bipolar ditandai dengan perubahan suasana hati yang sangat drastis. Terkadang, orang yang memiliki gangguan ini bisa merasa sangat senang dan berenergi di suatu waktu, namun tiba-tiba menjadi sedih dan depresi.
Penderita bipolar akan mengalami gejala seperti optimis, tidak bisa diam, sangat berenergi, percaya diri berlebihan, banyak pikiran, dan nafsu makan meningkat.
Orang yang memiliki gangguan bipolar biasanya akan masuk ke fase mood yang normal, lalu kemudian masuk ke fase depresi. Perubahan mood ini bisa terjadi dalam waktu hitungan jam, hari, atau berminggu-minggu.
Baca juga:
Fitur Baru Snapchat untuk Bantu Kesehatan Mental saat Pandemi Corona
Depresi psikotik

Jenis depresi ini ditandai dengan gejala depresi berat yang disertai dengan halusinasi atau gangguan psikotik. Tipe depresi ini biasanya sering terjadi pada orang tua.
Namun, tidak menutup kemungkinan kaum muda bisa mengalaminya. Selain usia lanjut, riwayat trauma psikologis yang berat di masa kecil juga dikatakan dapat meningkatkan risiko seseorang untuk mengalami depresi.
Depresi postpartum

Depresi postpartum adalah jenis depresi yang terjadi pada ibu yang baru saja melahirkan. Mereka akan mengalami gejala seperti selalu merasa tertekan, sulit berkonsentrasi, susah tidur, nafsu makan berkurang, dan sulit menghasilkan ASI.
Depresi jenis ini bisa menyerupai gangguan psikologis yang disebut sindrom baby blues syndrome. Mesk gejalanya mirip, kedua kondisi tersebut berbeda.
Lalu, bagaimana cara menangani depresi?
Depresi bukanlah perasaan sedih biasa. Tanpa penanganan yang tepat, depresi cenderung akan menetap dan bisa bertambah parah.
Oleh karena itu, jika kamu mengalami depresi, sebaiknya konsltasikan hal tersebut ke psikiater agar kondisimu dapat segera ditangani. Penaganan biasanya dapat berupa konseling atau psikoterapi, serta pemberian obat-obatan. (and)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental

The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati

Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan
