Hari Mencuci Tangan Sedunia

Cuci Tangan, Cara Paling Efektif untuk Setop Pandemi

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 15 Oktober 2021
Cuci Tangan, Cara Paling Efektif untuk Setop Pandemi

Mencuci tangan atasi pandemi.(Foto Unsplash Myriam Zilles)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KUMAN pada dasarnya merupakan kata untuk hal-hal buruk yang bisa membuat kita sakit. Kuman dapat ditemukan di udara, tubuh kita, pada makanan, tanaman, hewan, permukaan, dan apa saja yang kita sentuh. Ketika menyentuh permukaan seperti gagang pintu atau berpegangan tangan, kita sudah membawa kuman di tangan kita. Saat menyentuh wajah, kita meneruskan kuman itu dari tangan kita ke mulut, hidung, dan mata kita. Itulah titik masuk utama kuman menyelinap ke tubuh kita.

Sayandip Mukherjee, seorang ahli virologi dan ilmuwan riset enior di Unilever R&D Bangalore, menjelaskan beberapa kuman pelindung luar yang terdiri dari dua lapisan molekul lemak. Sabun dapat membantu memecah lapisan pelindung luar itu, menjebak dan menghilangkan kuman bersama dengan minyak dan puing-puing lain yang ada di tangan kita. Namun, agar sabun berrfungsi dengan semestinya, ingatlah bahwa kita harus mencuci tangan setidaknya selama 20 detik.

BACA JUGA:

Mencuci Tangan, dari Saran Medis Kontoversial ke Standar Kesehatan Umum

Menurut WHO, para ahli kesehatan terus mengingatkan bahwa praktik sederhana mencuci tangan dengan sabun dan air bersih juga merupakan salah satu cara paling efektif untuk mencegah penyebaran kuman dan virus. Tindakan untuk mencuci tangan sebenarnya sudah diterapkan sejak sebelum pandemi terjadi. Kita diberi tahu sejak kecil untuk selalu mencuci tangan setelah bermain, sebelum makan, setelah menggunakan toilet, dan sesering mungkin.

mencuci tangan
Mencuci tangan dengan sabun apa pun akan sama efektifnya jika dilakukan dengan benar. (Foto Unsplash Yogendra Singh)

Sebelum pandemi COVID-19, WHO bersama mitra kesehatan internasional seperti UNICEF, UNIDO, UNFPA, IOM, OCHA, dan UNHCR telah mendukung dalam peningakatan kesadaran tentang pentingnya kebersihan tangan dan pengelolaan limbah terpadu untuk mengurangi risiko. WHO juga telah mendukung pemerintah di tingkat nasional dan subnasional untuk mengembangkan dan mengadaptasi pencegahan dan pengendalian infeksi (IPC), termasuk peningkatan kapasitas untuk titik fokus pengawasan kesehatan lingkungan di 36 negara dan desinfeksi fasilitas perawatan kesehatan, sekolah serta bandara.

Wabah COVID-19 telah menekankan pentingnya mencuci tangan dengan sabun untuk mengurangi penyebaran virus. Hari Mencuci Tangan Sedunia pada 15 Oktober merupakan kesempatan untuk merancang cara-cara kreatif untuk meningkatkan kesadaran dan pemahaman tentang pentingnya mencuci tangan dengan sabun sebagai cara yang mudah, efektif, dan terjangkau untuk mencegah penyakit dan menyelamatkan nyawa.

BACA JUGA:

Mencuci Tangan Menyelamatkan Nyawa

Studi oleh WHO menunjukkan bahwa mencuci tangan dengan benar menggunakan sabun dan air dapat mengurangi penyakit yang berhubungan dengan perut sebesar 50% dan penyakit pernapasan seperti flu biasa dan flu berat lainnya. Surfaktan dalam sabun dapat membantu menjebak dan menghilangkan kuman serta menghilangkan kotoran lebih baik daripada mencuci tangan hanya dengan air. Surfaktan adalah bahan pembersih yang membuat busa dan memecah minyak serta lemak sehingga mereka dapat dikeluarkan dari kulit.

Sabun batangan, shower gel, sampo, dan cairan pencuci bisa sama efektifnya dengan sabun cair dalam menghilangkan kotoran dan kuman. Ingat, sabun apa pun jika digunakan dengan benar akan membantu menjaga kebersihan tangan kamu tetap bersih dan aman.

Bagaimana jika menggunakan hand sanitizer? Sanitizer bisa tampak seperti pendekatan yang lebih mudah diakses saat ini daripada sabun. Sanitizer dengan kandungan etanol yang sangat tinggi dapat bertindak dengan cara yang mirip dengan sabun. Namun, mereka umumnya tidak seefektif sabun dan air karena partikel virus akan tetap berada di permukaan kulit jika tidak dibilas dengan air.

Meski mencuci tangan bisa amat membantu menyetop penyebaran pandemi, tak semua negara dunia bisa menyediakan sarana pendukung kebersihan. UNICEF mencatat jutaan orang tidak memiliki akses ke tempat untuk mencuci tangan mereka. Secara total, hanya 3 dari 5 orang di seluruh dunia yang memiliki fasilitas untuk mencuci tangan yang dasar. Ketika pandemi terjadi, UNICEF mengingatkan masyarakat tentang pentingnya mencuci tangan sebagai langkah pencegahan utama terhadap COVID-19 dan mendesak upaya baru untuk menyediakan akses ke intervensi kesehatan masyarakat yang paling dasar ini di seluruh dunia.

mencuci tangan
Beberapa bagian negara masih belum mempunyai akses untuk mencuci tangan yang dasar (Foto Unsplash Dhaya Eddine Bentaleb)

Berdasar data terkini UNICEF, sebanyak 40 persen dari populasi dunia, atau 3 miliar orang dari anak-anak, orang tua, guru, petugas kesehatan, hingga anggota masyarakat lainnya tidak memiliki fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun di rumah. Hampir tiga perempat orang di negara-negara kurang berkembang tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar di rumah. Sebesar 47 persen sekolah di dunia tidak memiliki fasilitas cuci tangan dengan air dan sabun. Itu memengaruhi 900 juta anak pada usia sekolah. Lebih dari sepertiga sekolah di seluruh dunia dan separuh sekolah di negara kurang berkembang tidak memiliki tempat bagi anak-anak untuk mencuci tangan sama sekali.

Di perkotaan dengan populasi padat, kondisi sanitasi bahkan bisa lebih buruk. Populasi padat di perkotaan sangat berisiko terkena infeksi pernapasan virus karena kepadatan penduduk dan pertemuan publik yang lebih sering di ruang ramai, seperti pasar, transportasi umum atau tempat ibadah. Di Indonesia, 28 persen penduduk perkotaan atau 41 juta orang tidak memiliki fasilitas cuci tangan dasar di rumah.

Untuk itulah kerja di seluruh dunia untuk memastikan anak-anak dan orang tua memiliki akses ke fasilitas cuci tangan yang tepat terus dilakukan. Selain itu, lembaga seperti UNICEF atau Global Handwashing Partnership mempromosikan kegiatan cuci tangan di lebih dari 90 negara. Mereka bekerja dengan pemerintah untuk mengembangkan kebijakan cuci tangan, strategi, dan rencana aksi. Tujuan akhirnya, tak lain, ialah mengentaskan masyarakat dari pandemi ini.(Tel)

BACA JUGA:

Mencuci Tangan, Hal Kecil yang Harus Dibiasakan

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan