ASEAN Tengah Bahas Kode Etik Luat China Selatan, Tekan Konflik Regional
Ilustrasi posisi KN Pulau Nipah-321 dan kapal Penjaga Pantai China nomor lambung 5204, di zona ekonomi eksklusif Indonesia di Laut Natuna Utara
MerahPutih.com - Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) sedang mempercepat pembahasan untuk merampungkan Kode Etik (CoC) di Laut China Selatan yang sangat dinantikan pada 2026, kata Menteri Luar Negeri Filipina Theresa Lazaro, Senin (14/7).
Kode Etik tersebut, yang telah digodok selama bertahun-tahun, akan menyediakan seperangkat aturan untuk mengelola ketegangan di Laut China Selatan yang disengketakan.
Lazaro mengungkapkan bahwa putaran negosiasi terpisah akan berlangsung dalam beberapa bulan mendatang untuk melanjutkan kemajuan yang dicapai dalam perundingan yang diadakan di Manila April lalu.
"Mengenai Kode Etik, pandangan kami dan kita semua bekerja sama agar Kode Etik ASEAN-China dapat terbit tahun depan sebagaimana diamanatkan oleh para menteri luar negeri pada 2023," ujarnya dalam jumpa pers di Kota Pasay dikutip Antara.
Baca juga:
Legislator PDIP Kritik Joint Statement RI-China Bisa Perkeruh Situasi Laut China Selatan
Malaysia, katanya, diperkirakan akan menjadi tuan rumah pertemuan kelompok kerja teknis berikutnya pada Agustus, yang akan diikuti oleh putaran berikutnya di Singapura pada September, dengan pertemuan terakhir dijadwalkan di China.
"Semua ini dipercepat, tetapi tentu saja, dalam kerangka waktunya sendiri dan diskusi sedang dibahas secara intensif," tambahnya.
Saat ini, Beijing dan blok regional sedang menangani empat "isu penting" atau subjek paling kontroversial terkait dokumen tersebut.
Hal itu termasuk hubungan antara CoC dan Deklarasi Perilaku (DoC) yang tidak mengikat di Laut China Selatan; apakah dokumen final tersebut mengikat secara hukum atau tidak; cakupan geografis CoC; dan definisi istilah, seperti pengendalian diri, di antara yang lainnya.
"Ini adalah empat isu penting karena ini adalah yang paling menonjol. (Terkait) tempat dan informasi yang telah saya berikan, ini akan dibahas. Jadi, ini sedang berkembang," kata Lazaro.
Pada 2026, Menlu Filipina tersebut mengatakan bahwa kepemimpinan Filipina di ASEAN akan berfokus pada tiga isu "lintas sektoral", yaitu perdamaian dan keamanan, kerja sama maritim, serta perubahan iklim.
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Indonesia Perlu Perkuat ASEAN dan Diplomasi Maritim di Tengah Rivalitas Indo-Pasifik
[HOAKS atau FAKTA]: ASEAN Ramal Indonesia Bubar Tahun 2030
Gubernur Pramono Kunker 3 Hari ke Malaysia, Jadi Pembicara Acara ASEAN
Thailand-Kamboja Teken Gencatan Senjata, Semua Tahanan dan Prajurit Gugur Dipulangkan
Darurat Militer Dicabut, Junta Larang Partai Aung San Suu Kyi Ikut Pemilu Myanmar
DPR: Indonesia-Malaysia Kunci Stabilitas ASEAN dan Internasional
Anak Pekerja Migran Indonesia di Perbatasan Bakal Dapat Bantuan Pendidikan dari Malaysia
Prabowo Tegaskan Indonesia Siap Turun Tangan Cari Solusi Damai Konflik Thailand-Kamboja
Prabowo Puji PM Anwar Ibrahim Berhasil Fasilitasi Gencatan Senjata Thailand-Kamboja
Thailand Umumkan Status Darurat Militer, Sekolah di Perbatasan Ditutup