Ilmuwan Kembangkan Plastik Steril Pembunuh Virus

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Selasa, 20 September 2022
Ilmuwan Kembangkan Plastik Steril Pembunuh Virus

Lembaran plastik tersebut murah dan bisa dibuat menjadi alat pelindung diri. (Foto: freepik/freepik)

Ukuran:
14
Audio:

PARA ilmuwan di Irlandia telah mengembangkan plastik pembunuh virus yang dapat mempersulit penyebaran penyakit, termasuk COVID-19 di rumah sakit dan panti jompo. Tim ilmuwan di Queen's University Belfast, Irlandia Utara, mengatakan lembaran plastik tersebut murah dan bisa dibuat menjadi alat pelindung diri.

Plastik itu bekerja dengan bereaksi dengan cahaya untuk melepaskan bahan kimia yang merusak virus. Studi menunjukkan, plastik tersebut dapat membunuh virus hingga jutaan, bahkan pada spesies yang menempel kuat di pakaian dan permukaan.

Penelitian terhadap plastik itu dipercepat sebagai bagian dari respon Inggris terhadap pandemi COVID-19.

Baca juga:

Penelitian Besar Data DNA Mengungkap Petunjuk Baru Kanker

Ilmuwan Kembangkan Plastik Steril Pembunuh Virus
Para peneliti menggunakan lembaran plastik tipis yang mengandung nanopartikel titanium dioksida. (Foto: Queen's University Belfast)

Penelitian telah menunjukkan virus COVID-19 mampu bertahan hingga 72 jam di beberapa permukaan, tetapi itu tidak seberapa dibandingkan dengan spesies yang lebih kuat, seperti Norovirus. Virus yang menyebabkan penyakit muntah musim dingin yang dapat bertahan hidup di luar tubuh selama dua minggu hingga dapat menginfeksi orang baru.

Tim ahli kimia dan ahli virus menyelidiki bahan yang dapat mensterilkan diri sendiri untuk mengurangi risiko permukaan terkontaminasi dan menyebarkan infeksi.

Idenya adalah untuk membuat bahan yang begitu memusuhi sehingga virus tidak dapat bertahan hidup di sana. Tembaga logam telah terbukti membunuh mikroba yang mendarat di permukaannya, tetapi tidak terlalu fleksibel.

Jadi, para peneliti menggunakan lembaran plastik tipis yang mengandung nanopartikel titanium dioksida. Ini bereaksi dengan sinar ultraviolet, bahkan dalam jumlah kecil yang dilepaskan dari bola lampu neon, untuk melepaskan molekul yang disebut spesies oksigen reaktif.

Reaksi tersebut menimbulkan gatal dan bereaksi dengan materi genetik virus, yaitu protein yang digunakannya untuk menyerang tubuh kita dan lapisan lemak yang menyatukan semuanya. Bila virus terkena reaksi tersebut, hasilnya adalah virus mati dan tidak berguna.

"Ini adalah pertama kalinya hal seperti ini dikembangkan," kata Prof Andrew Mills dari departemen kimia universitas tersebut seperti diberitakan BBC. "Lembaran plastik ini dapat menggantikan banyak plastik sekali pakai yang digunakan dalam industri perawatan kesehatan karena memiliki nilai tambah untuk mensterilkan sendiri tanpa biaya tambahan yang nyata," tambahnya.

Baca juga:

Penelitian Terbaru Ungkap Hubungan Cuaca dan Arthritis

Ilmuwan Kembangkan Plastik Steril Pembunuh Virus
Sekitar satu juta partikel virus ditempatkan pada plastik yang dapat steril sendiri. (Foto: freepik/kjpargeter)

Bahan tersebut diuji di laboratorium terhadap empat jenis virus: dua influenza, COVID-19, dan picorna yang memiliki sifat yang membuat virus sangat stabil di luar tubuh.

Dalam kondisi laboratorium yang terkendali, sekitar satu juta partikel virus ditempatkan pada plastik yang dapat steril sendiri. Ini jauh melampaui jumlah virus yang diperlukan untuk memulai infeksi.

"Ini berubah dari satu juta virus menjadi nol, dan kita dapat melihat efeknya dalam waktu kurang dari satu jam dan kematian maksimum dalam dua jam, tapi kami menambahkan virus dalam jumlah super untuk benar-benar menantang sistem, kemungkinan ada efeknya dalam beberapa menit pertama," kata Dr Connor Bamford dari sekolah kedokteran Queen.

Dia mengatakan, alat pelindung diri saat ini yang digunakan di rumah sakit melakukan pekerjaan dengan baik, tetapi infeksi dapat terjadi ketika kamu melepas atau mengenakan APD. Dengan menggunakan bahan plasti ini, keamanan dapat terjaga.

Area lain yang diselidiki termasuk taplak meja dan tirai rumah sakit, serta di industri pengolahan makanan. Namun, dibutuhkan uji coba yang tepat di dunia nyata untuk mengetahui seberapa besar perbedaan yang dapat dibuat oleh alat pelindung yang dapat steril sendiri.

Studi ini telah dipublikasikan dalam Journal of Photochemistry and Photobiology B: Biology. (aru)

Baca juga:

Cegah COVID-19 dan Cacar Monyet Menggunakan Sabun Antibakteri

#Kesehatan #Sains
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan