Dianggap Rasis, WHO akan Mengganti Nama Cacar Monyet

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Kamis, 16 Juni 2022
Dianggap Rasis, WHO akan Mengganti Nama Cacar Monyet

Nama cacar monyet akan diganti karena dinilai diskriminatif. (Foto: 123RF/lculig)

Ukuran:
14
Audio:

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) secara resmi akan mengganti nama cacar monyet, mengingat kekhawatiran tentang stigma dan rasialisme seputar virus yang telah menginfeksi lebih dari 1.600 orang di lebih dari dua lusin negara.

Direktur jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus mengumumkan pada Selasa (14/6), bahwa organisasi tersebut sedang bekerja sama dengan pakar dari seluruh dunia untuk mengubah nama virus monkeypox atau cacar monyet.

Ghebreyesus juga mengatakan bahwa WHO akan membuat pengumuman tentang nama baru dari penyakit tersebut sesegera mungkin.

Lebih dari 30 ilmuwan internasional mengatakan pada pekan lalu bahwa label cacar monyet itu diskriminatif dan menstigmatisasi, dan ada kebutuhan 'mendesak' untuk mengganti namanya. Seorang juru bicara mengatakan, nama yang digunakan saat ini tidak sesuai dengan pedoman WHO yang merekomendasikan untuk menghindari wilayah geografis dan nama hewan.

Baca juga:

Jaga Kebersihan Jauhkan Diri dari Infeksi COVID-19, Hepatitis, dan Cacar Monyet

Dianggap Rasis, WHO akan Mengganti Nama Cacar Monyet
Cacar monyet memiliki gejala yang mirip dengan cacar pada umumnya. (Foto: 123RF/kay4yk)

Usulan tersebut memunculkan kontroversi serupa yang muncul ketika WHO bergerak cepat untuk mengganti nama SARS-CoV-2, setelah orang-orang di seluruh dunia menyebutnya sebagai virus Wuhan tanpa adanya penunjukan resmi.

Saat ini WHO juga sedang berkonsultasi dengan para ahli di orthopoxviruses untuk menentukan nama yang lebih tepat, kata seorang juru bicara.

"Penamaan penyakit harus dilakukan dengan tujuan untuk meminimalkan dampak negatif, dan menghindari menyebabkan pelanggaran terhadap kelompok budaya, sosial, nasional, regional, profesional atau etnis," ujarnya.

Cacar monyet telah menjadi endemik di Afrika barat dan tengah selama beberapa dekade terakhir, dan kasus ini lebih dikaitkan dengan penyebaran melalui hewan, daripada penularan dari manusia ke manusia.

Baca juga:

WHO Khawatirkan Penyebaran Cacar Monyet yang Tidak Terdeteksi

Dianggap Rasis, WHO akan Mengganti Nama Cacar Monyet
Cacar monyet telah menjadi endemik di Afrika barat dan tengah. (Foto: 123RF/winnond)

Hal tersebut memicu kemarahan dari bebagai pihak termasuk Asosiasi Pers Asing Afrika. Hingga akhirnya pada Mei 2022, mereka meminta media barat untuk berhenti menggunakan foto orang kulit hitam dalam memberitakan penyakit tersebut.

Beberapa minggu setelahnya, para ilmuwan juga mengangkat poin bahwa luka yang dialami pasien penderita cacar monyet, berbeda dari apa yang telah didokumentasikan secara historis di Afrika.

"Seperti penyakit lainnya, penyakit ini dapat terjadi di wilayah mana pun di dunia dan menimpa siapa saja, tanpa memandang ras atau etnis. Karena itu, kami percaya bahwa tidak ada ras atau corak kulit yang seharusnya menjadi penyebab penyakit ini," kata pernyataan dari Asosiasi Pers Asing Afrika. (ref)

Baca juga:

Pasien Cacar Monyet Harus Menjauhi Hewan Peliharaan

#Cacar Monyet #WHO #Kesehatan #Penyakit
Bagikan
Ditulis Oleh

Ananda Dimas Prasetya

nowhereman.. cause every second is a lesson for you to learn to be free.

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Lifestyle
Tiga Fase yang Perlu Diwaspadai Saat Terpapar Campak, Demam Tinggi hingga Ruam Menghitam
Hal yang paling penting adalah istirahat cukup, menjaga asupan nutrisi
Angga Yudha Pratama - Rabu, 27 Agustus 2025
Tiga Fase yang Perlu Diwaspadai Saat Terpapar Campak, Demam Tinggi hingga Ruam Menghitam
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Per 2021, masih ada 26 kabupaten dan kota dengan prevalensi kecacingan di atas 10%.
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Ribuan Anak Terancam Otak Keropos Akibat Cacingan! Pahami 4 Langkah Mudah Lindungi Buah Hati dengan Konsep WASHED
Bagikan