Kemendikbudristek dan UNICEF Terbitkan Modul Remaja Sehat Jiwa Raga


Kemendikbudristek-UNICEF meluncurkan Modul Guru Belajar dan Berbagi Seri Remaja Sehat Jiwa dan Raga. (Foto: YouTube/Ditjen GTK Kemdikbud)
MASA remaja adalah masa penuh gejolak. Masa ini beberapa hormon tumbuh melonjak. Emosi remaja pun jadi mudah meledak-ledak.
Remaja mulai mencari jati diri, memilih teman, dan mencoba hal baru banyak-banyak. Sering kali tanpa dipikir masak-masak. Karena itulah hidup banyak remaja jadi ngeblangsak (hidup tak karuan).
Menyadari kompleksnya masa remaja, Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) bersama dengan UNICEF meluncurkan Modul Guru Belajar dan Berbagi Seri Remaja Sehat Jiwa dan Raga untuk guru SMP, SMA, dan SMK secara daring lewat kanal YouTube Ditjen Guru dan Tenaga Kependidikan (GTK) Kemdikbud (31/10)
"Modul ini hadir untuk menjawab beragam permasalahan kompleks yang terjadi di kalangan remaja terkait dengan isu pubertas, gizi, kebersihan, kesehatan, dan keamanan berinternet dan interaksi sosial, " ujar Plt Dirjen GTK Kemendikbudristek, Nunuk Suryani, dalam keterangannya di Jakarta, Selasa (1/11) seperti dikutip Antara.
Modul terbentuk dari materi gabungan yang berkaitan dengan Pendidikan Keterampilan Hidup (PKH) dan Gizi Remaja yang dirancang dalam 37 pertemuan. Tujuannya meningkatkan pengetahuan guru mengenai PKH dan gizi pada remaja.
Baca juga:

Permasalahan kesehatan remaja dapat mempengaruhi mereka dalam menjalani pembelajaran. Penting bagi remaja untuk mengetahui isu-isu seputar kesehatan termasuk persoalan reproduksi, pubertas, gizi, dan isu lainnya.
“Sekolah dan tenaga kependidikan berperan penting untuk mengatasi dan menginformasikan seputar permasalahan kesehatan dan gizi bagi remaja. Penting untuk membekali tenaga pendidikan dengan pengetahuan dan metode untuk mendorong peserta didik untuk mengetahui perilaku sehat dengan berprikir kritis untuk mengetahui mana yang baik dan tidak baik untuk tubuh dan hidup mereka,” terang Nunuk.
Nunuk menjelaskan, modul pendidikan keterampilan hidup itu adalah sebentuk dukungan dalam mendorong pendidik dan peserta didik untuk mengambil keputusan tepat dalam hidup mereka. Sementara itu, modul Gizi Remaja berisi informasi bagaimana tenaga pendidikan dapat mendorong peserta didik dalam menerapkan pola makan dengan gizi seimbang dengan cara yang menyenangkan.
“Dalam modul ini, tenaga pendidik akan diajarkan cara menumbuhkan karakter positif bagi peserta didik, seperti akhlak mulia, toleransi, kolaborasi, berbagi, menghasilkan gagasan orisinil, dan lain-lain. Modul ini sekaligus diharapkan mampu menjawab tantangan dalam pemerataan pendidikan,” kata Nunuk.
Gizi memainkan peran penting dalam siklus kehidupan manusia. Lantaran ini, perkara gizi harus dimulai sedini mungkin. Namun, kehidupan remaja tidak hanya berpusat pada gizi saja, tantangan yang dihadapi remaja saat ini dapat berupa pergaulan, kesehatan fisik, kesehatan jiwa, kasus pernikahan dini, dan lain sebagainya.
Modul ini hadir sebagai bentuk kepedulian dan tanggung jawab guru dalam meningkatkan kualitas hidup remaja Indonesia.
Chief of Nutrition UNICEF Indonesia, Jee Hyun Rah, mengatakan bahwa modul PKH hadir dan disesuaikan untuk mendukung pembentukan karakter Profil Pelajar Pancasila sebagaimana tujuan dari konsep besar Merdeka Belajar.
“PKH telah sering dipromosikan oleh UNICEF Indonesia untuk membekali remaja dengan pengetahuan serta keterampilan dalam mengelola risiko dan mengambil keputusan berdasarkan informasi mengenai hidup mereka,” kata Jee.
Jee juga mengungkapkan bahwa program ini mendukung remaja dan orang muda dalam mengembangkan keterampilan abad ke-21, seperti pemecahan masalah, kreativitas, komunikasi.
Baca juga:
Haddad Alwi Kolaborasi Bersama Ribuan Remaja Indonesia Rilis Tiga Lagu

“Melalui modul ini remaja dan orang muda juga akan memperoleh pengetahuan dan informasi yang komprehensif mengenai topik-topik penting tentang higiene, kesetaraan gender, keamanan berinternet, dan perundungan,” lanjutnya.
Ia mengungkapkan bahwa UNICEF Indonesia selama ini telah mendukung pemerintah dalam mendesain dan mengimplementasikan Program Gizi Remaja sejak tahun 2017 yang kemudian sohor disebut Program Aksi Bergizi.
“Program Aksi Bergizi membekali remaja dengan pengetahuan dan keterampilan untuk mempromosikan serta mempraktikkan perilaku gizi positif dan gaya hidup sehat. Sebagai bagian dari upaya tersebut, UNICEF mendukung peningkatan kapasitas penyedia layanan untuk mengimplementasikan Program Aksi Bergizi,” terang Jee.
Dalam penerapannya, Modul Pembelajaran Gizi Remaja dikembangkan melalui Platform Guru Belajar dan Berbagi, dan didesain untuk meningkatkan pengetahuan tenaga pendidik dan penyedia jasa lainnya mengenai pentingnya gizi bagi remaja laki-laki dan perempuan.
Topiknya meliputi pencegahan anemia, gizi seimbang, aktivitas sehat, makanan sehat dan tidak sehat, kantin sehat, serta pencegahan penyakit tidak menular. (dru)
Baca juga:
Mengidolakan Seseorang Bisa Tingkatkan Kepercayaan Diri Remaja
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Mensos Tidak Bakal Tolerir 3 Dosa Besar di Sekolah Rakyat, Pastikan Sanksi Tegas

Aksi Demonstrasi Bikin Suasana Kurang Kondusif, Beberapa Sekolah Terapkan PJJ pada Senin (1/9)

Bukan Cuma Kuliah, ITPLN dan APERTI Ingin Dorong Mahasiswa Jadi Inovator

Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi

JK Tekankan Generasi Muda Jika Kuliah Harus Punya Ide, Bukan Cuma Pinter Lalu Buta Arah

Prabowo Sebut Lulusan Sekolah Rakyat Bisa Angkat Keluarga Keluar dari Kemiskinan

UOB My Digital Space Bekali 90 Ribu Pelajar Indonesia dengan Keterampilan Digital, Gandeng Ruangguru sebagai Mitra

Pramono Berikan Bantuan Pemutihan Ijazah kepada 1.897 Peserta Didik Senilai Rp 7,6 Miliar

Komisi X DPR: Pidato Presiden Peta Jalan Konkret Memajukan Pendidikan Indonesia

5 Janji Presiden Prabowo untuk Pendidikan Indonesia, dari Sekolah Rakyat hingga Beasiswa Kedokteran
