Gangguan Cemas jadi Masalah Kesehatan Mental Remaja


Saring yang mereka katakan dan ambil positifinya. (freepik/jcomp)
PERNAHKAH kamu merasa tegang, keringat dingin, tangan berkeringat, dan jantung berdebar keras saat mengerjakan skripsi. Keluhan itu berulang lagi ketika tugasmu dapat banyak revisi dan coretan merah.
Akhirnya timbul rasa cemas dan tidak bisa tidur. Rasa cemas ini sebenarnya wajar terjadi pada mahasiswa tingkat akhir. Namun, akan berbeda saat keluhan tersebut sering muncul tanpa sebab dan datang berulang-ulang. Saat hal itu terjadi, sebaiknya kamu berkonsultasi dengan penyedia layanan konseling.
Beroleh kecemasan berulang-ulang tanpa sebab, bisa jadi ini salah satu penanda kamu sedang mengalami gangguan kesehatan mental.
Baca Juga:

“Gangguan cemas merupakan gangguan mental paling banyak dialami oleh remaja,” tulis laporan penelitian Indonesia National Adolescent Mental Health Survei (i-NAMHS-Report).
Laporan tersebut memaparkan bahwa hanya 2,6 persen remaja dengan masalah kesehatan yang pernah mengakses layanan lembaga kesehatan mental. Padahal banyak lembaga yang menyediakan dukungan atau konseling untuk masalah emosi dan perilaku.
Tentu dalam mengerjakan skripsi atau tugas akhir perlu adanya ketengan agar kamu dapat produktif pada saat mengerjakan skripsi. Jika mental kamu tidak baik-baik saja, bagaimana kamu dapat menyelesaikan tugas kamu dengan tepat waktu.
Menurut Psycological Today, kesehatan mental sangat berkaitan dengan produtivitas. Gangguan kesehatan mental seperti depresi, kecemasan atau kelelahan dapat menurunkan motivasi dan produksi serta meningkatkan stres yang serius.
“Yang dikhawatirkan jika berlangsung konsisten dalam periode waktu yang lama. Mental seseorang yang terganggu akan mengubah karakternya secara perlahan menjadi negatif,” jelas dr. Sahat Hamonangan H, M.Biomed,Sp.Kj, dikutip dari RSD Mangusada.
Baca Juga:

Jika kamu ingin menjaga kesehatan mental, ada beberapa hal yang harus dilakukan untuk menjaga kesehatan mental. Menurut Sahat, hal pertama yang perlu kamu lakukan adalah mengontrol emosi. Belajarlah untuk tidak tersingung dengan yang dikatakan orang lain. Kemudian saring yang mereka katakan dan ambil positifinya.
Selain kontrol emosi, kamu dapat curhat kepada orang lain. Dengan bercerita kepada orang yang kamu percaya seperti sahabat atau teman dekat, dapat mengurangi beban yang kamu pikul. Kamu juga dapat mencoba hal baru yang memberikan manfaat positif.
Jika kamu bingung hal baru yang harus dilakukan, kamu bisa pergi keluar untuk sekedar jalan-jalan di ruang terbuka kurang lebih 10 menit. Meski hanya 10 menit, ini akan meredakan stres dan meningkatkan energi dalam tubuh. Jangan lupa istarat yang cukup, tentu untuk menjaga kesehatan mental perlu istiharat yang cukup setelah beraktivitas diluar.
Jika kamu merasa ada yang tidak beres dengan mental kamu, sebaiknya kamu segera konsultasi dengan penyedia layanan kesehatan mental sebelum gangguan mental menjadi lebih parah. (aqb)
Baca Juga:
Hari Kesehatan Mental Dunia 2023, Kesehatan Mental Adalah Hak Asasi
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
