Manga Buatan AI Belum Dianggap Karya Seni


Manga pertama buatan AI di Jepang mengangkat cerita rakyat Jepang Momotaro. (Unsplash/Martijn Baudoin)
MANGA Cyberpunk: Peach John mengisahkan cerita rakyat Jepang, Momotaro yang mitosnya lahir dari buah persik raksasa dan hidup di masa depan distopia. Uniknya, selama proses penulis membuat alur cerita dan dialog, citra fiksi ilmiahnya diproduksi sepenuhnya oleh kecerdasan buatan.
Penerbit dibalik karya tersebut, Shinchosha percaya bahwa Cyberpunk: Peach John adalah karya manga lengkap pertama di dunia yang digarap oleh artificial intellegence (AI). Manga ini diilustrasikan menggunakan Midjourney, generator gambar online yang dapat menghasilkan gambar detail berdasarkan permintaan penggunanya.
Baca Juga:

Dilansir dari CNN, penulis anonim yang menggunakan nama pena Rootport, mengatakan bahwa dia menyelesaikan pekerjaannya hanya dalam enam minggu. Mencakup lebih dari 100 halaman dan tidak seperti banyak publikasi manga yang ditampilkan dalam warna penuh. Karya dalam skala ini akan memakan waktu lebih dari satu tahun untuk diselesaikan jika menggunakan tangan.
Alat pencitraan AI online seperti Midjourney, DALL-E 2, Stable Diffusion, dan Google's Imagen telah meledak popularitasnya sejak tersedia untuk umum tahun lalu. Namun, Midjourney tidak dapat langsung mereplikasi karakter yang ada dalam pose baru atau dengan ekspresi wajah yang berbeda.
Untuk menyiasatinya, Rootport memberikan ciri khas karakternya, seperti rambut merah muda, telinga anjing, atau kimono merah yang akan membantu pembaca mengenali karakter seiring berjalannya cerita.
“Bahkan dalam karya manga legendaris, gambar karakter yang berbeda antara awal dan akhir seri adalah hal yang lumrah,” jelas Rootport.
Baca Juga:

Alat pencitraan AI sekalipun, kesulitan untuk membuat tangan manusia secara akurat. Untuk alasan ini, Rootport mengatakan ia membuat ‘kompromi yang signifikan’ dengan membatasi adegan yang menggambarkan tangan karakter.
Rootport mengatakan bahwa buku komiknya yang mencakup 10 halaman panduan cara memproduksi manga buatan AI merupakan karya seni. Ia menyamakan argumen yang mendukung seni AI dengan argumen yang digunakan untuk membela Fountain karya Marcel Duchamp, patung porselen dari urinoir.
"Jika kamu menganggap karya mereka yang memanfaatkan produk industri dan desain label yang ada, sebagai seni, tidak ada alasan rasional untuk memperlakukan AI secara berbeda,” kata Rootport. Ia mengatakan karyanya diterima secara positif ketika ia mengunggah pratinjau komik tersebut secara online. Meskipun begitu ada beberapa orang yang tidak setuju menganggap karyanya sebagai karya seni. (vca)
Baca Juga:
'One Piece' Jadi Manga Pertama dengan Setengah Miliar Salinan
Bagikan
Berita Terkait
POCO F8 Ultra Sudah Raih Sertifikasi NBTC, Kemungkinan Debut Global dalam Waktu Dekat

Bocoran OPPO Reno 15 Pro Max Terungkap, Berikut Spesifikasi Lengkapnya!

DxOMark Sebut iPhone 17 Pro Punya Kamera Selfie Terbaik, Kalahkan Google dan Honor

Anomali Apple: iPhone Air Kurang Laris, Tapi Produksi iPhone 17 Malah Diborong Habis

Presiden Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Kertanegara, Bahas Pengembangan STEM dan Swasembada Energi-Pangan

iPhone 18 Pro Bakal Dilengkapi Kamera Aperture Variabel, Kerja Sama dengan 2 Perusahaan Tiongkok

ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa

Engsel iPhone Fold yang Bakal Meluncur Tahun Depan Cuma Rp 1 Juta, Harga HP-nya DIperkirakan Tembus Rp 30 Juta

OPPO Find X9 Series Meluncur Global 28 Oktober, ini Spesifikasi Lengkapnya

Samsung Bakal Hentikan Seri Edge, Bagaimana Nasib Galaxy S26?
