Hipertensi Rawan Terjadi di Setiap Siklus Hidup Perempuan


Hipertensi pada perempuan. (Foto: Pexels/Thirdman)
HIPERTENSI dan perempuan bak dua sisi mata uang. Di setiap fase usia, perempuan perlu untuk mewaspadai terjadinya hipertensi. Dalam virtual press conference tentang Tatalaksana Hipertensi, ahli kardiologi, dr. Siska Suridanda Dany, Sp.JP FIHA menyebutkan prevalensi perempuan penderita hipertensi di Indonesia cukup tinggi.
Survei yang dilakukan oleh Riset Kesehatan Dasar di 2018, menunjukkan jumlah penderita hipertensi perempuan mencapai 36.9 persen. Jumlah ini lebih tinggi daripada penderita hipertensi pria yang mencapai 31,3 persen.
"Hipertensi pada perempuan memiliki keunikan dalam hubungannya dengan berbagai perubahan hormonal yang menyertai perempuan sepanjang hidupnya. Siklus hidup dari masa kanak-kanak hingga menopause memiliki risiko hipertensi dengan risiko komplikasi yang menyertainya," ujarnya.
Baca juga:
Siklus pertama biasanya terjadi pada masa kehamilan. Sekitar 10 persen ibu hamil mengalami tekanan darah tinggi. Ibu yang berisiko mengalami hipertensi di masa kehamilan adalah perempuan yang hamil di bawah usia 20 tahun dan di atas 40 tahun, punya riwayat hipertensi, ibu dengan diabetes melitus, obesitas, dan mengidap autoimun.

Siska menambahkan bahwa penggunaan obat kontrasepsi hormonal juga bisa berpotens menimbulkan hipertensi. "Hipertensi yang dicetuskan oleh pil kontrasepsi didapati pada dua hingga lima persen perempuan normotensif dan 9 hinga 16 persen perempuan dengan riwayat hipertensi sebelumnya," tuturnya. Menurutnya, risiko dipengaruhi oleh kebiasaan merokok, usia, obesitas, lama dan lama hingga dosis obat kontrasepsi yang digunakan.
Baca juga:
Siklus usia perempuan berikutnya yang rawan mengidap hipertensi adalah perempuan yang ada ditahap post menopause. "Tekanan darah perempuan umumnya meningkat sat menopause," ucap Siska. Secara bertahap, hipertensi paa perempuan meningkat menjadi lebih tinggi dari laki-laki.
"Hilangnya efek relaksasi pembuluh darah yang diperantarai estrogen menjadi salah satu jalur penyebab utama meskipun bukan satu-satunya," terangnya. Lebih jauh ia mengaakan faktor lain yang menyebabkan hipertensi post menipause adalah perubahan sistim renin-angiotensin, meningkatnya obesitas, dan sindroma metabolik, inflamasi kronis dan peningkatan sensitivitas terhadap garam.

Lalu bagaimana cara tepat penanganan hipertensi pada perempuan?
Siska mengatakan tidak ada beda obat hipertensi pada perempuan maupun laki-laki. "Semua jenis obat hipertensi memberi manfaat yang sama baik pada laki-laki maupun perempuan," ujarnya. Perbedaa hanya terletak pada ibu hamil dengan hipertensi. Ada beberapa jenis obat yang harus dihindari ibu hamil karena berpotensi membahayakan janin.
Selain obat, penanganan lain untuk hipertensi bisa dilakukan dengan pola hidup sehat. "Aktivitas fisik teratur menurunkan risiko hipertensi, penyakit jantung, stroke, kanker, demensia, osteoporosis, depresi dan diabetes sebanyak 20 hingga 30 persen," tukasnya.
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
