Demokrat Sebut Upaya Pembungkaman Rocky Gerung Mempercepat Matinya Demokrasi


Rocky Gerung (tengah) mengisi acara di Mimbar Mahasiswa Cipta, Rasa, Karsa Pendidikan Indonesia di kampus Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Rabu (2/8/2023). ANTARA/Aris Wasita
MerahPutih.com - Pengamat politik Rocky Gerung dilaporkan ke polisi oleh sejumlah pihak setelah melontarkan umpatan yang dianggap hinaan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Menanggapi hal tersebut, Deputi Bappilu DPP Partai Demokrat Kamhar Lakumani mempertanyakan intelektualitas hingga pemahaman berdemokrasi dari pihak-pihak yang mempolisikan Rocky Gerung.
Baca Juga
Sebab, kata dia, Presiden Jokowi dan Menko Polhukam Mahfud MD juga telah memastikan bahwa kepala negara tidak akan melaporkan Rocky Gerung ke polisi.
“Kita patut mempertanyakan intelektualitas, komitmen serta pemahaman demokrasi dari pihak-pihak yang sangat bersemangat memperkarakan Rocky Gerung,” kata Kamhar dalam keterangannya, Senin (7/8).
Menurut Kamhar bagi mereka yang paham cara berdemokrasi, tidak akan mempolisikan Rocky Gerung dan justru berterima kasih kepada mantan dosen Universitas Indonesia (UI) tersebut.
Karena, Rocky secara intelektual masih berani mengkritisi dan mengoreksi jalannya pemerintahan Jokowi yang dinilai surplus power.
“Kritik yang berfungsi menjaga keawasan dan kewarasan publik untuk melakukan kontrol demokrasi terhadap kekuasaan yang bersifat ambivalen,” ujarnya.
Kamhar menyebut upaya pembungkaman terhadap kritik termasuk dengan apa yang disampaikan Rocky Gerung adalah jalan menuju kematian demokrasi.
“Upaya pembungkaman, pengkondisian, apalagi jika sampai terjadi kriminalisasi terhadap orang-orang seperti Rocky Gerung, hanya akan mempercepat matinya demokrasi,” tegasnya.
Baca Juga
Lebih lanjut Kamhar menilai pihak-pihak yang melaporkan Rocky Gerung ke polisi hanya sedang bermanuver serta mencari perhatian kepala negara dengan mengatasnamakan kelompok relawan pro Jokowi.
“Terbaca pula gejala ada yang mencoba mengali di air keruh dengan membuatnya menjadi gaduh dan kemudian memanfaatkan kegaduhan ini,” imbuhnya.
Karena itu, Kamhar meminta Jokowi agar melakukan cawe-cawe untuk menertibkan barisan kelompok yang mengaku pendukung pemerintah tersebut.
“Bukan sebaliknya, malah memberi panggung ‘pembegal demokrasi’ seperti KSP Moeldoko untuk semakin memperkeruh situasi,” ungkap Kamhar.
Kamhar menyebut cawe-cawe Jokowi dianggap relevan apabila dilakukan dalam konteks menjaga keberlangsungan demokrasi dan menjamin kebebasan pendapat.
“Pada situasi seperti ini Jokowi mesti cawe-cawe agar tak menjadi malin kundang reformasi yang telah melahirkannya. Karena pembiaran sama halnya dengan ikut ambil bagian membantu percepatan matinya demokrasi,” pungkasnya. (Pon)
Baca Juga
Laporan terhadap Rocky Gerung Masuk Delik Biasa, Berikut Penjelasan Polisi
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Geger Kematian Balita di Sukabumi, Demokrat: Bukti Gagalnya Negara Lindungi Rakyat Miskin

Tegaskan Roy Suryo Sudah Mundur Sejak 2019, Demokrat Sebut Ada Upaya Adu Domba SBY dengan Jokowi

Kondisi SBY Makin Membaik, 2-3 Hari Lagi Sudah Boleh Pulang dari RSPAD

Open Recruitment Program Kreatif UMKM Meledak, Sekjen Demokrat Ikut Berperan Penting

Legislator Demokrat Harap TNI tak Jaga Kejagung secara Permanen

Legislator Demokrat Ingatkan Kejagung Jangan Jadi Bandit Demokrasi

AHY Minta UMKM Diperkuat, Anggota DPR Hillary Brigitta Lasut Luncurkan Program Pembinaan

Fraksi Partai Demokrat DPRD DKI Prihatin Gelombang PHK, Pemprov Harus Bertindak Strategis di Dunia Digital

Prabowo Akui 'Kurang Baik' Komunikasi Publik, Demokrat: Justru Itu Kelebihannya

Dalam Kongres Partai Demokrat, Prabowo Sebut Kader Gerindra Nakal-Nakal
