BPBD Sleman Siagakan 20 EWS di Titik Rawan Longsor dan Banjir
Tanah longsor di wilayah DIY (Twitter BPBD DIY)
Merahputih.com - Bencana Hidrometeorologi mengintai Kabupaten Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta DIY selama musim penghujan. Badan Penanggulangan Bencana Daerah BPBD Kabupaten Sleman telah menyiagakan Early Warning System (EWS) di 20 titik rawan longsor dan banjir.
Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik BPBD Sleman, Makwan mengatakan, Kabupaten Sleman saat ini memiliki ancaman multi hazard yaitu hidrometeorologi, pancaroba dan COVID-19.
"Untuk antisipasi kami sudah menyiapkan (EWS) di 16 titik dan sensor curah hujan di puncak Gunung Merapi serta empat titik EWS di area rawan longsor Kecamatan Prambanan," kata Makwan melalui keterangan pers di Sleman, DIY, Kamis (4/11).
Baca Juga
69 personel juga sudah disiapkan yang terdiri dari Tim Reaksi Cepat (TRC), operator Pusdalop, operator EWS dan logistik. Tim siap 24 jam mempersiapkan penanganan ancaman bencana hidrometerologi.
BPBD bersama Pemkab Sleman juga telah melakukan sosialisasi kepada masyarakat dan pelaku didaerah rawan bencana untuk meningkatkan kewaspadaan pada potensi bencana.
Dalam sosialisasi ini juga dijelaskan edukasi apa yang harus dilakukan jika ada bencana datang dan bagaimana proses evakuasi diri usai bencana terjadi.
Wakil Bupati Sleman Danang Maharsa mengatakan Pemerintah Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta telah mempersiapkan dua anggaran guna penanggulangan dan penanganan dampak bencana alam
"Dalam penanganan bencana, Pemkab Sleman mempersiapkan dua anggaran yaitu Biaya Tidak Tetap (BTT) dan anggaran bantuan bencana sesuai Peraturan Bupati (Perbup) No. 37," kata Danang.
Pemkab Sleman sedang mengkaji bantuan kerusakan akibat dampak bencana alam sebesar 100 persen bagi warga tidak mampu.
Baca Juga
Pemkab Sleman juga telah menyampaikan surat edaran setiap destinasi wisata agar bersiaga dengan adanya dampak bencana hidrometeorologi.
Kepala Stasiun Klimatologi Sleman Yogyakarta, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Reni Kraningtyas meminta masing-masing daerah di DIY untuk meningkatkan kewaspadaan terkait kemungkinannya munculnya bencana hidrometeorologi pada musim hujan 2021-2022.
Reni mengatakan, pengaruh La-Nina di wilayah DIY berdampak pada peningkatan intensitas curah hujan bulanan di atas normalnya atau rata ratanya, diawal musim hujan Oktober-November 2021 akan memberikan dampak yang cukup tinggi yakni sekitar 60 persen. (Patricia Vicka/Yogyakarta)
Bagikan
Angga Yudha Pratama
Berita Terkait
Potensi Bencana Hidrometeorologi Meningkat, Pemkab Bima NTB Tetapkan Status Tanggap Darurat Bencana 14 Hari
Setiap Hari Ada 67 Ribu Orang Meninggalkan Rumah Akibat Bencana Dari Perubahan Iklim
Sejumlah Wilayah Kota Kabupaten di Sumatera Selatan Berstatus Waspada Curah Hujan Tinggi, BMKG Ingatkan Potensi Bencana Hidrometeorologi
Bencana Alam di Ciamis Terjadi di 12 Titik pada Minggu, Paling Banyak Tanah Longsor
Jalur Selatan Cianjur Kini Dapat Dilalui secara Normal Setelah Sempat Tertutup Longsor dan Pohon Tumbang, Pengguna Jalan Diminta Tingkatkan Kewaspadaan
Topan Kalmaegi Akibatkan 114 Orang Meninggal dan 127 Orang Hilang di Filipina
Banjir Lahar Semeru Bikin Ratusan Warga Terisolasi
Satu Rumah Sakit dan Bandara Terdampak Gempa di Kota Tarakan
Gempa M 6,2 Guncang Gorontalo Pagi ini, Tidak Berpotensi Tsunami
Hari Ini Gunung Semeru 3 Kali Meletus, Erupsi Tertinggi 800 Meter