Kenali Faktor Penyebab Hasil Tes COVID-19 Bisa Beda dalam Sehari


Mengenal faktor penyebab hasil tes COVID-19 bisa berbeda beda dalam sehari (Foto: Pixabay/shafin_protic)
SEJUMLAH orang melihat bahwa hasil tes COVID-19 yang berbeda-beda dalam sehari. Mengenai hal itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran, Universitas Indonesia, Prof. dr. Tjandra Yoga Aditama, mengatakan ada setidaknya empat faktor yang menyebabkan hal tersebut.
Faktor yang menyebabkan hasil tes COVID-19 seperti antigen maupun PCR dapat berbeda dalam sehari, tergantung jumlah virus yang ada pada pasien dan proses pengambilan sample-nya.
Baca Juga:

"Jumlah virus yang ada pada pasien. Proses pengambilan sampel, apakah memang tepat sesuai tempat yang ada jumlah virus yang memadai," kata Dokter Tjandra seperti yang dikutip dari laman Antara.
Kemudian, untuk faktor lainnya, menurut dokter Tjandra yakni transportasi sample dari tempat pengambilan ke tempat pemeriksaan, serta proses pemeriksaan di laboratorium. "Baik aspek teknik laboratorik maupun juga proses administrasi pencatatan dan pelaporan hasil," jelas Prof. Tjandra.
Mengenai hasil tes COVID-19, ada empat kemungkinan hasil, termasuk pada tes PCR yakni benar positif, benar negatif, positif palsu, dan negatif palsu. Benar dan salah mengacu pada keakuratan tes. Sementara positif serta negatif mengacu pada hasil yang diterima oleh si pasien.
Mengenai hasil tersebut, Geoffrey Baird, M.D selaku Professor di Department of Laboratory Medicine and Pathology, University of Washington School of Medicine menjelaskan, bahwa hasil positif palsu berarti seseorang telah mendapat hasil positif, namun tak benar-benar terinfeksi virus SARS-CoV-2.
Baca Juga:

Menurutnya, tes antigen paling akurat ketika yang menjalani tes memiliki gejala. Karena, biasanya hal itu berkorelasi dengan adanya banyak virus pada tubuh, sehingga lebih mudah dideteksi. Pada tes antigen COVID-19 mengharuskan pemeriksa menyeka lubang hidung pasien, guna mengumpulkan sampel. Namun tujuannya bukan untuk mengambil lendir.
"Banyak orang berpikir menggali sedalam mungkin. Itu sebenarnya dapat menyebabkan beberapa hasil positif palsu. Ingus, rambut, darah, dan tambahan lainnya dapat mengganggu kemampuan tes untuk mengidentifikasi antigen SARS-CoV-2," jelas Baird.
Meski begitu, menurut pakar kesehatan dari Johns Hopkins Center for Health Security, Gigi Gronvall, Ph.D, standar pengujian COVID-19 yakni dengan tes PCR, atau dikenal juga sebagai pengujian molekuler.
Tapi, tes antigen biasa sama sensitifnya dengan tes PCR saat seseorang mengalami gejala. Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) pun menyatakan, meski spesifisitas tinggi dari tes antigen, hasil positif palsu bisa saja terjadi.
"Secara umum, untuk semua tes diagnostik, semakin rendah prevalensi infeksi di masyarakat, semakin tinggi proporsi hasil tes positif palsu," jelas CDC. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
