Cara Mengkritik Bisnis Teman Tanpa Membuatnya Baper
Custom diorama Foto Instagram Shennarts. (
PEREKONOMIAN yang sedang anjlok mengharuskan semua orang untuk berusaha lebih keras agar mampu bertahan hidup di dunia yang serba mahal ini.
Tidak heran, belakangan ini tiba-tiba muncul segelintir orang yang memulai bisnis baru selama pandemi COVID-19, mulai dari menjual makanan hasil masakan sendiri, menjual perhiasan kerajinan tangan sendiri, atau menawarkan jasa sesuai spesialisasi dan keahlian masing-masing.
View this post on Instagram
Dalam satu hari, biasanya kamu juga akan melihat setidaknya tiga promosi dagangan teman baik di Instastory maupun feeds Instagram.
Kamu juga pasti pernah dimintai tolong untuk mempromosikan dagangan teman dengan cara follow, like, atau repost dagangan mereka di media sosial.
Beberapa teman juga ada yang tidak sungkan untuk 'maksa' membeli produk atau menggunakan jasa yang mereka tawarkan.
Ketika berniat untuk mendukung teman dengan cara membeli barang atau menggunakan jasa mereka, ada juga beberapa konsumen yang merasakan beberapa ketidaknyamanan dari produk atau jasa yang mereka terima.
Namun karena dagangan itu milik teman, kritik-kritik 'membangun' ini rasanya segan dan munucul rasa 'tidak enak' jika disampaikan.
BACA JUGA;
Ketidaknyamanan yang dimaksudkan bisa berupa kerusakan barang yang dijual, durasi pengiriman yang lambat, ada cita rasa yang kurang sedap dalam masakan, serta minus-minus lainnya.
Kamu sadar bahwa ketidaknyamananmu ini bisa disampaikan dan menjadi kritik yang membangun, tetapi kamu masih memikirkan perasaan teman sehingga kamu terus bertanya-tanya, 'perlu gak sih gue sampein?','ntar dia baper lagi?'
Menurut CEO Disrupto, Gupta Sitorus, masukan kita sebagai pembeli bisa disampaikan secara personal tanpa harus dipublikasikan ke Linimasa kita.
"Selalu utamakan komunikasi dua arah. Dengan ini, anda tetap bisa memberi masukkan tanpa menjatuhkan reputasi bisnis teman anda," ungkap founder dari Sandpiper tersebut kepada MerahPutih.com.
View this post on Instagram
Ia juga mengingatkan untuk menggunakan bahasa yang sopan dan tidak perlu berlebihan untuk menjaga perasaan teman kita.
Sebagai teman yang baik, tentunya kita ingin teman kita sukses dalam membangun bisnis apapun yang sedang ia rintis saat ini.
Meski begitu, seringkali kita menemukan bahwa kualitas barang atau jasa yang ditawarkan tidak sesuai dengan apa yang diklaim.
Lantas, apakah kita harus tetap memberikan review sesuai dengan kenyataan di media sosial atau perlukah kita 'menutupi' kekurangan teman demi mendukung bisnisnya?
View this post on Instagram
Bagi Gupta, mendukung bisnis teman lewat promosi di media sosial merupakan salah satu cara untuk menjaga tali silaturahmi.
Namun sebagai warganet, kita harus bisa bertanggungjawab atas apa yang kita klaim dan sampaikan di linimasa. Jika tidak, reputasi kita yang akan kena dampaknya.
"Salah satu cara untuk tetap menjadi objektif adalah dengan menyampaikan fitur-fitur atau fakta produk saja tanpa menambahkan opini personal kita tentang produk teman tersebut," ungkap founder dari Jakarta Dessert Week.
Kamu bisa menjelaskan tentang harga produk, dimana produk bisa diperoleh, serta varian dan ukuran produk ketika melakukan review.
BACA JUGA:
[HOAKS atau FAKTA]:COVID-19 Bisa Ditransmisikan Melalui Barang yang Dibeli dari Tiongkok?
Sang board of editor dari Greatmind.id tersebut juga mengatakan bahwa mendukung bisnis teman secara umum sebenarnya sangat sederhana.
"Beli dan jadi pelanggan mereka. Namun jika Anda tidak tertarik, gestur mendukung seperti mengikuti akun mereka, menyukai postingan mereka dan memposting produk mereka di linimasa Anda bisa jadi bentuk dukungan juga. Merefer produk mereka ke rekan, teman atau kolega Anda juga akan membantu teman anda untuk membangun bisnisnya," ungkapnya.
View this post on Instagram
Jika ingin lebih proaktif, kamu bisa bertanya langsung mengenai dukungan apa yang mereka inginkan. Ketika mereka bertanya dan meminta feedback, pastinya kejujuran, kesopanan serta objektivitas menjadi kuncinya. "Jika mereka tidak bertanya, jadilah cheerleader yang baik," tambah Gupta Sitorus.
Bagi kamu yang sedang merintis usaha kecil-kecilan, Gupta mengatakan bahwa media sosial saat ini menjadi pilihan yang efektif dan efisien.
Selain cakupannya yang luas, media sosial juga tidak membutuhkan budget sebesar tools konvensional lainnya seperti televisi, radio, atau billboard,dll.
"Penggunaan social media ads juga akan sangat membantu dalam membangun product awareness. Sedangkan penggunaan influencers akan membangun kredibilitas produk. Influencer dalam hal ini tidak hanya yang mega dan makro seperti selebriti, tapi juga micro dan nano influencer yang jumlah follower di bawah 1000 orang. Nano influencer Ini bisa saja teman, keluarga, kerabat atau rekan kerja," jelasnya. (shn)
BACA JUGA:
Bagikan
annehs
Berita Terkait
UMKM Terdampak Bencana di Sumatera Bakal Dibantu, Pemerintah Mulai Lakukan Pendataan
UMKM Sinergi ADV Nusantara Gandeng The Jakmania Garis Keras Kampanyekan Tolak Produk Impor Ilegal
BGN Gandeng Kelompok Masyarakat dan UMKM untuk Pasok Bahan Baku MBG
Raker Menteri UMKM Maman Abdurrahman dengan Komisi VII DPR bahas Penyaluran KUR
UMKM Sinergi Adv Nusantara Gelar Aksi Seni Tolak Pakaian Bekas Impor di Kota Tua Jakarta
Kabar Gembira! Pemerintah Tidak Bakal Batasi Pengajuan KUR dan Bunga Tetap 6 Persen
Baju Bekas Impor Bakal Dijual ke UMKM Buat Dicacah
Pajak UMKM 0,5 Persen Bakal Jadi Permanen, Purbaya Kasih Syarat Ini
Kejari Jakarta Timur Geledah Kantor Sudin UMKM, Usut Dugaan Korupsi Pengadaan Mesin Jahit Rp 9 Miliar
Pemerintah Ingatkan E-Commerce Patuhi Regulasi Thrifting, Shopee Blokir Lebih Dari Satu Juta Keyword