Jejak Inovasi Bali Zoo Bangkit dari Terpaan Pandemi


Wisatawan bergaya di gerbang masuk Bali Zoo di Desa Singapadu, Gianyar, Bali, Jumat (4/12/2020) (ANTARA/Nanien Yuniar)
SAMA seperti tempat wisata lainnya di pulau Dewata, Bali Zoo juga turut terdampak pandemi COVID-19 yang berimbas pada anjloknya jumlah pengunjung. Meski turun drastis, manajemen tak mau menyerah begitu saja.
Beberapa bulan belakangan, kebun binatang ini kembali bangkit dan berangsur-angsur membaik. Bahkan, kebun binatang mampu menawarkan pengalaman baru untuk pengunjung yang mulai berani berwisata di tengah situasi yang serba tidak pasti.
Pada hari biasa di luar hari libur dan akhir pekan, kebun binatang yang terletak di Desa Singapadu, Gianyar ini rutin dikunjungi sekitar 700-1.000 orang per hari. Sebagian besar adalah turis mancanegara.
Baca juga:
Tak heran, ketika pembatasan wilayah diberlakukan dan turis-turis asing belum diizinkan untuk kembali memasuki pulau Bali, jumlah pengunjung akhirnya terjun bebas.
Namun, Bali Zoo melihat ada geliat pertumbuhan pengunjung yang mulai mencari hiburan terdekat setelah berbulan-bulan mendekam di dalam rumah demi mencegah penyebaran virus corona baru.
"Perlahan meningkat, weekday rata-rata kunjungan 200-300 orang per hari, kalau weekend bisa tembus 500-600 orang," kata Head of Public Relations Bali Zoo Emma Chandra, dikutip Antara, Senin (7/12).
Inovasi Tiada Henti

Kebun binatang ini sudah dibuka untuk umum sejak 11 Juli 2020 dengan menerapkan protokol kesehatan yang sudah ditentukan. Begitu tamu datang, setiap orang bisa mencuci tangan di beberapa wastafel yang tersedia, juga harus melewati petugas yang bakal memeriksa suhu tubuh.
Awalnya memang hanya warga yang berdomisili di pulau Bali yang menjadi pengunjung Bali Zoo. Agar lebih menarik untuk didatangi, Bali Zoo menerapkan harga tiket promosi yang lebih terjangkau. Akibat gencarnya promosi beberapa bulan terakhir turis domestik dari Jakarta dan Surabaya mulai berdatangan.
Pada akhir pekan, pengunjung dewasa yang punya kartu identitas domisili di Bali dikenakan biaya Rp95.000 dan Rp75.000 untuk hari biasa. Untuk anak-anak dikenakan biaya tiket sebesar Rp75.000 pada akhir pekan dan Rp55.000 pada hari biasa.
Baca juga:
Satu yang tak kalah penting, adalah kesehatan para satwa tetap terjaga selama pandemi COVID-19. Ada penyesuaian di sana-sini, seperti mengubah komposisi makanan yang diberikan dengan kadar gizi tetap sama.
Saat memasuki Bali Zoo, pengunjung langsung disambut sekelompok rusa totol. Sambil memberikan snack berupa wortel, pengunjung bisa melihat dari dekat, bahkan menyentuh satwa-satwa jinak ini.
Selanjutnya, pengunjung dapat menaiki bus yang tersedia menuju area lain. Ada tempat tinggal orangutan yang kadang bersikap iseng melempar potongan timun yang sedang dikunyah ke arah pengunjung.

Opsi lainnya, melihat kegagahan singa yang asyik bersantai di tengah panasnya terik matahari, melihat gemasnya meerkat yang lincah, atau mengelus belalai gajah dari dekat.
Tenang saja, manajemen sudah mamastikan selalu ada fasilitas wastafel di berbagai titik, termasuk di area pengunjung bisa bersentuhan dengan hewan. "Kami menerapkan protokol kesehatan untuk memastikan bahwa di sini aman dan teman-teman bisa berlibur aman dan menyenangkan," ujar Emma.
Kendati demikian, ada program-program reguler yang terpaksa tidak beroperasi selama pandemi COVID-19, di antaranya sarapan bersama orangutan serta mandi lumpur bersama gajah. Sebagai gantinya, Bali Zoo menawarkan area baru yang membuat orang-orang bisa merasakan suasana Afrika.
Padang tandus dan bebatuan menjadi habitat dari satwa yang memang didatangkan langsung dari benua tersebut, termasuk burung unta. "Nanti akan komplet pada akhir 2020, ada jerapah, zebra, rhino dan flamingo," tutup Emma.
Dukungan Eksternal

Pemulihan wisata di Bali juga terasa di luar kebun binatang ini. Pekan lalu, Kawasan pariwisata Garuda Wisnu Kencana (GWK) Cultural Park di Kabupaten Badung, Bali, kembali membuka kunjungan bagi wisatawan setelah ditutup sejak Maret 2020 akibat pandemi COVID-19.
Pengelola Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali juga mencatat pertumbuhan tertinggi jumlah penumpang yang keluar masuk Pulau Bali selama November sejak awal pandemi Maret lalu.
Pada November, sebanyak 3.898 pesawat udara dan 351.585 orang penumpang tercatat keluar masuk melalui Bandara Ngurah Rai. Jika dibandingkan dengan catatan Oktober, terdapat pertumbuhan 27,5 persen dan 51,8 persen untuk pergerakan pesawat udara 27,5 persen dan penumpang. Selama enam bulan ke belakang statistik pesawat dan penumpang yang datang ke Bali terus tumbuh.
"Rata-rata pertumbuhan untuk pesawat udara adalah 56,1 persen sedangkan untuk penumpang rata-rata tumbuh 101,4 persen. Cukup menggembirakan," kata GM PT Angkasa Pura (API) I Bandar Udara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Bali, Herry AY Sikado. (*)
Baca juga:
Wida Winarno: 'Berkawan' dengan COVID-19 untuk Survive di Pandemi
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Korban Banjir Bali Terus Bertambah, 14 Meninggal Dunia dan 562 Jiwa Mengungsi

Ekskavator Dikerahkan, Kementerian PU Gerak Cepat Bersihkan Sampah Banjir Bali dari Badung hingga Denpasar

Bali Dilanda Banjir, Denpasar Terparah: 5 Korban Meninggal, 2 Orang Hilang Masih dalam Pencarian

Aji Mumpung Banget ini, Seoul Tawarkan Paket Wisata dengan Kelas Tari 'KPop Demon Hunters'

Pasutri dalam Sigra Terseret Banjir Bali: Istri Meninggal, Mobil Belum Ditemukan

Fenomena Gelombang Rossby, Pemicu Hujan Ekstrem dan Banjir di Bali

Hujan Deras Picu Banjir di Bali: Denpasar, Gianyar, Tabanan, hingga Jembrana Terendam

Banjir Besar Melanda Bali, 2 Warga Meninggal dan Ratusan Lainnya Terdampak

Wayan Koster Sebut Banjir di Bali Disebabkan Curah Hujan Tinggi, Juga Singgung Persoalan Sampah

Gubernur Bali Sebut Banjir Besar Disebabkan Curah Hujan Tinggi dan Masalah Sampah
