Gangguan Mental Paling Banyak Menyerang Generasi Milenial, Apa Penyebabnya?


Gangguan mental menyerang milenial. (Foto: Harvard Business Review)
KESEHATAN mental telah menjadi masalah yang sering dialami oleh generasi milenial, dan kondisi tersebut tidak boleh dianggap remeh. Melansir dari laman Blue Cross Blue Shield Associaton (BCBSA), Dr. Vincent Nelson mengatakan bahwa milenial merupakan generasi yang paling banyak terkena gangguan kesehatan mental ketimbang gangguan fisik dibandingkan generasi baby boomers.
Menurut laman healthline.com, sepuluh kondisi yang paling mempengaruhi generasi milenial adalah depresi berat, kecanduan zat serta alkohol, hipertensi, hiperaktif, kondisi psikotik, penyakit Crohn dan kolitis ulserativa, kolesterol tinggi, kecanduan tembakau, serta diabetes tipe 2.
Baca juga:
Deborah Serani, PsyD Professor Adelphi University serta penulis buku Living With Depression menjelaskan beberapa faktor yang menjadi penyebab milenial menjadi generasi yang paling rentan terkena gangguan mental.
1. Kecanggihan teknologi

Karena kehadiran teknologi yang semakin canggih, milenial menjadi generasi pertama yang dibesarkan tanpa memahami seberapa pentingnya bertatapan mata dalam berkomunikasi.
Ini yang menyebabkan generasi milenial mengalami kesulitan dalam membaca ekspresi wajah, serta memiliki kewaspadaan yang rendah terhadap emosi diri sendiri maupun orang lain.
2. Pemberitaan berlebihan yang diterima

Dr. Serani menjelaskan meledaknya jumlah pemberitaan semenjak hadirnya internet menciptakan perputaran pembaharuan berita 24 jam baru yang mana membuat generasi milenial sejak kecil telah mampu mengakses berita-berita yang menakutkan.
Mulai dari pemberitaan terorisme, bencana alam, sampai bencana-bencana yang tidak ada di generasi sebelumnya berhasil menghantarkan perasaan ketidakberdayaan, tanpa harapan, serta ketakutan apalagi dengan visualisasi media yang semakin canggih yaitu berupa gambar dan video beresolusi tinggi.
Baca juga:
3. Pandangan orang terhadap mentalitas

Dr. Serani mengatakan bahwa pandangan seseorang terhadap gangguan mentalitas adalah bukan tentang bagaimana cara belajar untuk menang atau kalah dari kondisi tersebut, melainkan lebih kepada "menerima" hal tersebut.
Pola pikir seperti mampu menghambat kurva belajar alami untuk menghadapi kegagalan, bertahan serta menjadi tahan banting.
Ini yang mengakibatkan para milenial mengalami kesulitan mentoleransi peristiwa yang membuat stres, frustasi, serta berusaha untuk menghindari tuntutan untuk tetap di zona nyaman dan tidak harus merasakan kewalahan.
4. Jam kerja yang tidak jelas

Meskipun generasi milenial memiliki kesempatan bekerja yang tidak memiliki jadwal tetap serta bisa mengakses pekerjaan dari jarak jauh berkat teknologi, namun sisi buruknya adalah para milenial terkadang masih harus bekerja pada hari libur serta akhir pekan.
Dr. Jonathan Avery, psikiater di New York-Presbyterian dan Weill Cornell Medicine mengatakan bahwa kesibukan kerja juga mengakibatkan para milenial lebih terisolasi dan juga lebih candu terhadap gadget. (Shn)
Baca juga:
Generasi Z: Pekerja Keras, Peka, dan Suka dengan Orisinalitas
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya

Bukan Sekadar Mood Swing Biasa! Ini Beda Bipolar dan Depresi yang Wajib Diketahui

Dinkes DKI Jakarta Ungkap 15 Persen ASN Terindikasi Memiliki Masalah Kesehatan Mental

Ingat! Depresi Bukan Aib, Jangan Resistan Terhadap Pengobatan

Kalau Kamu Rasakan 3 Hal Ini Lebih dari 2 Pekan, Dokter Bilang Itu Depresi Lho!

Mengenali Gangguan Mental Sejak Dini: Ini Perbedaan Bipolar dan Skizofrenia pada Anak dan Remaja

Apa Saja Gejala Awal Penyebab Skizofrenia Pada Anak-Anak dan Remaja

Ahli Ungkap Gejala Awal dari Gangguan Bipolar I pada Anak-Anak dan Remaja
