Google dan iCAD Kembangkan AI Alat Skrining Kanker Payudara


Alat AI Google dinilai lebih akurat. (Foto: Unsplash/Cess Idul)
GOOGLE hari ini mengumumkan mereka telah melisensikan model penelitian AI untuk skrining kanker payudara bersama perusahaan teknologi medis iCAD. Ini merupakan pertama kalinya Google melisensikan teknologi tersebut, lapor The Verge, Selasa (29/11).
Perusahaan yang berbasis di Mountain View, California, itu berharap melalui teknologi yang akan mereka kembangkan tersebut, dapat membantu para ahli radiologi untuk mendeteksi kanker payudara dan menilai risiko dengan lebih akurat.
Kedua perusahaan bertujuan untuk menerapkan teknologi dalam industri klinis dunia nyata, dan menargetkan dapat membuahkan hasil pada 2024. Manajer komunikasi Google Nicole Linton mengatakan bahwa pihaknya dan iCAD akan menguji berbagai hal untuk memastikan tingkat kesuksesan penelitian tinggi.
Baca juga:
Mengenal Google Collection, Fitur Baru yang Resmi Diluncurkan Hari Ini

Kemitraan itu didasarkan pada pekerjaan Google sebelumnya, tepatnya pada 2020, kala peneliti Google menerbitkan makalah di jurnal Nature yang menemukan bahwa sistem AI milik mereka mengungguli beberapa ahli radiologi dalam mengidentifikasi tanda-tanda kanker payudara.
Model tersebut mengurangi negatif palsu hingga 9,4 persen dan mengurangi positif palsu hingga 5,7 persen di antara ribuan mammogram yang dipelajari. Maka, iCAD berniat menggabungkan model penelitian AI mamografi Google ke dalam alat iCAD yang sudah ada.
Alat pertama adalah 'ProFound AI' yang menganalisis gambar dari digital breast tomosynthesis (DBT), teknik pencitraan tingkat lanjut yang terkadang disebut 'mamografi 3D'. Alat itu memindai gambar DBT untuk mencari kepadatan dan kalsifikasi jaringan lunak ganas.
iCAD juga berencana untuk menggunakan model Google dengan alat evaluasi risikonya, yang menurut perusahaan memberikan perkiraan risiko kanker payudara yang dipersonalisasi atau disesuaikan untuk setiap orang.
Baca juga:
2022 Google Chrome Tutup Layanan untuk Pengguna Windows 7

Harapannya, AI bisa menjadi alat untuk membantu ahli radiologi dan pasiennya. Umumnya, ahli medis mendekati AI dengan hati-hati. Sebab, ada beberapa contoh dalam penelitian Google tahun 2020 ketika ahli radiologi menemukan kanker yang awalnya tidak terlihat oleh model tersebut.
Di luar itu, tidak ada standar emas untuk mendiagnosis kanker. Itu mungkin menyulitkan untuk menetapkan garis dasar yang baik saat melatih algoritme. Jadi, alat AI sejatinya diharapkan dapat membantu meneliti area abu-abu antara 'kanker' atau 'tidak kanker'.
Terlalu mengandalkan AI tanpa melibatkan dokter untuk menilai semua nuansa kesehatan pasien, terutama saat mencoba mendeteksi kanker stadium awal, justru dapat meningkatkan risiko overdiagnosis.
Google juga bekerja sama dengan National Health Service (NHS) Inggris dan Imperial College London untuk melihat bila AI mereka dapat diandalkan menjadi pembaca kanker independen kedua dalam mammogram pembacaan ganda untuk membantu ahli radiologi fokus pada prioritas tinggi kasus dan meningkatkan kualitas skrining. (waf)
Baca juga:
Google Resmi 'Membuang' Stadia?
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
POCO F8 Ultra Sudah Raih Sertifikasi NBTC, Kemungkinan Debut Global dalam Waktu Dekat

Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas

Bocoran OPPO Reno 15 Pro Max Terungkap, Berikut Spesifikasi Lengkapnya!

DxOMark Sebut iPhone 17 Pro Punya Kamera Selfie Terbaik, Kalahkan Google dan Honor

Anomali Apple: iPhone Air Kurang Laris, Tapi Produksi iPhone 17 Malah Diborong Habis

Presiden Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Kertanegara, Bahas Pengembangan STEM dan Swasembada Energi-Pangan

iPhone 18 Pro Bakal Dilengkapi Kamera Aperture Variabel, Kerja Sama dengan 2 Perusahaan Tiongkok

ChatGPT bakal Izinkan Konten Erotis untuk Pengguna Dewasa

Engsel iPhone Fold yang Bakal Meluncur Tahun Depan Cuma Rp 1 Juta, Harga HP-nya DIperkirakan Tembus Rp 30 Juta

OPPO Find X9 Series Meluncur Global 28 Oktober, ini Spesifikasi Lengkapnya
