Cahaya Hijau Mampu Kurangi Migrain


Dua puluh sembilan partisipan mengikuti uji coba. (Foto: Unsplash/Raul Popadineti)
TIGA tahun yang lalu, para ilmuwan dari University of Arizona melaporkan bahwa paparan cahaya berwarna hijau sepertinya dapat mengurangi nyeri neuropatik pada tikus percobaan.
Sekarang, para peneliti percaya bahwa cahaya seperti itu juga bisa digunakan untuk mengobati sakit kepala jenis migrain pada manusia.
Melansir laman Interesting Engineering, dipimpin oleh Dr. Mohab Ibrahim, tim U Arizona memulai dengan sekelompok 29 penderita migrain, yang semuanya sebelumnya tidak menjalankan pengobatan migrain tradisional.
Baca juga:
Deteksi Kanker 4 Tahun Lebih Awal lewat Tes Darah

Untuk periode 10 minggu pertama, semua subjek uji disinari cahaya putih selama satu hingga dua jam sehari. Setelah istirahat dua minggu, mereka semua disinari cahaya hijau setiap hari.
Sepanjang periode pengujian, mereka secara teratur mengisi kuesioner mengenai frekuensi dan intensitas sakit kepala mereka. Mereka juga menilai seberapa parah sakit kepala memengaruhi kemampuan mereka untuk melakukan aktivitas dasar.
Ketika data diolah, ditemukan bahwa paparan lampu hijau mengurangi rata-rata jumlah berapa hari sakit kepala per bulan sekitar 60 persen. Terlebih lagi, ketika sakit kepala benar-benar terjadi, rasa sakitnya berkurang 60 persen.
Ditambah tidak berlangsung lama, dan memiliki efek buruk yang lebih kecil pada kemampuan peserta untuk tertidur dan tetap tertidur, berolahraga, melakukan tugas, dan bekerja di pekerjaan mereka. Hingga kini belum ada efek samping yang dilaporkan.
Namun, sebelum kamu kehabisan dan membeli bola lampu hijau, perlu diperhatikan bahwa lampu hijau yang digunakan dalam penelitian memiliki intensitas dan frekuensi tertentu. Juga diterapkan untuk jumlah waktu tertentu melalui metode tertentu. Selain itu, masih belum jelas bagaimana cahaya mengurangi migrain.
Baca juga:
Cuma Butuh 10 Menit, Mendiagnosis Serangan Jantung lewat Air Liur

"Ini adalah temuan yang bagus, namun di sinilah asal muasal ceritanya," kata Ibrahim. "Sebagai seorang ilmuwan, saya sangat tertarik dengan cara kerjanya karena jika saya memahami mekanismenya, maka saya dapat memanfaatkannya untuk kondisi lain. Saya dapat menggunakannya sebagai alat untuk memanipulasi sistem biologis untuk mencapai sebanyak yang kami bisa," tambahnya.
Penelitian tersebut dijelaskan dalam makalah yang belum lama ini diterbitkan di jurnal Cephalalgia. (lgi)
Baca juga:
Universitas di Prancis Teliti Kol, Mentimun dan Kimchi untuk Cegah Virus
Bagikan
Leonard
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
