Eks Napiter Anggota JAT Curhat Lewat Buku 'Hijrah Dari Radikal Kepada Moderat'

Eddy FloEddy Flo - Kamis, 20 Februari 2020
 Eks Napiter Anggota JAT Curhat Lewat Buku 'Hijrah Dari Radikal Kepada Moderat'

Eks napiter anggota Jamaah Ansharut Tahuhid, Haris Amir Falah saat bedah buku 'Hijrah dari Radikal Kepada Moderat' di UMS, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah (MP/Ismail)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.Com. Mantan narapidana terorisme (napiter) jaringan Jamaah Ansharut Tauhid, Haris Amir Falah menegaskan radikalisme tidak boleh dialamatkan kepada agama manapun, termasuk ke dalam agama Islam.

Hal itu diungkapkan Haris dalam bedah buku kontroversial 'Hijrah dari Radikal Kepada Moderat' di Auditorium Muhammad Djazman Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah.

Baca Juga:

Wali Kota Solo Ragukan WNI Kombatan ISIS Bisa Terima Ideologi Pancasila

Haris merupakan mantan Napiter yang ditangkap oleh Densus 88 Antiteror saat latihan militer di Aceh pada 2010 , dan kemudian divonis 4,5 tahun. Usai bebas membuat buku 'Hijrah dari Radikal Kepada Moderat'.

Bedah buku karya eks napiter Jaringan JAT Haris Amir Falah di UMS
Bedah buku karya eks napiter Haris Amir Falah di UMS (MP/Ismail)

"Saya melalui buku ini ingin mengubah pemikiran dan sikap saya tentang ajaran Islam, yakni dari paham yang ekstrim dan radikal menjadi moderat," ujar Haris.

Haris mengungkapkan munculnya kata radikalisme bukan muncul dari buah pemikiran agama Islam. Ia menjelaskan dalam buku tersebut menyampaikan suatu perjalanan pergolakan pemikiran pribadi yang amat panjang dari sekitar 1983 hingga 2010.

"Melalui buku ini saya menemukan titik balik menuju pemahaman yang moderat dan rahmatan lilalamin," kata dia.

Ia mengakui buku yang ditulisnya masih memancing kontraversi ada sebagian orang mengatakan kalimat radikal dan moderat ini, masih banyak diperdebatkan.

"Saya pahami dengan radikalisme adalah paham keagamaan yang berideologi kekerasan, kemudian terlalu keras memahami agama, dan juga berlebih-lebihkan yang akhirnya melahirkan intoleransi di dalam beragama," papar dia.

Ia mengatakan tentang arti moderat yaitu sikap teguh memegang Islam, dan saat yang bersamaan menghormati segala perbedaan, serta akhirnya melahirkan sikap yang santun dan toleransi. Faham moderat itu bisa mencegah faham terorisme.

Baca Juga:

Bupati Purwakarta Angkat Mantan Napiter Jadi Pengawas Kebersihan

Pengamat Pergerakan Islam Amir Mahmud mengatakan radikal dinilai ada tiga kategori yakni dalam bentuk lisan atau ujaran kebencian. Kemudian Kedua radikal dalam bentuk fisik yakni mereka tidak suka kemudian melakukan kekerasan, dan ketiga bentuk ekstrim, yakni mereka yang ingin mengubah suatu tatanan nilai bangsa manapun itu disebut radikalisme.

"Saya tegaskan radikalisme itu, bukan Islam. Islam bukan radikalisme. Namun, radikalisme itu, seseorang atau kelompok yang melakukan paham radikal," pungkas Mahmud.(*)

Berita ini ditulis berdasarkan laporan Ismail, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Jawa Tengah.

Baca Juga:

Sekolah Rawan Disusupi Radikalisme, Para Murid Diminta Cari Guru yang Benar

#Radikalisme #Deradikalisasi #Jamaah Ansharut Daulah #Jaringan Teroris
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Densus 88 saat ini menggunakan dua pendekatan, yaitu pendekatan keras (hard approach) dan pendekatan lunak (soft approach)
Angga Yudha Pratama - Jumat, 08 Agustus 2025
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Indonesia
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda
Isi konten radikal remaja anggota ISIS di Gowa ditangkap. Remaja itu aktif menyebarkan propaganda melalui media sosial dan membahas aksi bom bunuh diri.
Soffi Amira - Minggu, 25 Mei 2025
Isi Konten Radikal Remaja Anggota ISIS di Gowa Terungkap, Aktif Sebarkan Propaganda
Indonesia
Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen
Menurut Nasarudin, budaya maritim terbiasa menghargai perbedaan.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 April 2025
Menteri Agama sebut Paham Radikal Susah Menyebar di Indonesia karena Pengaruh Budaya Maritim dan Heterogen
Indonesia
Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi
Satgas Operasi Madago Raya melibatkan 253 personel termasuk anggota TNI/Polri.
Wisnu Cipto - Rabu, 02 Oktober 2024
Operasi Madago Raya Sulteng Temukan 4 Bom Rakitan dan Ratusan Amunisi
Indonesia
Densus 88 Ciduk Sempalan Al Qaeda di Gorontalo
Setelah tahun 2016, YLK berupaya menghilangkan jejak dengan mengganti identitas-nya hingga ditangkap pada Agustus 2024
Angga Yudha Pratama - Selasa, 03 September 2024
Densus 88 Ciduk Sempalan Al Qaeda di Gorontalo
Indonesia
Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror
Tahapan paparan paham radikal dimulai dari kegagalan menyikapi perbedaan hingga berpotensi menjadi radikalisme.
Dwi Astarini - Kamis, 25 Juli 2024
Penyebaran Radikal di Depan Mata, Semua Orang Bisa Direkrut ke Jaringan Teror
Indonesia
Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif
Zulfikar Sy - Jumat, 08 September 2023
Muhammadiyah Sebut Kontrol Tempat Ibadah oleh Pemerintah Picu Dampak Negatif
Indonesia
Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos
Ketua Presidium Masyarakat Anti Fitnah Indonesia (Mafindo) Septiaji Eko Nugroho mengingatkan warga untuk menghindari radikalisasi di media sosial dengan menerapkan metode berpikir kritis.
Mula Akmal - Jumat, 04 Agustus 2023
Mafindo Imbau Masyarakat Hindari Radikalisasi di Medsos
Indonesia
ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024
ASN lingkungan Pemprov DKI Jakarta mendapat arahan khusus terkait pencegahan penyebaran paham radikalisme menjelang Pemilihan Umum (Pemilu) 2024.
Zulfikar Sy - Senin, 06 Maret 2023
ASN DKI Diharapkan Terhindar dari Paham Radikalisme Jelang Pemilu 2024
Indonesia
Pemerintah Perlu Evaluasi Program Deradikalisasi
Pemerintah diminta melakukan evaluasi kembali program deradikalisasi narapidana terorisme. Demikian disampaikan analis komunikasi politik dan pertahanan keamanan dari Universitas Nasional (Unas), Selamat Ginting.
Mula Akmal - Rabu, 07 Desember 2022
Pemerintah Perlu Evaluasi Program Deradikalisasi
Bagikan