Generasi Muda Lebih Kenal Pahlawan Fiksi, Ini Kata Cucu Kandung Jenderal Soedirman
Tak banyak literasi tentang pahlawan yang diketahui pelajar Indonesia (Foto: Pixabay/sasint)
KEMERDEKAAN Indonesia tidak didapatkan dengan mudah. Itu ditebus dengan darah, keringat, dan air mata para pejuang. Ada jutaan nyawa yang gugur di medan perang demi kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sayangnya puluhan tahun berlalu, nama mereka hanya dikenang secara seremonial. Perjuangan mereka hanya hadir di momen tertentu seperti di tanggal 17 Agustus (Hari Kemerdekaan) atau tanggal 10 November (Hari Pahlawan). Selebihnya? Nama mereka hanya tersimpan di buku Sejarah.
Baca Juga:
Tidak banyak yang mengidolakan dan terinspirasi oleh kisah heroik mereka dalam merebut kemerdekaan Indonesia. Apalagi generasi muda. Jangankan untuk mengetahui kisah, sulit bagi mereka untuk mengingat nama pahlawan Indonesia. Alih-alih mengidolakan pahlawan nasional, generasi muda justru lebih mengidolakan pahlawan fiksi asing. Mereka lancar menyebut nama Superman, Batman, Iron Man, Captain America dan lain-lain. Namun, untuk sekedar menulis nama Pahlawan Nasional seperti Frans Kaisiepo saja mungkin masih typo.
Hal tersebut disayangkan banyak orang. Salah satunya oleh cucu kandung Jenderal Besar Soedirman, Ganang Priyambodo Soedirman. Kendati demikian, ia tidak bisa menyalahkan generasi muda akan ketidaktahuan itu.
"Semakin sedikit yang mengenal pahlawan tetapi kami tidak bisa menyalahkan anak-anak. Kita senior ini salah semua karena tidak menyampaikan sejarah ini ke generasi muda sehingga sedikit sekali yang mengenal pahlawan nasional," ujarnya dalam acara press conference Rayakan Semangat Hari Pahlawan bersama McDonald's Indonesia.
Baca Juga:
Dia mengisahkan, suatu hari mengajar di sebuah sekolah dimana dalam satu kelas terdiri dari 40 orang. Dia mengajukan sebuah pertanyaan sederhana untuk murid-murid tersebut yang tidak bisa dijawab oleh mereka. "Ketika itu saya menanyakan pertanyaan sederhana, Jenderal Soedirman meninggal di usia berapa? Dari seluruh siswa tidak ada anak yang menjawab dengan tepat. Ada yang jawab 60 tahun, 50 tahun. Tidak ada yang tepat. Padahal beliau meninggal di usia 34 tahun, sangat muda," tuturnya.
"Ketika berbincang dengan teman saya orang Singapura saya terkesan. Di sana hanya punya satu pahlawan saja begitu menginspirasi dan dikagumi. Di Indonesia ada ribuan pahlawan nasional tetapi kurang sekali apresiasinya," lanjutnya.
Dia menyayangkan pemerintah terkait yakni Kementerian Pendidikan yang kurang berupaya memperkenalkan pahlawan nasional. "Kementerian Pendidikan juga kurang mengenalkan padahal itu bisa jadi inspirasi," ucapnya.
Ia pun berharap kelak masyarakat lebih bisa mengapresiasi perjuangan para pahlawan dan bisa meneladani sikap positif mereka. "Kalau bisa sampai mengikuti jalan kebaikan pahlawan saya yakin Indonesia akan semakin maju," tukasnya. (avia)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
Komnas HAM Kecewa Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Minta Kasus Dugaan Pelanggaran di Masa Lalu Tetap Harus Diusut
Menteri HAM Ogah Komentar Detail Soal Gelar Pahlwan Soeharto
Marsinah Dijadikan Pahlawan Nasional, Bukti Negara Mulai Menghargai Kelompok Buruh
Dari Akademisi hingga Diplomat, Kiprah Prof. Mochtar Kusumaatmadja Kini Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional
Gus Dur dan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional, PKB: Bentuk Pengakuan Negara atas Jasa Besarnya
Ubedilah Badrun Sebut Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bukti Bangsa Kehilangan Moral dan Integritas
Soeharto & Marsinah Barengan Jadi Pahlawan Nasional, SETARA Institute Kritik Prabowo Manipulasi Sejarah
Aktivis Reformasi Sebut Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Bentuk Pengaburan dan Amnesia Sejarah Bangsa
Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Pimpinan Komisi XIII DPR Singgung Pelanggaran HAM Orde Baru