IMF Bikin Aturan Anyar Ketentuan Pengajuan Utang
Ilustrasi Uang. (Foto: Antara).
MerahPutih.com - Dana Moneter Internasional (IMF) akan meluncurkan metode baru untuk menilai keberlanjutan utang, agar lebih akurat memprediksi risiko krisis keuangan dan meningkatkan transparansi.
Pembaruan metodologi penilaian utang ini, dapat beroperasi pada kuartal keempat 2021 atau kuartal pertama 2022. Kerangka penilaian utang baru dikliam IMF, setelah dilakukan konsultasi ekstensif dengan pemangku kepentingan eksternal, pelaku pasar, lembaga pemeringkat, akademisi, Uni Eropa dan Bank Sentral Eropa.
Baca Juga:
Pemerintah Bakal Tambah Utang Rp1.207,3 Triliun di 2021
Wakil Direktur Departemen Strategi, Kebijakan, dan Tinjauan IMF Jeromin Zettelmeyer menilai, keberlanjutan utang suatu negara selalu menjadi lebih banyak seni daripada sains. Pada sistem baru memasukkan lebih banyak sains ke dalam prosesnya.
IMF telah merevisi pemodelan faktor terkait utang untuk memberika kerangka kerja yang lebih akurat yang memungkinkan memperingatkan atau memprediksi krisis dan utang yang tidak berkelanjutan dan berkelanjutan.
Ia menegaskan, penilaian tersebut penting karena membantu menentukan seberapa banyak suatu negara dapat meminjam dan masih memenuhi persyaratan ketat IMF agar utangnya tidak jatuh ke dalam situasi yang tidak berkelanjutan.
"Misalnya, IMF enggan memberikan program bailout ke Lebanon sampai utang negara yang ada ditempatkan pada jalur yang berkelanjutan, di antara faktor-faktor lain di sini," katanya.
Metode penilaian saat ini, kata ia, memberikan banyak indikator area bahaya potensial bagi negara tetapi meninggalkan banyak keleluasaan bagi staf IMF untuk menilai. Alat dan model baru akan menggabungkan kondisi saat ini menjadi penilaian mekanis keberlanjutan yang secara statistik terdengar lebih transparan.
Wakil Kepala divisi di Departemen Strategi, Kebijakan, dan Tinjauan IMF Manrique Saenz,
menegaskan, metodologi baru bakal menilai kemampuan suatu negara untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan bruto, melalui sumber daya likuid, potensi aliran pendapatan baru, dan kekuatan pasar pembiayaan domestiknya,
Ia memaparkan pemilaian pada negara yang bergantung pada sumber daya alam, akan melihat pada perubahan iklim dan perubahan permintaan bahan bakar fosil di masa depan.
"Hal ini juga bertujuan untuk lebih menangkap keberlangsungan utang BUMN, baik di sektor keuangan maupun nonkeuangan," ujarnya dikutip Antara. (*)
Baca Juga:
Pemerintah Janjikan Surat Utang Baru bagi Dunia Usaha Terdampak Corona
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Indonesia tak Mampu Lunasi Utang Whoosh, China Ambil Alih Kepemilikan Natuna Riau
Rencana Utang Kereta Cepat 'Numpang' APBN Bikin BUMN Sehat Jadi 'Sakit', DPR Minta Jangan Korbankan Duit Rakyat Buat Whoosh
Menkeu Purbaya Sarankan Danantara Bayar Utang Whoosh Rp 2 Triliun Per Tahun dari Dividen BUMN
Utang KCIC Bikin BUMN Pusing Tujuh Keliling, DPR Ingatkan Jangan Sampai Negara Ikutan Rugi
Indonesia Usulkan Reformasi Total IMF dan Bank Dunia, Hapus Sistem Voting Berbasis Saham
[HOAKS atau FAKTA]: Utang Makin Banyak, ASEAN Sebut Indonesia Bangkrut pada 2030
[HOAKS atau FAKTA]: Prabowo Mau Lunasi Utang Rakyat Indonesia Pakai Uang Pribadi
Prabowo Berencana Tarik Utang Rp 781,87 Triliun di 2026, Jadi yang Tertinggi setelah Pandemi
Bank Indonesia Ungkap Fakta Mengejutkan di Balik Utang Luar Negeri yang Tumbuh Melambat
Rasio Utang Indonesia Diklaim Terendah Dibanding Negara Anggota G20, Stabilitas Ekonomi Nasional Terjaga