Kenali Faktor Penyebab Hasil Tes COVID-19 Bisa Beda dalam Sehari

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Kamis, 10 Februari 2022
Kenali Faktor Penyebab Hasil Tes COVID-19 Bisa Beda dalam Sehari

Mengenal faktor penyebab hasil tes COVID-19 bisa berbeda beda dalam sehari (Foto: Pixabay/shafin_protic)

Ukuran:
14
Audio:

SEJUMLAH orang melihat bahwa hasil tes COVID-19 yang berbeda-beda dalam sehari. Mengenai hal itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan ada setidaknya empat faktor yang menyebabkan hal tersebut.

Faktor yang menyebabkan hasil tes COVID-19 seperti antigen maupun PCR dapat berbeda dalam sehari, tergantung jumlah virus yang ada pada pasien dan proses pengambilan sample-nya.

Baca Juga:

Seorang Pria Positif COVID-19 Selama 14 Bulan, Kok Bisa?

Ada beberapa faktor penyebab hasil tes COVID-19 bisa berbeda (Foto: Pixabay/geralt)

"Jumlah virus yang ada pada pasien. Proses pengambilan sampel, apakah memang tepat sesuai tempat yang ada jumlah virus yang memadai," kata Dokter Tjandra seperti yang dikutip dari laman Antara.

Kemudian, untuk faktor lainnya, menurut dokter Tjandra yakni transportasi sample dari tempat pengambilan ke tempat pemeriksaan, serta proses pemeriksaan di laboratorium. "Baik aspek teknik laboratorik maupun juga proses administrasi pencatatan dan pelaporan hasil," jelas Prof. Tjandra.

Mengenai hasil tes COVID-19, ada empat kemungkinan hasil, termasuk pada tes PCR yakni benar positif, benar negatif, positif palsu, dan negatif palsu. Benar dan salah mengacu pada keakuratan tes. Sementara positif serta negatif mengacu pada hasil yang diterima oleh si pasien.

Mengenai hasil tersebut, Geoffrey Baird, M.D selaku Professor di Department of Laboratory Medicine and Pathology, University of Washington School of Medicine menjelaskan, bahwa hasil positif palsu berarti seseorang telah mendapat hasil positif, namun tak benar-benar terinfeksi virus SARS-CoV-2.

Baca Juga:

Penyintas COVID-19 Tetap Berisiko Terpapar Omicron

tes antigen paling akurat ketika yang menjalani tes memiliki gejala (Foto: Pixabay/alexandra_koch)

Menurutnya, tes antigen paling akurat ketika yang menjalani tes memiliki gejala. Karena, biasanya hal itu berkorelasi dengan adanya banyak virus pada tubuh, sehingga lebih mudah dideteksi. Pada tes antigen COVID-19 mengharuskan pemeriksa menyeka lubang hidung pasien, guna mengumpulkan sampel. Namun tujuannya bukan untuk mengambil lendir.

"Banyak orang berpikir menggali sedalam mungkin. Itu sebenarnya dapat menyebabkan beberapa hasil positif palsu. Ingus, rambut, darah, dan tambahan lainnya dapat mengganggu kemampuan tes untuk mengidentifikasi antigen SARS-CoV-2," jelas Baird.

Meski begitu, menurut pakar kesehatan dari Johns Hopkins Center for Health Security, Gigi Gronvall, Ph.D, standar pengujian COVID-19 yakni dengan tes PCR, atau dikenal juga sebagai pengujian molekuler.

Tapi, tes antigen biasa sama sensitifnya dengan tes PCR saat seseorang mengalami gejala. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pun menyatakan, meski spesifisitas tinggi dari tes antigen, hasil positif palsu bisa saja terjadi.

"Secara umum, untuk semua tes diagnostik, semakin rendah prevalensi infeksi di masyarakat, semakin tinggi proporsi hasil tes positif palsu," jelas CDC. (Ryn)

Baca Juga:

Mengintip Daftar Negara dengan Penanganan COVID-19 Terburuk

#Kesehatan #COVID-19
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan