Apakah gonta-ganti bisnis dianggap salah? (foto pixabay rawpixel)
Ukuran:
14
Font:
Audio:
SELAMA pandemi COVID-19, homepage media sosial kita biasanya dibanjiri oleh promosi dagangan teman yang berjualan demi menyambung hidup.
Dari yang awalnya jualan baju, buka barbershop, pekerja kantoran, atau bisnis menjual kopi, tiba-tiba berubah haluan menjadi penjual masker, hand sanitizer, dan face shield. Tak sedikit pula yang menjual makanan masakannya sendiri. Lantas, gonta-ganti produk bisnis itu sebenarnya bagus atau enggak sih?
Gupta Sitorus merupakan founder dari SandPiper. (Foto: Instagram/@GuptaSitorus)
Gupta Sitorus, CEO Disrupto menganggap dalam konteks pandemi, keberlangsungan hidup menjadi prioritas dibanding positioning sebuah brand atau bisnis. Ia juga menganggap berubah haluan atau berinovasi menjadi tuntutan supaya bisnis bisa jalan terus.
Menurut Gupta, hal ini tidak hanya berlaku di bisnis-bisnis kecil. Contohnya seperti konveksi yang biasanya produksi pakaian, lalu saat ini memproduksi masker. Bisnis-bisnis raksasa dan multinational company mau tidak mau juga harus merubah haluan bisnis mereka.
"Misalnya produsen mobil Amerika Serikat yaitu Ford dan General Motors yang saat ini memproduksi ventilator yang banyak dibutuhkan sektor Kesehatan," jelas founder dari Jakarta Dessert Week itu kepada MerahPutih.com.
Bertahan hidup menjadi taraf sukses selama pandemi. (Foto Instagram/@GuptaSitorus)
Bagi Gupta, kehadiran COVID-19 juga menjadi pengingat bagi kita untuk bisa lebih kritis dalam menjalankan bisnis. Akan muncul pertanyaan-pertanyaan seperti 'apa yang penting bagi pelanggan anda di saat ini dan di masa depan?', 'dapatkah Anda mendigitalkan produk atau layanan Anda dan mulai menawarkannya secara online?', 'dapatkah Anda menerapkan teknologi untuk menyeimbangkan hilangnya penghasilan dengan menawarkan cara baru untuk terhubung dengan pelanggan Anda?'.
Di masa pandemi, definisi sukses bagi setiap bisnis pada umumnya adalah untuk survive alias bertahan hidup. Founder dari Sandpiper itu juga menambahkan bisnis tetap memiliki peluang untuk bertahan hidup sampai situasi kembali normal.
Peluang untuk mempertahankan bisnis akan besar jika para pelaku bisnis mampu mengetahui bagaimana cara memaksimalkan aset serta infrastruktur yang ada. Aset dan infrastruktur harus dimanfaatkan untuk membuat produk dan inovasi baru yang lebih relevan dengan kebutuhan pasar. (shn)