Sains

Bicara Dua Bahasa Sejak Muda Bisa Kurangi Risiko Demensia

Febrian AdiFebrian Adi - Jumat, 05 Mei 2023
Bicara Dua Bahasa Sejak Muda Bisa Kurangi Risiko Demensia

Demensia bisa dialami oleh siapa pun. (Foto: Unsplash/Aaron)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEBUAH studi baru di Jerman menemukan bahwa berbicara dua bahasa setiap hari sejak usia muda bisa melindungi seseorang dari perkembangan demensia pada kemudian hari.

Seperti dilaporkan laman Medical Daily pada Senin (1/5), dalam kehidupan sosial, orang yang memiliki kemampuan berkomunikasi dua bahasa bisa meningkatkan kehidupan sosial hingga membuka lebih banyak kesempatan kerja.

Baca juga:

Cybersickness saat Bermain Game dan Cara Mengatasinya

Orang yang memiliki kemampuan bahasa lebih dari satu bisa membantu kehidupan sosial. (Foto: Unsplash/Linkedin)

Para peniliti di Jerman menentukan bila orang yang berbicara dua bahasa mendapat nilai lebih baik dalam tes belajar, memori, bahasa, dan kontrol diri dibandingkan dengan pasien yang berbicara hanya satu bahasa.

Lebih lanjut, para peneliti ini sebelumnya juga menemukan hubungan antara bilingualism dan demensia. Studi baru yang diterbitkan dalam jurnal Neurobiology of Aging mengevaluasi bagaimana bilingual pada tahap kehidupan yang berbeda berdampak pada kognisi dan struktur otak pada usia dewasa.

“Bilingualisme bisa bertindak sebagai faktor pelindung terhadap penurunan kognitif dan demensia. Secara khusus, kami mengamati bahwa berbicara dua bahasa setiap hari, terutama pada tahap awal dan pertengahan kehidupan, mungkin memiliki efek jangka panjang pada kognisi dan korelasi sarafnya,” ucap para peneliti yang terlibat dalam studi tersebut.

Dalam studi terbaru ini, para peneliti menguji 746 orang berusia 59 hingga 76 tahun yang 40 persen dari mereka tidak memiliki masalah ingatan, sedangkan sisanya adalah pasien di klinik ingatan atau orang dengan keluhan kebingungan atau kehilangan ingatan.

Baca juga:

6 Langkah Mudah Menangkan Argumen

Bicara dua bahasa bisa bantu kurangi risiko demensia. (Foto: Unsplash/Brooke)

Dalam evaluasi yang diadakan peneliti, responden yang menggunakan bahasa kedua selain bahasa Jerman saat berusia antara 13-30 atau antara 30-65 tahun menunjukkan skor yang lebih tinggi pada kemampuan bahasa, memori, fokus, perhatian dan pengambilan keputusan daripada mereka yang tidak bilingual.

Para ilmuwan percaya kemampuan bilingual untuk beralih di antara dua bahasa adalah faktor kunci yang membuat mereka lebih baik dalam keterampilan kognitif seperti multitasking, mengelola emosi dan pengendalian diri, yang pada akhirnya melindungi mereka dari demensia.

“Keuntungan menjadi bilingual tidak hanya berasal dari pengetahuan kosa kata dan aturan bahasa kedua, tapi, dari peralihan antar bahasa yang tepat dan sering, yang menuntut kontrol kognitif yang tinggi untuk menghambat potensi interferensi antar bahasa,” tutup para peneliti. (Far)

Baca juga:

Ketahui Hal Penting ini Sebelum Operasi Katarak

#Sains #Bahasa Asing
Bagikan
Ditulis Oleh

Febrian Adi

part-time music enthusiast. full-time human.

Berita Terkait

Fun
Water Turbine Project: Inisiatif Pendidikan Seni Museum MACAN untuk Isu Air dan Lingkungan
Museum MACAN meluncurkan Water Turbine Project, program pendidikan seni kolaborasi dengan Grundfos Indonesia. Angkat isu air, lingkungan, dan keberlanjutan.
Ananda Dimas Prasetya - Kamis, 18 Desember 2025
Water Turbine Project: Inisiatif Pendidikan Seni Museum MACAN untuk Isu Air dan Lingkungan
Lifestyle
Ribuan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan di Pegunungan Italia, Polanya Rapi bahkan Membentuk Pertahanan
Jejak-jejak yang sebagian berdiameter hingga 40 sentimeter itu tersusun sejajar dalam barisan paralel.
Dwi Astarini - Rabu, 17 Desember 2025
Ribuan Jejak Kaki Dinosaurus Ditemukan di Pegunungan Italia, Polanya Rapi bahkan Membentuk Pertahanan
Indonesia
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
Founder dan Chairman Mayapada Group, Dato Sri Tahir, menemui Jokowi di Solo. Ia mengatakan, Museum Sains dan Teknologi diresmikan Maret 2026.
Soffi Amira - Jumat, 12 Desember 2025
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
ShowBiz
Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Studi yang dipublikasikan di Journal of Epidemiology & Community Health ini menyebut popularitas mempersingkat usia hingga 4,6 tahun.
Dwi Astarini - Jumat, 28 November 2025
 Studi Terbaru Ungkap Popularitas Berpotensi Turunkan Harapan Hidup Musisi, Gaya Hidup dan Kesibukan Tur Jadi Faktornya
Indonesia
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Brasil dan Indonesia sepakat bekerja sama di bidang ekonomi dan sains. Presiden Brasil, Luiz Inacio Lula da Silva, berharap kerja sama ini bisa menguntungkan dua negara.
Soffi Amira - Kamis, 23 Oktober 2025
Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara
Dunia
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Penemuan mereka berpotensi mengatasi beberapa masalah terbesar di planet ini, termasuk menangkap karbon dioksida untuk membantu mengatasi perubahan iklim dan mengurangi polusi plastik melalui pendekatan kimia.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
 Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet
Dunia
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Membuka jalan bagi lahirnya generasi baru komputer superkuat.
Dwi Astarini - Rabu, 08 Oktober 2025
Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum
Lifestyle
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Temuan ini akan membantu ilmuwan mencari pengobatan baru bagi manusia.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia
Lifestyle
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Artropoda disebut menjadi sumber makanan penting bagi burung dan hewan yang lebih besar.??
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim
Dunia
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Pompeii setelah tahun 79 muncul kembali, bukan sebagai kota, melainkan sebagai kumpulan bangunan yang rapuh dan suram, semacam kamp.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii
Bagikan