Kesehatan

Dokter Onkologi: Deteksi Dini Bisa Selamatkan Nyawa

Hendaru Tri HanggoroHendaru Tri Hanggoro - Selasa, 07 Februari 2023
Dokter Onkologi: Deteksi Dini Bisa Selamatkan Nyawa

ilustrasi kanker payudara. (Foto: Freepik/Diana.Grytsku)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KANKER menjadi penyakit paling mematikan di seluruh dunia. Hampir 10 juta kematian terjadi pada 2020 setelah orang menderita kanker. Dari segi jenisnya, kanker payudara merupakan kanker yang paling banyak ditemukan di dunia termasuk Indonesia. Dari tahun ke tahun, jumlah pasien rawat inap untuk penyakit kanker payudara terus meningkat.

Rumah sakit Siloam mencatat angka pasien kanker payudara pada 2018 sebanyak 457 pasien.
Pada 2019, naik menjadi 525 orang. Pada 2020 kembali meningkat menjadi 602 pasien. Lalu pada 2021, masih meningkat hingga total 635 kasus. Terakhir pada 2022, telah mencapai angka 733 kasus.

"Angkanya terus meningkat dari tahun ke tahun. Sebenarnya ini sesuatu yang bisa dicegah. Early detection save life," ujar dr. Jeffry Beta Tenggara, Sp.PD-KHOM, dokter spesialis Penyakit Dalam Konsultan Hematologi-Onkologi RS MRCCC Siloam Semanggi, Selasa (7/2).

Jeffry menyebutkan, pasien kanker stadium awal memiliki survival rate yang lebih tinggi daripada pasien kanker stadium 4. Perbedaannya pun sangat jauh. Pada pasien kanker stadium 1, survival rate-nya mencapai angka 100 persen. Sementara pasien kanker stadium 4 ,survival rate-nya hanya sekira 10 hingga 25%.

Baca juga:

Jurus Amerika Serikat Menurunkan Kematian Akibat Kanker

deteksi dini kaner
"Early detection save life," ujar dr. Jeffry Beta Tenggara (Foto: Pexels/Thirdman)

Hal tersebut diakui oleh seorang penyintas kanker bernama Lily. Dirinya. Dia terdiagnosis kanker payudara stadium 1 pada 2013. Kini, dokter menyebut bahwa jaringan kanker di payudara Lily sudah tidak terdeteksi lagi.

"Saya suka screening untuk kesehatan. Biasanya ambil promo-promo yang suka diselenggarakan di rumah sakit. Misalnya, promo Hari Kartini atau Hari Kemerdekaan RI. Pada saat screening itulah terungkap saya kanker stadium 1" ujar Lily.

Deteksi dini membuat penanganannya pun berjalan cepat. Ia dinyatakan sembuh dan bebas dari kanker. "Beruntung sekali saya deteksi dini," tambah Lily.

Tidak semua perempuan mau meluangkan waktunya dan menyisihkan uangnya untuk screening kesehatan. Apalagi jika tidak punya keluhan sama sekali. Lalu bagaimanakah cara deteksinya? Jeffry menyebut bahwa ada cara mudah untuk melakukan deteksi dini untuk kanker payudara.

Cara paling mudah mendeteksi kanker adalah dengan memegang payudara sendiri.

"Payudara adalah organ yang ada di luar tubuh. Berbeda dengan usus, paru-paru, ginjal yang ada di dalam. Artinya, pada saat mandi seharusnya tiap perempuan bisa mendeteksinya lebih awal dengan cara meraba payudaranya sendiri," urai Jeffry.

Baca juga:

Hari Kanker Sedunia 2023, Skrining Dini Gratis di Faskes Umum

deteksi dini kanker
Cara paling mudah mendeteksi kanker adalah dengan memegang payudara sendiri. (Foto: Pexels/Tiana)

Pada tingkat lanjut, tes lain yang bisa dilakukan adalah USG dan mamografi. "Apa bedanya? USG menggunakan alat yang serupa dengan ibu hamil. Sesimpel itu. Tidak mengandung radiasi. Umumnya dilakukan pada mereka yang usianya muda. Sementara mamografi lebih sering digunakan pada orang-orang yang usianya lebih lanjut. Usia di atas 44-45 tahun," terang Jeffry.

Jeffry menjelaskan USG lebih mungkin dilakukan oleh perempuan yang masih muda karena jumlah kelenjar susunya lebih banyak daripada lemak. Sementara pada perempuan usia lanjut, jumlah lemak lebih banyak daripada jaringan susu.

Deteksi kanker pada perempuan lanjut usia menggunakan USG berpotensi menimbulkan kesalahan diagnosis. Pada banyak kasus, dokter spesialis onkologi akan mengombinasikan USG dan mamografi karena keduanya akan saling melengkapi.

Setelah mengetahui adanya kanker pada jaringan payudara lewat USG atau mamografi, dokter akan mengambil tindakan biopsi. "Ketika kita mencurigai adanya kanker tidak ada satupun pemeriksaan yang bisa menggantikan biopsi," ucap Jeffry.

Setelah ditegakkan diagnosis pascabiopsi, dokter baru bisa menentukan stadium. Dokter juga akan meninjau kembali kondisi dari pasiennya sebelum menentukan penanganan apa yang cocok untuk pasien.

"Dokter onkologi akan melihat apakah pasien high risk atau low risk. Kemudian akan ditentukan apakah mereka akan radiologi, pembedahan, atau kemoterapi," tukas Jeffry. (via)

Baca juga:

Google dan iCAD Kembangkan AI Alat Skrining Kanker Payudara

#Kesehatan #Kanker
Bagikan
Ditulis Oleh

Iftinavia Pradinantia

I am the master of my fate and the captain of my soul

Berita Terkait

Indonesia
Penyanyi Raisa Berduka, Ibunda Meninggal Dunia Karena Penyakit Kanker
Jenazah Ria Mariaty disemayamkan di rumah duka yang berada di kawasan Cinere, Depok. Keluarga pun meminta doa dari semua pihak atas meninggalnya beliau.
Alwan Ridha Ramdani - Sabtu, 29 November 2025
Penyanyi Raisa Berduka, Ibunda Meninggal Dunia Karena Penyakit Kanker
Indonesia
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Pemkot segera mulai menyiapkan kebutuhan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat.
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Indonesia
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
emerintah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan penghapusan tunggakan iuran sehingga mereka bisa kembali aktif menikmati layanan kesehatan.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Berita Foto
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada memotong tumpeng bersama Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada, Andi Widjaja saat peresmian PCMC di Jakarta.
Didik Setiawan - Sabtu, 15 November 2025
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Indonesia
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kemenkes menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengobati 900 ribu orang yang terkena Tb.
Dwi Astarini - Kamis, 13 November 2025
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Berita Foto
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
President Director Asuransi Astra, Maximiliaan Agatisianus memberikan pemaparan dalam peluncuran Express Discharge di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 12 November 2025
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Indonesia
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Komunitas-komunitas yang diajak kerja sama juga nantinya dapat melakukan layanan CKG di tempat-tempat strategis, contohnya mall.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Bagikan