Anggota DPR Minta Jokowi Bijak Mengelola Sumber Daya Alam

Zulfikar SyZulfikar Sy - Kamis, 31 Agustus 2023
Anggota DPR Minta Jokowi Bijak Mengelola Sumber Daya Alam

DPR RI. (Foto: MP/Dicki Prasetia)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

MerahPutih.com - Pemerintah diminta untuk bijak dalam mengelola sumber daya alam (SDA) termasuk nikel.

Anggota Komisi VI DPR RI Amin Ak melihat, setidaknya ada tiga potensi ekses atau eksternalitas yang timbul seiring dengan eksploitasi nikel berlebihan.

Persoalan pertama, eksploitasi nikel besar-besaran saat ini mengkhawatirkan karena akan menyebabkan cadangan nikel Indonesia cepat habis. Hal itu jelas berdampak buruk pada aspek keberlanjutan program pembangunan berbasis SDA, terutama di daerah penghasil nikel.

Baca Juga:

PRIMA Dorong Pemerintah Tindak Tegas Pelaku Ekspor Bijih Nikel ke Luar Negeri

Sebagaimana kita ketahui, hilirisasi yang dilakukan saat ini belum dibarengi dengan industrialisasi berbasis nikel di dalam negeri. Tanpa kesiapan ekosistem industrialisasi di dalam negeri, yang terjadi adalah ekstraksi sumber daya tambang besar-besaran untuk mengejar pertumbuhan ekspor produk olahan smelter.

“Jika dibarengi industrialisasi, produk smelter itu dijadikan bahan baku industri berbasis nikel seperti baterai maupun industri stainless steel, nilai tambahnya bisa 10 kali,” kata Amin dalam keterangannya, Kamis (31/8).

Artinya, kata Amin, apabila pemerintah mengembangkan industri berbasis nikel, bukan hanya sekadar hilirisasi smelter, untuk mendapatkan nilai ekspor Rp 500 triliun, Indonesia hanya perlu mengeruk 160 ribu ton nikel per tahun.

Sebaliknya, laju ekstraksi nikel yang menembus 1,6 juta metrik ton per tahun, sangat mengkhawatirkan dari sisi ketahanan energi maupun ketahanan industri berbasis nikel.

“Saya minta Presiden Jokowi mengadopsi kerangka kerja neraca sumber daya alam yang ditetapkan PBB, dalam kebijakan pembangunannya. Tanpa neraca SDA cadangan nikel kita bakal cepat habis,” ujarnya.

Persoalan kedua yang timbul dari esktraksi SDA tanpa memasukan kerangka neraca SDA, adalah potensi munculnya konflik sosial di masa depan. Hal itu akibat ketiadaan "horizontal wealth effect", karena perusahaan nasional maupun lokal tidak memperoleh manfaat signifikan dari hilirisasi nikel.

Baca Juga:

KPK Usut Pejabat Daerah yang "Bermain" Nikel

Menurutnya, manfaat terbesar dari ekstraksi SDA hanya dinikmati perusahaan asing bermodal besar. Tak heran yang terjadi adalah angka pertumbuhan ekonomi daerah diklaim tinggi, tapi angka kemiskinan justru malah bertambah.

"Belum lagi serapan tenaga kerja yang ada jauh panggang dari api dibanding apa yang selama ini digembar-gemborkan pemerintah," imbuhnya.

Ini yang dikenal dengan fenomena resource curse (kutukan sumber daya) yaitu masyarakat di daerah dengan sumber daya alam yang melimpah, justru hidup miskin atau tidak sejahtera.

“Pemerintah harus menyiapkan daerah agar mampu mengembangkan ekonomi daerah berbasis sumber daya alam. Termasuk dengan membangun ekosistem industri di daerah,” tegas Amin.

Persoalan ketiga yang juga menjadi bom waktu adalah degradasi atau kerusakan lingkungan akibat kegagalan memperhitungkan penggunaan SDA secara tepat. Deforestasi, penghancuran habitat, dan polusi, hingga kerusakan ekosistem dan keanekaragaman hayati menjadi beban masa depan yang menghantui generasi mendatang.

“Kita harus memikirkan nasib generasi mendatang. Hilirisasi bagus, namun harus dibarengi kesiapan industrialisasi dan penguatan ekosistem industri lokal. Jangan kemudian jor-joran mengeksploitasi SDA tanpa memikirkan keberlanjutan pembangunan,” pungkasnya. (Pon)

Baca Juga:

Indonesia Khawatir Soal Aturan Penegakan Perdagangan Ekspor Bijih Nikel Uni Eropa

#Sumber Daya Alam #Nikel
Bagikan
Ditulis Oleh

Ponco Sulaksono

Berita Terkait

Indonesia
Pabrik Terintegrasi Baterai Kendaraan Listrik di Karawang Serap Investasi Rp 100 Triliun, Diklaim Serap 8 Ribu Pekerja
Pabrik baterai di Karawang berada di atas lahan seluas 43 hektare dan dioperasikan oleh perusahaan patungan PT Contemporary Amperex Technology Indonesia Battery (CATIB)—hasil kolaborasi IBC dengan CBL, anak usaha raksasa baterai dunia Contemporary Amperex Technology Co. Limited (CATL).
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 29 Juni 2025
Pabrik Terintegrasi Baterai Kendaraan Listrik di Karawang Serap Investasi Rp 100 Triliun, Diklaim Serap 8 Ribu Pekerja
Indonesia
Legislator Sebut Pencabutan Izin Tambang di Raja Ampat Bentuk Kehati-hatian Prabowo Terhadap Lingkungan
Ini adalah bukti bahwa Presiden mendengar suara rakyat, berpihak pada kelestarian alam
Angga Yudha Pratama - Rabu, 11 Juni 2025
Legislator Sebut Pencabutan Izin Tambang di Raja Ampat Bentuk Kehati-hatian Prabowo Terhadap Lingkungan
Indonesia
PT GAG Nikel Lolos Sanksi, Ketua Komisi VII Tegaskan IUP-nya Bukan Muncul Sekonyong-konyong
Izin PT GAG Nikel tidak dicabut karena memiliki dasar hukum dan legalitas yang kuat.
Wisnu Cipto - Selasa, 10 Juni 2025
PT GAG Nikel Lolos Sanksi, Ketua Komisi VII Tegaskan IUP-nya Bukan Muncul Sekonyong-konyong
Indonesia
Pemerintah Hentikan Izin Pertambangan di Raja Ampat, Jaga Komitmen Pelestarian Lingkungan
Keputusan ini juga menjadi bukti bahwa suara masyarakat lokal yang selama ini memperjuangkan kelestarian wilayahnya didengar dan dihargai.
Dwi Astarini - Selasa, 10 Juni 2025
Pemerintah Hentikan Izin Pertambangan di Raja Ampat, Jaga Komitmen Pelestarian Lingkungan
Indonesia
Pulau Gag Aman, PT GAG Nikel Tetap Beroperasi di Raja Ampat
Di sisi lain, pemerintah juga telah mencabut Izin Usaha Pertambangan (IUP) empat perusahaan lain
Angga Yudha Pratama - Selasa, 10 Juni 2025
Pulau Gag Aman, PT GAG Nikel Tetap Beroperasi di Raja Ampat
Indonesia
4 Izin Usaha Pertambangan Nikel di Raja Ampat Dicabut, Kecuali PT Gag Nikel
Bahlil telah menghentikan sementara aktivitas tambang nikel PT Gag Nikel di Raja Ampat sejak Kamis (5/6), menyusul penolakan dari aktivis lingkungan dan masyarakat sipil karena dinilai mengancam ekosistem.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 10 Juni 2025
4 Izin Usaha Pertambangan Nikel di Raja Ampat Dicabut, Kecuali PT Gag Nikel
Indonesia
Cemari Raja Ampat, Bahlil Diminta Tindak Tegas Perusahaan Tambang Nikel
Menteri ESDM, Bahlil Lahadalia, diminta untuk menindak tegas perusahaan tambang nikel yang mencemari lingkungan di Raja Ampat.
Soffi Amira - Senin, 09 Juni 2025
Cemari Raja Ampat, Bahlil Diminta Tindak Tegas Perusahaan Tambang Nikel
Indonesia
Praktik Tambang Nikel di Raja Ampat Bentuk Pelanggaran Undang-Undang Menurut Pengamat
Seperti UU Perusakan Hutan No 18 Tahun 2013 serta Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang?Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (“UU PPLH”)
Frengky Aruan - Senin, 09 Juni 2025
Praktik Tambang Nikel di Raja Ampat Bentuk Pelanggaran Undang-Undang Menurut Pengamat
Indonesia
Bantah Tambang Nikel di Raja Ampat Merusak Alam, Gubernur Klaim Warga Justru Minta Proyek Dilanjutkan
Menurutnya, tidak ada air berwarna cokelat seperti video viral itu.
Dwi Astarini - Senin, 09 Juni 2025
Bantah Tambang Nikel di Raja Ampat Merusak Alam, Gubernur Klaim Warga Justru Minta Proyek Dilanjutkan
Indonesia
Tutup Pintu Negosiasi, Senator Papua Tuntut Tambang Nikel Raja Ampat Ditutup Total
“Kita berharap bukan ditutup sementara. Tidak boleh ada negosiasi dengan pelaku kerusakan tempat wisata,” kata Ketua Komite III DPD Filep Wamafma
Wisnu Cipto - Minggu, 08 Juni 2025
Tutup Pintu Negosiasi, Senator Papua Tuntut Tambang Nikel Raja Ampat Ditutup Total
Bagikan