Jakarta Tidak Sehat Pada Selasa (21/10) Pagi, Terburuk ke-6 Dunia
Ilustrasi polusi udara. (ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/foc/am.)
Merahputih.com - Kualitas udara di Jakarta pada Selasa (21/10) pagi tercatat dalam kategori tidak sehat, menempatkan Ibu Kota pada peringkat keenam sebagai kota dengan udara terburuk di dunia.
Berdasarkan data situs pemantau kualitas udara IQAir pada pukul 06.08 WIB, Indeks Kualitas Udara (AQI) di Jakarta berada di angka 163 atau masuk dalam kategori tidak sehat dengan polusi udara PM2.5 dan nilai konsentrasi 71,5 mikrogram per meter kubik.
Angka AQI 163 menunjukkan bahwa tingkat kualitas udara tersebut berpotensi merugikan kesehatan bagi kelompok sensitif, termasuk manusia dan hewan, serta dapat menyebabkan kerusakan pada tumbuhan atau nilai estetika.
Baca juga:
Mikroplastik Air Hujan Jakarta, DKI Terapkan Filtrasi Udara Canggih
Masyarakat Jakarta disarankan untuk mengambil tindakan pencegahan, seperti menghindari aktivitas di luar ruangan. Jika terpaksa berada di luar, dianjurkan menggunakan masker dan menutup jendela rumah untuk mencegah masuknya udara kotor.
Sebagai perbandingan, kategori kualitas udara baik memiliki rentang PM2.5 sebesar 0-50, yang berarti tidak memberikan efek negatif pada kesehatan. Kategori sedang (PM2.5: 51-100) tidak berpengaruh pada kesehatan manusia/hewan, namun sensitif terhadap tumbuhan dan estetika.
Kategori sangat tidak sehat (PM2.5: 200-299) berpotensi merugikan kesehatan sejumlah populasi yang terpapar, dan kategori berbahaya (300-500) dapat menyebabkan masalah kesehatan serius pada populasi secara umum.
Baca juga:
Panas Terik Menyengat Jabodetabek, BMKG Ungkap Penyebab Utama Kenaikan Suhu Udara
Kota-kota yang menduduki peringkat teratas udara terburuk di dunia adalah Delhi, India (1111); Lahore, Pakistan (254); Kalkota, India (213); Mumbai, India (187); dan Tashkent, Uzbekistan (posisi kelima).
Untuk mengatasi masalah ini, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) DKI Jakarta telah meluncurkan platform pemantau kualitas udara terintegrasi.
Laman ini juga menampilkan data dari 31 SPKU di Jakarta yang mengintegrasikan data dari SPKU milik DLH Jakarta, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), World Resources Institute (WRI) Indonesia dan Vital Strategies.
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Picu Hujan Mikroplastik, Wajah Pelaku Bakar Sampah Bakal Dipajang di Medsos DLH Jakarta
Jangan Malas Bersih-Bersih! Debu di Rumah Penuh Mikroplastik Jahat yang Siap Mengundang Virus dan Penyakit
Udara Jakarta Tidak Sehat Pada Selasa (21/10) Pagi, Terburuk ke-6 Dunia
Cuaca Panas Ekstrem, Pemerintah DKI Diminta Segera Siapkan Ketersedian Air di Setiap Wilayah
Kasus ISPA di Jakarta Terus Meroket, Kenali Gejala dan Penyebabnya
Jangan Sampai Pingsan! Air Mineral Bisa Jadi Penyelamat Warga dari Panas Ekstem Jakarta
Jakarta Panasnya Minta Ampun, Ahli WHO Desak Pemprov DKI Pasang Keran Air Gratis
Aktivitas Warga Antisipasi Fenomena Cuaca Panas Ekstrem Melanda Jakarta
Tanggapi BMKG soal Cuaca Ekstrem, Gubernur Pramono: Jakarta Aman, yang Penting Hatinya Enggak Panas
Suhu Jabodetabek Panas Sejak Pagi, BMKG: Sinar Matahari Langsung Menembus Tanpa Penghalang