Gunakan AI sebagai Model, Levi’s Picu Kontroversi


Levi's berkolaborasi dengan perusahaan AI untuk menciptakan model menggunakan kecerdasan buatan. (Foto: Pexels/Varun Gaba)
SIAPA yang tak kenal dengan jenama fashion Levi’s? Jenama yang dibangun oleh Levi Strauss ratusan tahun yang lalu ini, dikenal menghadirkan produk jeans atau denim yang bersifat modis dan memang nyaman untuk digunakan kapan saja. Bahkan bagi pekerja modern di kantor dengan dresscode kasual formal, jeans dari Levi’s kerap menjadi pilihan.
Dengan popularitas global, Levi’s ternyata baru-baru ini tetap memicu kontroversi dan ini tak berhubungan dengan produk denimnya tapi justru dengan kecerdasan buatan alias artifical intelligence (AI).
Baca juga:

Baru-baru ini, Levi’s memutuskan untuk berkolaborasi dengan Lalaland.ai. Perusahaan yang bergerak di bidang pembuatan kecerdasan buatan ini, membantu jenama fesyen tersebut untuk membuat model yang realistis dan bisa disesuaikan tipe tubuhnya, usia, ukuran, hingga warna kulit.
Bertujuan menghadirkan model yang bersifat inklusif, maka Levi’s meminta perusahaan AI yang bermarkas di Amsterdam itu untuk membuat sosok model untuk produk dari jenama fesyen itu.
Melalui kolaborasi ini semua produk yang ada di laman Levi’s serta apps-nya menggunakan satu model pakaian yang dikenakan oleh model AI.
Pihak Levi’s disebut sebenarnya menginginkan kolaborasi ini dapat membantu konsumen, untuk menentukan produk Levi’s yang tepat tanpa terpaku dengan foto dari model yang biasanya digunakan oleh jenama fesyen atau retail.
Baca juga:

Sayangnya, inovasi dari Levi’s serta Lalaland.ai malah memicu kontroversi dari banyak pihak yang cenderung tak menyetujui kecerdasan buatan seakan menggantikan profesi model.
Hanya berselang beberapa hari setelah pengumuman serta penerapannya, berbagai respons negatif diutarakan banyak pihak. Salah satunya adalah pengamat mode ternama di Inggris Caryn Franklin.
“Citra yang dilakukan Levi’s tak sesuai dengan ide saya dalam diversifikasi mode. Penggunaan AI, terasa seperti cara untuk tak mempekerjakan beragam model yang sebenarnya pantas menjadi representasi, bekerja, dan eksposur. Banyak agensi yang siap menawarkan manusia (model) yang bersemangat dan menarik, jadi brand tidak punya alasan,” ujarnya sebagaimana dikutip dari The Telegraph, Rabu (29/3).
Melihat kontroversi ini, pihak Levi’s akhirnya memberikan respons terhadap keputusan mereka menggunakan AI sebagai model.
Melalui rilis yang dikeluarkan pada Selasa 28 Maret 2023 di laman resminya, pihak Levis Strauss & Co. mengklaim bahwa kolaborasi dengan Lalaland.ai tak akan memicu mereka membatalkan kerjasama dengan para model, karena Levi’s tetap mementingkan 'cerita yang autentik' bagi para konsumen setianya dan ini hanya bisa tercapai melalui kolaborator manusia yang menjadi intinya. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Pemerintah Pacu Regulasi AI, Rancangan Perpres Ditargetkan Selesai September 2025

Cara Mudah Bikin Logo dengan Bantuan AI, Ini 3 Contoh Prompt yang Bisa Dicoba

Komisi I DPR Dukung Komdigi Desak Platform Digital Sediakan Fitur Pengecekan Konten AI

Albania Punya Menteri AI Pertama di Dunia, antara Aksi Publisitas dan Usaha Masuk Uni Eropa

Diella, ‘Menteri’ AI Pertama Asal Albania, Ditugasi Berantas Korupsi karena tak Mempan Disuap

DeepSeek-R2 Segera Meluncur, Tiongkok Mulai Kembangkan AI Domestik

Era Baru Kejahatan Digital, CrowdStrike Sebut Serangan AI Makin Meningkat di 2025

Mau Saingi ChatGPT-5, DeepSeek-R2 Segera Diluncurkan Akhir Agustus 2025

Apple Diam-diam Kembangkan Mesin Pencari AI, Siap Jadi Pesaing Berat ChatGPT dan Gemini

Genre Imajinasi Nusantara, Lukisan Denny JA yang Terlahir dari Budaya Lokal hingga AI
