Diskriminasi Pasien COVID-19 Muncul Dipengaruhi Tingkat Pengetahuan Masyarakat

Ilustrasi Penanganan pasien virus corona . (Antaranews)
Merahputih.com - Sosiolog Universitas Negeri Sebelas Maret (UNS) Drajat Tri Kartono mengatakan konstruksi sosial atas kondisi pandemi COVID-19 dipengaruhi tingkat pengetahuan masyarakat terhadap realitas yang terjadi. Sehingga cenderung menyeragamkan atau menyamakan, dan akhirnya muncul stigma negatif bahwa orang kena virus akan merambat pada semuanya.
"Kasus perilaku diskriminasi pada orang dalam pemantauan (ODP), pasien dengan pengawasan (PDP), dan suspek kian marak bermunculan, serta diskriminasi terhadap buruh rokok dan keluarganya. Ini tidak seharusnya terjadi, apalagi buruh merupakan elemen penting dalam menggerakkan roda perekonomian," kata Drajat, Sabtu (9/5).
Baca Juga
Dosen UGM Kembangkan Bilik Swab COVID-19 yang Aman untuk Nakes
Contoh lainnya, tiga perawat yang bekerja di RSUD Solo diminta pergi sang pemilik kos lantaran takut tertular, dan penolakan pemakaman jenazah korban COVID-19 oleh sejumlah warga desa.
Bagi Drajat, perawat atau buruh sebagai tenaga kerja dalam relasi industri, merupakan bagian dari sistem negara yang harus diperlakukan secara adil dan beradab.
Oleh karena itu, dukungan sosial antara satu individu dengan lainnya sangat diperlukan dalam penanganan COVID-19, sehingga menurutnya sikap seperti itulah yang harus dibangkitkan dan dipromosikan oleh negara.
"Jadi, memang secara sosiologis, persepsi atau konstruksi sosial atas kondisi pandemi COVID-19 seperti saat ini, dipengaruhi oleh tingkat pengetahuan masyarakat terhadap realitas yang terjadi," katanya.

Ia mengatakan Indonesia sebenarnya memiliki aset sosial untuk mempercepat penanganan COVID-19 dan merespon fenomena sosial yang terjadi di tengah krisis kesehatan.
"Indonesia punya modal kuat untuk mempercepat penanganan COVID-19. Dalam penanganan situasi saat ini kita memiliki relasi-relasi sosial seperti keterikatan empati, penghargaan dan penghormatan sehingga tercipta sikap gotong-royong dan tolong menolong," katanya.
Baca Juga
Minta Keterbukaan Data COVID-19, Jokowi: Jangan Ada yang Menganggap Kita Menutupi
Dalam konteks realisasi di lapangan, dapat dimulai dari tim terpadu yang ada saat ini yakni pemerintah, pihak kepolisian, tenaga medis dengan melibatkan elemen masyarakat dan tokoh di lingkungan, sehingga kejadian diskriminasi dapat diminimalisir dengan baik. (*)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif

Terjadi Peningkatan Kasus COVID-19 di Negara Tetangga, Dinkes DKI Monitoring Rutin
