DPR Soroti Bencana 'Bekasi Pasti Kerja': Saat 25.000 Harapan Bertemu 3.000 Lowongan

Angga Yudha PratamaAngga Yudha Pratama - Selasa, 03 Juni 2025
DPR Soroti Bencana 'Bekasi Pasti Kerja': Saat 25.000 Harapan Bertemu 3.000 Lowongan

Job Fair Bekasi Pasti Kerja 2025 di Jababeka diserbu lebih dari 25 ribu pencari kerja. (Foto: X)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

Merahputih.com - insiden kericuhan di Job Fair 'Bekasi Pasti Kerja' yang diselenggarakan Dinas Ketenagakerjaan Kabupaten Bekasi dinilai jadi bukti nyata ketidaksiapan manajerial pemerintah dalam menghadapi tingginya antusiasme masyarakat pencari kerja.

Bahkan, sempat terjadi insiden perebutan scanner kode QR yang berisi daftar perusahaan.

"Kejadian ini menggambarkan betapa mendesaknya kebutuhan masyarakat akan pekerjaan, sekaligus buruknya mekanisme teknis yang diterapkan panitia," ungkap Anggota Komisi IX DPR RI, Nurhadi dalam keterangannya, Selasa (3/6).

Ia menekankan bahwa antisipasi lonjakan pengunjung, pengaturan alur peserta, distribusi informasi digital, dan penentuan titik lokasi acara seharusnya sudah menjadi standar minimum untuk job fair berskala besar, terutama di tengah maraknya PHK.

Seperti diketahui, job fair di Gedung Convention Center Presiden University, Jababeka, pada 27 Mei, mengalami overload dengan prediksi 25.000 pencari kerja, sementara kuota lowongan hanya 3.000. Kejadian ini berujung pada kericuhan.

Baca juga:

Job Fair di Bekasi Berdesak-Desakan, Menaker Akui Perlu Perbaikan

Meskipun Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) membantah bahwa membludaknya pencari kerja menunjukkan sulitnya mencari pekerjaan dan justru menganggapnya sebagai tingginya animo, Nurhadi punya pandangan lain.

Menurut Nurhadi, Pemerintah Daerah (Pemda) harus memahami bahwa job fair bukanlah sekadar acara seremonial tahunan, melainkan cerminan masalah pengangguran struktural yang serius. Pendekatan terhadap masalah ini tidak bisa hanya bersifat administratif atau sekadar event-based, tetapi harus menjadi bagian dari strategi pembangunan ketenagakerjaan daerah yang berkelanjutan.

"Lebih dari 25.000 pencari kerja memadati satu lokasi, insiden saling dorong hingga pingsan membuktikan bahwa sistem dan perencanaan acara belum sesuai dengan realitas di lapangan," tegasnya.

Mengingat Kabupaten Bekasi adalah salah satu kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, Nurhadi mendesak Pemda untuk menegaskan tanggung jawab perusahaan di wilayahnya. Perusahaan yang menikmati berbagai insentif dan kemudahan di Bekasi harus berkontribusi aktif dalam membuka dan menyerap tenaga kerja lokal.

"Pemerintah harus memastikan ada regulasi yang mengikat dan mendorong keterlibatan aktif sektor industri dalam mengurangi angka pengangguran," ujarnya.

Anggota DPR yang membidangi ketenagakerjaan ini juga menggarisbawahi pentingnya solusi jangka pendek, seperti menyelenggarakan job fair secara terdesentralisasi di berbagai kecamatan atau zona industri.

Selain itu, pemerintah didorong untuk memperkuat platform daring agar pencari kerja dapat mengakses informasi lowongan tanpa harus berdesakan fisik.

Nurhadi juga meminta pemerintah mengevaluasi ketersediaan dan kesesuaian lapangan kerja dengan keterampilan pencari kerja. Jika mismatch tinggi, pelatihan vokasional dan bimbingan karier harus diperbanyak, serta sinergi dengan dunia usaha harus ditingkatkan.

"Kita tidak bisa membiarkan ribuan warga terus mengantre hanya demi men-scan QR," tegasnya.

Baca juga:

Ricuh Job Fair Bekasi, Pelamar Berdesakan hingga Pingsan dan Baku Hantam Demi Bisa Memindai Bar Code Lowongan Kerja

Nurhadi menekankan bahwa pemerintah harus hadir dengan perencanaan yang lebih manusiawi, adil, dan berbasis data. "Pencari kerja tidak boleh menjadi korban dari manajemen yang buruk," katanya.

Ia juga mengingatkan bahwa fenomena PHK berkorelasi langsung dengan tingginya antusiasme masyarakat mencari pekerjaan.

"Dengan angka pengangguran yang masih tinggi dan keresahan sosial yang terlihat dalam bentuk kericuhan seperti ini, job fair ke depan tidak boleh lagi menjadi simbol kepanikan kolektif," pungkas Nurhadi, menegaskan bahwa job fair harus menjadi jalan keluar nyata menuju pekerjaan yang layak, aman, dan bermartabat, bukan sekadar seremonial.

#DPR RI #Job Fair #PHK #Ancaman PHK Massal
Bagikan

Berita Terkait

Indonesia
Mewujudkan Keadilan yang Melekat pada Presiden, Hinca Pandjaitan Desak Reformasi Total KUHAP
Untuk urusan narkoba, Malaysia musuh utama kita
Angga Yudha Pratama - Minggu, 28 September 2025
Mewujudkan Keadilan yang Melekat pada Presiden, Hinca Pandjaitan Desak Reformasi Total KUHAP
Indonesia
Legislator PKS Tegaskan MBG Harus Hadirkan Manfaat Nyata, bukan Timbulkan Kekhawatiran Baru
Keselamatan dan kesehatan siswa tidak boleh dikompromikan dalam kondisi apa pun.
Dwi Astarini - Sabtu, 27 September 2025
Legislator PKS Tegaskan MBG Harus Hadirkan Manfaat Nyata, bukan Timbulkan Kekhawatiran Baru
Indonesia
Presiden Prabowo Berpidato di PBB, Komisi I DPR Sebut Kemerdekaan Palestina Harus segera Terwujud
Presiden Prabowo dinilai mewakili suara hati nurani rakyat Indonesia yang selama istikamah mendukung Palestina,
Dwi Astarini - Sabtu, 27 September 2025
Presiden Prabowo Berpidato di PBB, Komisi I DPR Sebut Kemerdekaan Palestina Harus segera Terwujud
Indonesia
Usai Siswa Keracunan, DPR Minta Semua Dapur MBG Wajib Punya Alat Uji Pangan dan Terapkan Tes 'Cium-Cicip-Lihat'
Pemulihan KLB ini jangan dibebankan ke daerah. BGN perlu berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan
Angga Yudha Pratama - Jumat, 26 September 2025
Usai Siswa Keracunan, DPR Minta Semua Dapur MBG Wajib Punya Alat Uji Pangan dan Terapkan Tes 'Cium-Cicip-Lihat'
Indonesia
Kasus Keracunan Massal MBG, Wakil Ketua DPR Minta Program Diperkuat Melalui Perpres
Wakil Ketua DPR RI, Cucun Ahmad Syamsurijal, menanggapi kasus keracunan massal MBG. Ia meminta program ini diperkuat melalui Pepres.
Soffi Amira - Jumat, 26 September 2025
Kasus Keracunan Massal MBG, Wakil Ketua DPR Minta Program Diperkuat Melalui Perpres
Indonesia
PKB Dorong RUU Masyarakat Hukum Adat demi Cegah Konflik Horizontal
Dalam konstitusi, keberadaan masyarakat adat dijamin sebagai warga negara Indonesia.
Dwi Astarini - Jumat, 26 September 2025
PKB Dorong RUU Masyarakat Hukum Adat demi Cegah Konflik Horizontal
Indonesia
DPR RI Minta Aparat Jangan Main Pukul, Desak TNI-Polri Pecat Anggota Arogan
Abdullah memastikan Komisi III DPR akan mengawasi proses hukum kasus-kasus kekerasan
Angga Yudha Pratama - Kamis, 25 September 2025
DPR RI Minta Aparat Jangan Main Pukul, Desak TNI-Polri Pecat Anggota Arogan
Indonesia
Badan POM Tarik 19 Produk Herbal Ilegal, Komisi IX DPR Minta Sanksi Tegas bagi Produsen Nakal
Merupakan langkah nyata dalam melindungi konsumen dari produk berbahaya.
Dwi Astarini - Kamis, 25 September 2025
Badan POM Tarik 19 Produk Herbal Ilegal, Komisi IX DPR Minta Sanksi Tegas bagi Produsen Nakal
Indonesia
Legislator Tegaskan Jumlah Siswa Sedikit tak Boleh Jadi Alasan Tutup Sekolah
Penutupan sekolah harus dikaji ulang dengan matang agar tidak merugikan generasi muda di daerah.
Dwi Astarini - Selasa, 23 September 2025
Legislator Tegaskan Jumlah Siswa Sedikit tak Boleh Jadi Alasan Tutup Sekolah
Indonesia
Jungkir Balik Nasib Wahyudin Moridu setelah Dipecat, Gagal Rampok Duit Negara Malah Jualan Es Batu
Wahyudin mengaku pasrah dengan keputusan partai dan lembaga legislatif.
Dwi Astarini - Selasa, 23 September 2025
Jungkir Balik Nasib Wahyudin Moridu setelah Dipecat, Gagal Rampok Duit Negara Malah Jualan Es Batu
Bagikan