Jakarta Masih Tetap Macet, Tigor: Dapat Sustainable Transport Award 2020 Demi Apa?


Pengamat transportasi publik dan Ketua FAKTA Azas Tigor Nainggolan (MP/Yohanes Abimanyu)
MerahPutih.Com - Analis Kebijakan Transportasi Azas Tigor Nainggolan memandang penghargaan Sustainable Transport Award 2020 yang diterima Pemprov DKI di Amerika patut dipertanyakan.
Padahal, kata dia, sampai sekarang masih belum bisa juga menurunkan penggunaan kendaraan pribadi di Jakarta.
Baca Juga:
Belum Ada Komitmen Kuat Pemerintah, Jakarta Bakal Terus Macet
Bila berdasarkan data dari perusahaam perangkat GPS Tomtom, angka kemacetan di Jakarta tak ada penurunan selama setahun terakhir.

Tomtom baru saja merilis hasil survei angka kemacetan di sejumlah Ibu Kota negara. Dilihat dalam situs web resminya, di tahun 2018, Tomtom menyebut tingkat kemacetan Jakarta sebesar 53 persen. Pada 2019, tingkat kemacetan stagnan dengan angka yang sama.
"Ini luar biasa statistiknya Tomtom ini. Walaupun peringkatnya (Jakarta) makin baik, tapi setelah dilihat lagi ternyata kemacetan Jakarta tidak berkurang. Stuck saja dia. Tidak naik, tidak turun," papar Azas Tigor.
Menurut dia, Gubernur Anies Baswedan selama satu tahun ini belum ada perubahan. Untuk itu harus ada evaluasi mengenai persoalan kemacetan ini.
"Harus ada evaluasi dari dalam. Karena kalau saya lihat pembanguanan infrastruktur buat transportasi di Jakarta terbilang masif," jelas Tigor.
Sebagai informasi, survei tomtom pada 2019 melibatkan setidaknya 416 kota dari 57 negara di enam benua. Penelitiannya melibatkan berbagai unsur seperti pengendara, kebijakan pemerintah, rencana tata kota, hingga produksi kendaraan.
Peringkat pertama dengan angka kemacetan tertinggi berada di Bengaluru, India dengan tingkat kemacetan 71 persen. Kedua, Manila, Filipina dengan tingkat kemacetan 71 persen. Ketiga, Bogota, Kolombia dengan tingkat kemacetan 68 persen.

Sementara, Jakarta menempati posisi kesepuluh kota termacet di dunia. Angka kemacetan di Jakarta tidak berkurang, tapi peringkatnya menurun dari tahun 2018 yang menempati peringkat 7.
Hal itu disebabkan adanya penambahan 13 kota baru yang disurvei Tomtom. Terhitung, pada tahun 2018 terdapat 403 yang diurvei dan 2019 naik menjadi 416.
Dari 13 kota yang baru dimasukan itu, tiga di antaranya langsung menyalip tingkat kemacetan yang lebih tinggi dari Jakarta. Kota-kota itu di antaranya adalah Bengaluru dari India, Manila dari Filipina, dan Pune dari India.
Dalam laman resmi Tomtom juga menyebutkan waktu termacet di Jakarta di 2019 terjadi pada hari Jumat pukul 17.00-18.00 WIB. Ia meminta warga Jakarta menghindari waktu itu untuk kenyamanan berkendara.
Baca Juga:
Selain itu, di 2019, hari paling tidak macet adalah pada tanggal 4 Juni. Hari ini bertepatan dengan libur idul fitri ketika warga Jakarta tengah ramai melakukan mudik ke kampung halaman.
Kemudian, untuk hari paling macet selama setahun jatuh pada tanggal 6 Maret 2019. Tingkat kemacetannya bahkan mencapai 91 persen. Padahal rata-ratanya dalam satu tahun adalah 53 persen.
Data lainnya menunjukan ketika jam kerja, hari senin pagi hari menjadi waktu paling macet setiap harinya. Sementara ketika malam hari, Jumat menjadi saat paling macet dengan rata-rata mencapai lebih dari 90 persen.(Asp)
Baca Juga:
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Berlaku Pukul 17.00-20.00 WIB, Tol Gratis Fatmawati-Lebak Bulus Cuma Buat Mobil Roda 4

Pemprov DKI Jakarta Ambil Langkah Berani Atasi Macet TB Simatupang, Sudah Dapat 'Lampu Hijau' Pemerintah Pusat

'Pelican Crossing' Mulai Diuji Coba dengan Pengawasan Dishub-Satpol PP, Anak Buah Pramono Beri Himbauan Begini

Pramono Tegaskan Lokasi Baru Pedagang Pasar Burung Barito Tempat Berhenti Banyak Orang

Heboh Tanggul Beton Laut di Cilincing, Pramono Segera Panggil PT KCN

Pemprov DKI Wajib Hadir Terkait Tanggul Beton di Perairan Cilincing, Pengamat: Jangan Sampai Nelayan Dirugikan

Tunjangan Rumah Anggota DPRD Tuai Kritik, Pengamat Minta Mendagri Ambil Sikap Tegas

Rencana Pramono Anung Ubah Badan Hukum PAM Jaya Dapat Penolakan dari Legislator Kebon Sirih

Target Ambisius Pemprov DKI untuk Penuhi Kebutuhan Air Bersih Warga Jakarta Hingga 2029

Pramono Pastikan Layanan dan Tarif Transportasi Umum di Jakarta Sudah Kembali Normal
