Intelijen AS Deteksi Rudal Iran Berstatus 'Siaga Tinggi', Trump Siap Serang 52 Titik


Anggota Satuan Aerospace Pasukan Garda Revolusi Islam Iran memberi hormat di base rudal bawah tanah dengan unit pelontar di lokasi yang dirahasiakan, di foto yang tidak bertanggal dari Fars News. (REU
MerahPutih.com - Intelijen Amerika Serikat (AS) mendeteksi pasukan rudal Iran pada kondisi siaga tinggi pascatewasnya Kepala Pasukan Elit Quds Iran Mayor Jenderal Qassem Soleimani dalam serangan udara oleh Amerika Serikat di bandara Baghdad, pekan lalu.
"Mereka jelas-jelas berada pada kondisi siaga yang tinggi," kata pejabat AS, mengutip data intelijen, dilansir Antara dari Reuters, Senin (6/1).
Baca Juga
Pejabat itu tidak mau menjelaskan apakah siaga tinggi itu dalam situasi bertahan atau menyerang. Dia juga tidak bersedia memberikan rincian lebih lanjut apakah rudal Iran membidik target tertentu
"Apakah keadaan siaga tinggi itu dipersiapkan dengan lebih baik untuk pertahanan atau untuk penyerangan. Kita tidak bisa menentukan itu," tutur pejabat Keamanan AS tidak mau disebutkan namanya itu.

Sebaliknya, Garda Revolusi Iran mengklaim pasukan-pasukan anti-Amerika Serikat di seluruh dunia Muslim akan membalas pembunuhan pemimpin Pasukan Quds, Mayor Jenderal Qassem Soleimani.
"Garda Revolusi, bangsa Iran yang bijaksana dan front perlawanan di dunia Muslim yang membentang luas akan membalas tumpahnya darah syuhada ini (Soleimani)," kata juru bicara Garda, Ramezan Sharif.
"Kegembiraan Zionis dan Amerika dalam waktu dekat akan berubah menjadi ratapan," imbuh dia kepada stasiun televisi, Jumat pekan lalu.
Namun, Presiden AS Donald Trump pada Sabtu (4/1) bereaksi mengancam akan menghantam keras 52 situs Iran jika negara itu menyerang aset atau warga negara Amerika Serikat.
Baca Juga
Pembunuhan Jenderal Pasukan Elite Iran oleh AS, Picu Perang Dunia Tiga?

Sementara itu, Kelompok negara-negara 'E3' yang terdiri atas Perancis, Inggris dan Jerman meminta Iran untuk menahan diri dari tindakan kekerasan dan mendesak Iran untuk kembali menghormati kesepakatan nuklir.
Kesepakatan nuklir itu dikenal dengan Rencana Aksi Komprehensif Gabungan (JCPOA) yang tercapai pada Oktober 2015. Ketiga negara itu juga menyoroti pentingnya mengurangi ketegangan di Irak dan Iran, dan menegaskan kembali tekad mereka untuk memerangi ISIS.
"Kami menegaskan kembali komitmen kami untuk melanjutkan perang melawan ISIS dan itu tetap menjadi prioritas. Sangat penting untuk menjaga koalisi dalam hal ini. Kami menyerukan pihak berwenang Irak untuk terus memasok dukungan yang diperlukan untuk koalisi," tulis pernyataan resmi ketiga negara.
"Kami siap untuk melanjutkan pembicaraan dengan semua pihak untuk berkontribusi dalam menurunkan ketegangan dan membangun kembali stabilitas di kawasan ini," dikutip dari rilis Negara E3. (*)
Baca Juga:
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Cuma Bawa 4 Pemain, Iran tak Gentar Bersaing di Asian Cup Woodball Championship 2025

IAEA Sebut Inspektur Nuklir telah Tinggalkan Iran

Presiden Iran Perintahkan Penghentian Kerja Sama dengan Badan Nuklir PBB IAEA, Buka Peluang Pengayaan Uranium ke Tingkat Senjata

Iran Rilis Korban Tewas Perang 12 Hari 935 Orang, Desak AS dan Israel Bayar Kompensasi

Kepala IAEA Sebut Iran Negara Maju, Serangan AS tak Hilangkan Kemampuan Memperkaya Nuklir

Disebut Coba Nego dengan Iran, Presiden AS Donald Trump Bantah Beri Penawaran

Iran Layangkan Surat Panas, Sebut Israel dan AS Terlibat Kejahatan Perang

Khamenei Sebut AS tak Dapat Apa-Apa dari Serangan terhadap Iran, hanya Menderita Kekalahan Telak

Presiden AS Donlad Trump Sebut Pejabat AS dan Iran akan Berdialog Pekan Depan, Harapkan Gencatan Senjata masih Bertahan

Bantah Donald Trump, Laporan Intelijen Ungkap Serangan AS Gagal Hancurkan Situs Nuklir Iran
