Hari Pendidikan Nasional, Riwayat Kurikulum di Indonesia


Hardiknas menjadi bentuk tanda jasa atas perjuangan Ki Hajar Dewantara bagi pendidikan di Indonesia. (Foto: Freepik/Freepik)
HARI Pendidikan Nasional (Hardiknas) jatuh saban 2 Mei. Tanggal tersebut dipilih karena jadi waktu kelahiran Ki Hajar Dewantara, Menteri Pendidikan pertama Indonesia. Hardiknas menjadi bentuk tanda jasa atas perjuangan Ki Hajar Dewantara bagi pendidikan di Indonesia.
Hardiknas mengingatkan kita untuk flashback ke awal masa pendidikan di Indonesia hingga saat ini. Tahukah kamu bahwa sistem pendidikan di Indonesia juga berubah dari masa ke masa?
Sebelumnya, sistem pendidikan di Indonesia menggunakan wajib belajar 9 tahun: 6 tahun sekolah dasar (SD) dan 3 tahun sekolah menengah pertama (SMP).
Namun, sekarang sistem tersebut sudah tidak berlaku, karena pemerintah meningkatkan wajib belajar menjadi 12 tahun: 6 tahun SD, 3 tahun SMP dan 3 tahun sekolah menengah atas (SMA).
Sejarah Hardiknas diisi oleh gonta-ganti kurikulum. Pergantian kurikulum berlandas pada perubahan tantangan dan kebutuhan zaman. Berikut kurikulum yang pernah berlaku di Indonesia.
Baca juga:

1. Kurikulum Rentjana Pelajaran 1947
Kurikulum pertama yang digunakan pendidikan Indonesia pada masa kemerdekaan. Masyarakat Indonesia harus mengerti tentang pemerintahan dan politik supaya bisa menggantikan posisi Belanda di pemerintahan Indonesia. Itulah mengapa karakteristik dari kurikulum ini adalah pembentukan karakter bangsa.
2. Kurikulum Rentjana Pelajaran Terurai 1952
Kurikulum pertama masih berfokus pada pembentukan karakter bangsa dan belum merambah mata pelajaran lain, maka pada kurikulum yang kedua ini, muatannya disempurnakan. Ada pembentukan silabus sehingga pendidik bisa lebih fokus dalam memberikan materi pelajaran kepada peserta didik.
3. Kurikulum Rentjana Pendidikan 1964
Kurikulum ini memunculkan lima bidang studi (Pancawardhana) yang diajarkan di sekolah-sekolah Indonesia, yaitu perkembangan moral, perkembangan kecerdasan, perkembangan keprigelan/keterampilan, perkembangan jasmani, dan perkembangan emosional-artistik.
4. Kurikulum 1968
Kurikulum ini berfokus pada pembentukan bangsa Indonesia sejati. Melalui kurikulum ini, diharapkan peserta didik bisa menjadi sehat, kuat, bermoral, cerdas, dan yakin terhadap agama yang dianut. Selain Pancasila, kurikulum ini juga menggunakan UUD 1945 sebagai dasar pendidikan.
Baca juga:
Tanamkan Jiwa NKRI Anak-Anak Perbatasan Lewat Pemerataan Pendidikan

5. Kurikulum Pendidikan 1975
Kurikulum ini baru diaplikasikan pada 1976. Karakteristik kurikulum ini adalah efektifitas dan efisiensi serta pengembangan kepribadian dalam segala aspek.
6. Kurikulum Pendidikan 1984
Peserta didik dituntut aktif untuk mengikuti pendidikan. Bukan hanya menerima materi, melainkan juga mempraktikannya. Peserta didik juga bisa mengaplikasikan metode pembelajaran atau teori tersebut.
7. Kurikulum 1994 dengan Suplemen Kurikulum 1999
Pemerintah memunculkan mata pelajaran baru seperti muatan nasional dan muatan lokal, mencakup bahasa daerah, kesenian, dan keterampilan.
8. Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK) 2004
Karakteristik kurikulum ini adalah capaian kompetensi bagi peserta didik yang berorientasi pada hasil pembelajaran. Nah, di sinilah ada pemilihan kompetensi sesuai minat peserta didik.
9. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006
Karakteristik kurikulum terletak pada standar kompetensi dasar. Dalam kurikulum ini, tenaga pendidik diharapkan bisa mengembangkan rencana pembelajaran secara mandiri sesuai dengan kondisi daerah sekolah berada.
10. Kurikulum 2013
Kurikulum 2013 lebih menekankan pada kompetensi berbasis sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Dalam kurikulum ini, tenaga pendidik diharapkan bisa mendorong peserta didik untuk lebih aktif lagi.
Ini menunjukkan komitmen pemerintah Indonesia dalam meningkatkan pendidikan di Indonesia agar dapat mencapai standar pendidikan yang lebih baik dan sejajar dengan negara-negara lain di dunia.
Peringatan Hari Pendidikan Nasional bertujuan mengajak masyarakat Indonesia untuk berpartisipasi aktif dalam upaya meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
Dengan begitu, pendidikan di Indonesia dapat memberikan kontribusi yang lebih besar dalam pembangunan bangsa dan negara. (dgs)
Baca juga:
Menteri Muhadjir Berharap Hardiknas Jadi Momentum Perkuat Pendidikan Karakter
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Mensos Tidak Bakal Tolerir 3 Dosa Besar di Sekolah Rakyat, Pastikan Sanksi Tegas

Aksi Demonstrasi Bikin Suasana Kurang Kondusif, Beberapa Sekolah Terapkan PJJ pada Senin (1/9)

Bukan Cuma Kuliah, ITPLN dan APERTI Ingin Dorong Mahasiswa Jadi Inovator

Pemerintah Targetkan 12 Sekolah Garuda Rampung pada 2026, 4 Siap Beroperasi

JK Tekankan Generasi Muda Jika Kuliah Harus Punya Ide, Bukan Cuma Pinter Lalu Buta Arah

Prabowo Sebut Lulusan Sekolah Rakyat Bisa Angkat Keluarga Keluar dari Kemiskinan

UOB My Digital Space Bekali 90 Ribu Pelajar Indonesia dengan Keterampilan Digital, Gandeng Ruangguru sebagai Mitra

Pramono Berikan Bantuan Pemutihan Ijazah kepada 1.897 Peserta Didik Senilai Rp 7,6 Miliar

Komisi X DPR: Pidato Presiden Peta Jalan Konkret Memajukan Pendidikan Indonesia

5 Janji Presiden Prabowo untuk Pendidikan Indonesia, dari Sekolah Rakyat hingga Beasiswa Kedokteran
