Cacing Berkepala Martil, Berbisa dan Berbahaya


Cacing Bipalium memiliki perilaku kanibal. (thought.co)
BERAWAL dari unggahan di akun Twitter @zoo_fess, cacing berkepala martil ini menjadi topik pembahasan seru. Foto tersebut menunjukkan cacing berwarna coklat dengan tubuh memanjang dan berkepala pipih berbentuk martil atau palu.
Unggahan pada 1 Maret 2023 dengan caption “zoo ini cacing apa dha kok lucu bgt ada kepalanya” kemudian menarik perhatian pengguna Twitter. Beberapa pengguna menuliskan bahwa cacing ini berbahaya dan memberikan cara untuk membasminya.
Baca Juga:

Dikutip dari Thought Co, cacing martil (Bipalium sp) adalah cacing pipih beracun yang menakutkan. Cacing ini hidup di darat dan merupakan predator sekaligus kanibal. Cacing ini memiliki kisaran ukuran sepanjang 5 cm hingga lebih dari 20 cm dan menyukai habitat yang lembab serta hangat.
“Ciri yang paling khas dari cacing martil adalah kepalanya yang berbentuk kipas atau sekop dan tubuhnya yang panjang dan pipih. Bagian bawahnya memiliki creeping sole yang besar dan digunakan untuk bergerak. Spesies ini dibedakan berdasarkan bentuk kepala, ukuran, warna, dan pola garis,” tulis Thought Co.
Cacing yang berasal dari daerah tropis dan subtropis ini telah menyebar ke seluruh dunia. Cacing ini diyakini terdistribusi dan terangkut secara tidak sengaja pada tanaman hortikultura berakar.
Cacing Bipalium dikatakan sebagai hewan karnivora karena memangsa cacing tanah, siput, larva serangga, dan sesamanya. Cacing Martil menggunakan chemoreceptors yang terletak di bawah kepalanya untuk mendeteksi mangsa.
Baca Juga:

Cacing akan melacak mangsanya, mendorongnya ke permukaan, dan menjeratnya dalam cairan berlendir. Setelah mangsanya tidak dapat bergerak. Kemudian cacing ini akan keluar dari fahring-nya dan mengeluarkan enzim pencernaan dan menghisap jaringan yang dicairkan ke dalam ususnya. Mulut cacing juga berfungsi sebagai anusnya saat pencernaan telah selesai.
Cacing Martil tidak termasuk ke dalam spesies cacing yang dapat dikonsumsi karena mengandung Neurotoksin yang kuat. Berdasarkan sumber Hello Sehat, Neurotoksin adalah zat alami yang dapat mengganggu dan merusak fungsi sistem saraf pusat atau sistem saraf tepi.
Cacing martil dapat bertukar sel sperma dan sel telur dengan cacing lain melalui sekresi. Telur yang dibuahi berkembang dalam tubuh dan ditumpahkan sebagai kapsul telur. Setelah tiga minggu, telur akan menetas dan cacing menjadi dewasa. Namun, reproduksi tanpa hubungan kelamin lebih umum. Jika cacing dipotong-potong, setiap bagiannya dapat beregenerasi menjadi organisme yang berkembang sempurna dalam beberapa minggu.
Walaupun cacing ini tidak berbahaya bagi tanaman hijau. Cacing ini memiliki ancaman yang lebih berbahaya. Cacing martil berpotensi memusnahkan populasi cacing tanah yang dapat menyuburkan tanah. (vca)
Baca Juga:
Terinfeksi Cacing Pita, Semut Temnothorax Malah Jadi Panjang Umur
Bagikan
Berita Terkait
Macan Tutul Kabur Dari Lembang Park and Zoo ke Gunung Tangkuban Parahu Bahayakan Nyawa Warga

Indonesia Kejar Status Zona Bebas PMK tanpa Vaksinasi dari Organisasi Kesehatan Hewan Dunia

Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Minta Hewan Peliharaan Dijadikan Pakan Predator, Kebun Binatang di Denmark Autokena Kecam

Kebun Binatang di Denmark Minta Hewan Peliharaan yang tak Diinginkan Dijadikan Pakan Predator

Jangan Biarkan Hewan Peliharaan Tanpa Sistem Imun, Sudah Ada Pakan Premium Jadi Pilihan

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Anggota DPRD Provinsi DKI Dorong Taman di Jakarta Ramah Hewan
