Hasil Uji Klinis Vaksin COVID-19 di Bandung Tunjukkan Hasil Menggembirakan


Ilustrasi vaksin COVID-19. Foto: Istimewa
MerahPutih.com - Uji klinis vaksin COVID-19 Sinovac Biotech yang dilakukan Bio Farma dan Fakultas Kedokteran Unpad di Bandung terus menunjukkan hasil menggembirakan. Uji klinis tahap 3 atau fase akhir ini dilakukan terhadap 1.620 relawan.
Direktur Registrasi Obat Badan POM, Riska Andalusia bilang, pihaknya memberikan apresiasi kepada tim peneliti uji klinis fase 3 dan tim Bio Farma, yang sudah menjalankan uji klinis fase 3 sesuai dengan rencana dan time line yang ketat.
Menurutnya, Badan POM sebagai regulator memiliki fungsi tidak hanya melakukan fungsi pengawasan saja, tetapi juga berupaya untuk melakukan pendampingan, seperti inspeksi pada puskesmas yang menjadi lokasi uji klinis di Bandung, baru-baru ini.
Baca Juga
“Kami berharap juga agar kegiatan uji klinis fase 3 ini dilaksanakan sesuai dengan prinsip Cara Uji Klinis yang Baik (CUKB) dan validitas data dapat dipertanggung jawabkan,” ujar Riska, dikutip dari keterangan tertulisnya, Minggu (18/10).
Riska menambahkan tidak ada laporan Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi (KIPI) atau efek samping yang berat atau serius di antara relawan-relawan vaksin COVID-19 di Bandung.
Hasil dari uji klinis menjadi data pendukung bagi Badan POM saat mengeluarkan Emergency Use Authorization (EUA) untuk vaksin COVID-19 yang akan diajukan oleh Bio Farma pada saat uji klinis fase 3 sudah berakhir.

Nantinya, hasil dari uji klinis fase 3 akan digabungkan dengan hasil uji klinis fase 3 yang ada di negara lain seperti Brazil, Chille, Turki dan Bangladesh.
“Uji klinis fase 3 ini dilakukan multi center study atau dilakukan dibanyak tempat. Hal ini berarti uji klinis tidak hanya dilakukan di Indonesia saja, tetapi juga di empat negara lainnya yaitu Brazil, Chille, Turki dan Bangladesh,” kata Riska.
“Dan hasil dari setiap uji klinis di lima negara tersebut, akan digabungkan dan dijadikan dasar sebagai pemberian izin untuk memproduksi vaksin COVID-19 di kemudian hari,” lanjutnya.
Seperti diberitakan, pandemi COVID-19 bermula di Kota Wuhan, Tiongkok, akhir 2019. Hingga kini, pandemi sudah menjalar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Pandemi virus corona jenis baru (SARS CoV 2) penyebab penyakit COVID-19 ini belum ada obat dan vaksinnya.
Baca Juga
Kini para peneliti, di Bandung dan dunia, bekerja keras melakukan penelitian obat dan vaksin. Mereka berpacu dengan waktu seiring terus meningkatnya kasus COVID-19. (Iman Ha/Jawa Barat)
Bagikan
Andika Pratama
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
![[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone](https://img.merahputih.com/media/b7/83/47/b783478297cb6d97ceab51e9480de202_182x135.png)
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
