Ceritakan Kisah Sisupala, Sekjen PDIP Ingatkan Karma Politik
Lewat kisah Sisupala, Hasto Kristiyanto ingatkan karma politik.(foto: Merahputih.com/Ponco Sulaksono)
MERAHPUTIH.COM - DPP PDI Perjuangan (PDIP) menggelar wayangan bersama Dalang Ki Warseno Slank dan Ki Amar Pradopo dengan lakon Pandu Swargo dalam rangka memperingati Bulan Bung Karno 2024 di Sekolah Partai PDIP, Sabtu (8/6).
Sekretaris jenderal DPP PDIP Hasto Kristiyanto mengatakan ini bukan kali pertama partainya mengadakan pementasan wayang. Dia menceritakan pada 28 Juli 2023, PDIP juga menggelar wayang dengan lakon Pandawa Syukur (Sesaji Rojosuyo) untuk memperingati reformasi, yang saat memperjuangkan hal tersebut, kantor DPP PDI diserang dan dibakar pada 27 Juli 1996.
Hasto mengisahkan dalam lakon tersebut diceritakan bagaimana Kresna yang marah dan membunuh sepupunya, Sisupala. Ia melupakan kebaikan saudaranya sendiri. Sisupala dilahirkan dalam keadaan cacat, matanya tiga dan tangannya yang lebih dari dua.
“Tidak sempurna, lalu bapaknya yang begitu sayang dengan anaknya berdoa kepada Tuhan Yang Mahakuasa agar anaknya dapat menjadi manusia normal. Orang yang menyembuhkan itu ialah Kresna melalui pengembaraan dan perbuatan baiknya,” cerita Hasto saat membuka pergelaran wayang di halaman Masjid At Taufiq, Sekolah Partai PDIP, Lenteng Agung, Jakarta Selatan.
Baca juga:
Peringati Bulan Bung Karno, PDIP Gelar Wayangan dengan Lakon 'Pandu Swargo'
Politikus asal Yogyakarta ini menyampaikan kematian Sisupala di tangan Kresna, sosok yang menyembuhkannya, tetapi juga orang yang mendidik dan membesarkannya.
Di dalam perjalanan kehidupanny, lanjut Hasto, Sisupala berhasil menjadi raja. Namun, Sisupala melupakan Kresna bahkan menghinanya lebih dari 100 kali. “Karena dulu Kresna berjanji kepada bapak Sisupala, ini kalau Sisupala ini menghina Kresna lebih dari seratus kali, akan langsung di situlah akhir hidupnya. Jadi, dihitung terus. Maka ketika lewat, keluarlah batasnya, karena ada seorang yang lupa terhadap siapa yang membesarkannya. Kemudian muncullah amarah dari Kresna dan tamatlah itu Sisupala,” cerita Hasto.
Menurut Hasto, di dalam wayang, ada ritual kehidupan dan problematika hidup, termasuk di dalam menjadikan kekuasaan dengan menghalalkan segala cara.
“Di dalam wayang ini kita diajarkan nilai-nilai kehidupan, suatu pertarungan antara yang baik dan yang buruk, antara Satria Pandawa yang dibantu para Punakawan sebagai representasi dari wong cilik, tetapi bijaksana berhadapan dengan Kurawa. Sekarang ini rupanya banyak juga Kurawa di dalam dunia kehidupan kita,” tutur Hasto.
Namun, dia menyampaikan, sebagaimana ajaran Ketua Umum DPP PDIP Megawati Soekarnoputri, di dalam politik tidak boleh dendam.
“Di politik ini kita diajarkan oleh Bu Mega untuk tidak boleh dendam. Biarlah Sisupala ini nanti terkena karmanya, saudara-saudara sekalian,” kata Hasto.(Pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Implementasi PP 47/24 Masih Rendah, Pemerintah Didesak Percepat Penghapusan Piutang Macet UMKM
Sumpah Pemuda Harus Jadi Semangat Kepeloporan Anak Muda
Peringatan Sumpah Pemuda, PDIP Tegaskan Komitmen Politik Inklusif bagi Generasi Muda
Ribka Tjiptaning Nilai Soeharto tak Pantas Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Dianggap Pelanggar HAM
Soal Dugaan Korupsi Proyek Whoosh, PDIP: Kita Dukung KPK, Diperiksa Saja
PDIP Sebut Ada Niat Jahat jika Utang KCJB Dikaitkan dengan APBN
PDIP Tolak Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, FX Rudy Sebut itu Harapan Masyarakat
Bonnie Triyana Tegaskan Pemberian Gelar Pahlawan kepada Soeharto Mencederai Cita-Cita Reformasi
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan, Politisi PDIP: Aktivis 1998 Bisa Dianggap Pengkhianat
Hari Santri Jadi Momentum Gali kembali Islam Bung Karno dan Resolusi Jihad