Sekolah Rawan Disusupi Radikalisme, Para Murid Diminta Cari Guru yang Benar
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo dalam diskusi tentang bahaya radikalisme di sekolah, Solo, Jawa Tengah, Rabu (12/2). (MP/Ismail)
MerahPutih.Com - Keberadaan sekolah menjadi salah satu sarana yang rawan disusupi untuk menyebarkan paham radikal.
Penyebaran radikalisme di sekolah bisanya dibawa oleh sejumlah guru dan disebarkan kepada siswa saat mengajar. Atas dasar tersebut para siswa, orang tua dan guru harus berhati-hati.
Baca Juga:
Muhammadiyah Berharap Pemerintah Tidak Salah Kaprah Beri Stigma WNI yang Gabung ISIS
Demikian diungkapkan Eks narapidana terorisme, Joko Triharmanto alias Jack Harun delam acara Sarasehan dan Dialog bagi Kepala Sekolah, Guru, Rohis SMA/SMK/Madrasah Aliyah Negeri dan Swasta se Eks-Karesidenan Surakarta, di SMKN 8 Solo, Rabu (12/2).
"Sekolah masih menjadi salah satu sarana yang rawan dijadikan tempat menyebarkan paham radikalisme. Maka dari itu, harus berhati-hati," ujar Joko kepada awak media.
Ia pun meminta pada siswa agar ikut berperan aktif dan kritis dalam melihat sesuatu yang tampak janggal dengan apa yang diajarkan guru bisa dilaporkan kepada kepala sekolah. Dengan itu, paham radikalisme akan sulit masuk ke sekolah.
"Lingkungan sekolah juga memegang peran strategis dalam membentengi siswa dari radikalisme. Namun, untuk membentengi siswa dari radikalisme tak cukup dengan modal kurikulum saja," kata dia.
Mantan anak buah Nurdin M Top ini mengungkapkan kurangnya kedekatan guru dan murid menjadi pemicu tumbuhnya paham radikal pada remaja. Murid yang sering menjadi sasaran perundungan, kata dia, lebih rawan disusupi paham radikal.
"Guru harus jeli melihat kondisi murid-muridnya sehingga cepat mendeteksi masalah yang mereka hadapi. Sebelum tersesat selamatkan mereka mulai dari sekarang," terangnya.
Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, mengatakan melalui kegiatan ini mengingatkan pada semua pihak bahaya radikalisme bisa mengintai siapa saja. Apalagi, ada eks napiter sebagai pembicara ini bisa menguatkan semua pihak agar membentengi diri dari bahaya terorisme.
Baca Juga:
Tolak WNI Simpatisan ISIS, Presiden Jokowi Utamakan Keselamatan 267 Juta Rakyat Indonesia
"Ya dengan ini siswa bisa tahu sumber radikalisasi muncul dari mana sih? Mereka (teroris) gunakan medsos untuk mendoktrin calon korbannya. Terpenting adalah mencari guru yang benar-benar baik agar tidak tersesat," pungkasnya.(*)
Berita ini ditulis berdasarkan laporan Ismail, reporter dan kontributor merahputih.com untuk wilayah Jawa Tengah.
Baca Juga:
Daripada Cabut Kewarganegaraan, Imparsial Desak Pemerintah Pulangkan Simpatisan ISIS
Bagikan
Berita Terkait
Naveed Akram, Pelaku Penembakan di Pantai Bondi, Australia, Didakwa atas 15 Pembunuhan
12 Orang Meninggal Akibat Penembakan di Pantai Bondi Australia
Pakar Ungkap Dua Kunci Kerentanan Anak di Ruang Digital yang Bisa Dimanfaatkan Jaringan Terorisme
Polisi Dalami Pola Perekrutan Anak di Game Online Buat Aksi Terorisme
Polisi Bongkar Sindikat Teroris ‘ISIS’ Perekrut Anak-Anak, Lakukan Propaganda via Gim Online sampai Medsos
110 Anak Diduga Direkrut Teroris, Gunakan Video Pendek, Animasi, Meme, dan Musik Propaganda
Kapolda Metro Minta Pelajar Jadi Tangan Kanan Polisi Cegah Bully & Radikalisme di Sekolah
Densus 88 Ungkap Fakta Baru Kasus Ledakan SMAN 72, Pelaku Kerap Akses Situs Darknet
Astaga! Isi Rumah Siswa Terduga Pelaku Ledakan SMAN 72 Bikin Merinding, Ada Serbuk yang Diduga Jadi 'Kunci' Balas Dendam Perundungan
Operasi Luka Kepala Sukses, Terduga Pelaku Peledakan SMA 72 Mulai Sadar dan Dapat Penjagaan Ekstra Ketat