Berat Awan Sebanding 100 Gajah?


Seperti kapus yang empuk dan terlihat ringan, namun tidak seperti yang dibayangkan. (Pexels/Pixabay)
MELIHAT awan sepertinya terlihat tipis dan ringan seperti kapas. Agaknya anggapan itu perlu dipertimbangkan ulang. Sebab, awan diperkirakan sangat berat mencapai ratusan ton.
Ilmuwan menyebutkan berat awan sama dengan 100 gajah. Jika benar, bagaimana bisa awan yang terlihat seperti kapas empuk itu memiliki berat kumpulan gajah?
Baca Juga:

Saat melihat awan umumnya orang mengira setiap gumpalan awan sama saja. Ternyata, berbanding terbalik dengan perkiraan nih. Awan justru memiliki jenis yang berbeda-beda sesuai karakteristik dan ketinggiannya. Dengan demikian, kandungan awan sama yakni tumpukan uap air dan kristal es kecil.
Nah, awan yang paling umum adalah awan kumulus. Seperti diansir dari ZME Science, awan ini biasanya tampak melayang-layang anggun di langit. Kesannya sangat ringan sekali. Padahal, berat awan di luar bayangan lho.
Gaya gravitasi yang dihasilkan oleh awan di udara memiliki kekuatan yang sangat kecil dengan ketinggian mencapai 2.700 meter. Tipikal awan kumulus inilah yang akan memakan waktu lebih dari 12 hari.
Peggyu Le Mone peneliti National Center for Atmospheric Research membuktikan berat awan. Dia mengukur berat awan menurut kerapatan air pada awan kumulus sekitar setengah gram per meter kubik.
Baca Juga:

Menariknya air tidak berpusat pada satu titik di awan saja. Tetesan air yang membentuk awan berjumlah jutaan per meter kubik awan kumulus. Meskipun diameter tetes tidak lebih dari 0,003 milimeter, bisa dibayangkan jumlahnya sangat banyak.
Le Mone mengukur diameter awan, sekitar satu kilometer setiap bentuk kubus awan, volumenya mencapai satu miliar meter kubik. Tak hanya itu, berat awan kumulus dihasilkan dari proses pengalian massa jenis dengan volume awan setara dengan 500 ton air. Menurutnya, berat awan setara dengan empat paus biru atau 100 gajah.
Nah, itu dia informasi terkait berat awan yang selama ini selalu ditanyakan oleh setiap orang. Menarik bukan? Semoga rasa penasaran kamu sudah terjawab ya. (dkr)
Baca Juga:
Kerusakan-Kerusakan yang Muncul pada Rumah Selama Musim Hujan
Bagikan
Berita Terkait
Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet

Tiga Ilmuwan Raih Hadiah Nobel Fisika, Berjasa dalam Komputasi Kuantum

Kayak Manusia, Kucing Juga Bisa Kena Demensia

Populasi Serangga Terancam Alterasi Pola El Nino yang Dipicu Perubahan Iklim

Arkeolog Temukan Bukti Penyintas Letusan Gunung Vesuvius Kembali Tinggal di Reruntuhan Pompeii

Batu Mars Terbesar di Dunia Dilelang, Terjual Seharga Rp 86,25 Miliar

Jokowi Terkena Alergi Parah, para Ahli Sebut Perubahan Iklim Memperburuk Kondisi Ini

Kenapa Kita Suka Share dan Lihat Konten Hewan Lucu di Media Sosial? Ini Jawaban Ilmiahnya!

Strawberry Moon di Yogyakarta dan Malang! Ini Fakta Menarik di Baliknya yang Terjadi 18,6 Tahun Sekali

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif
