Anak Gimbal Dieng, Potong Rambut Buang Energi Buruk


Sebelum melaksanakan prosesi pemotongan rambut gimbal, orang tua harus menuruti kemauan sang anak. (Foto: afastar.wordpress)
Dataran tinggi Dieng memiliki sebuah tradisi potong rambut yang sudah dilakukan sejak ratusan tahun silam. Tradisi ini mengungkap suatu fenomena aneh. Hal ini lantaran terdapat beberapa anak Dieng yang memiliki rambut gimbal sebagian.
Menurut Masyarakat lokal, anak-anak berambut gimbal ini merupakan titipan Kiai Kolo Dete. Kiai ini adalah seorang punggawa di zaman Mataram Islam abad ke-14. Ia ditugaskan Kerajaan Mataram untuk mempersiapkan pemerintahan di Dataran Tinggi Dieng.
Kala itu, Kiai Kolo Dete mendapat wahyu dari Ratu Pantai Selatan. Ia ditugaskan untuk menyejahterakan masyarakat Dieng. Dari wahyu yang ia dapat, kesejahteraan masyarakat Dieng akan terlihat dengan munculnya anak berambut gimbal. Sejak pewahyuan Nyi Roro Kidul itulah muncul anak berambut gimbal di dataran tinggi Dieng, Jawa Tengah.

Tidak ada prasyarat anak dari keturunan tertentu untuk memiliki rambut gimbal. Anak siapa pun berpotensi tumbuh rambut gimbal. Biasanya, sebelum rambut gimbal itu tumbuh, sang anak yang rata-rata belum mencapai usia 3 tahun, akan mengalami demam di malam sebelumnya. Kemudian, di pagi harinya, rambut gimbal itu tiba-tiba tumbuh dengan sendirinya.
Menurut kepercayaan, rambut gimbal ini harus dipotong untuk membuang keburukan. Namun, tradisi pemotongan ini harus dilalui dengan beberapa proses ruwatan. Dan, harus atas dasar kemauan sang anak. Para orang tua juga harus mengabulkan permintaan sang anak sebelum rambut gimbalnya dipotong. Jika tidak dikabulkan, rambut gimbal sang anak konon akan tumbuh kembali.
Tahap pertama ruwatan dimulai di rumah tetua adat setempat. Anak-anak yang akan dipotong rambutnya dikumpulkan di tempat itu. Segala permintaan sang anak, seperti hadiah, mainan, dan hal lainnya, juga dikumpulkan di tempat tetua adat tersebut.

Setelah itu, para anak akan diarak keliling kampung. Kemudian, mereka akan mengikuti proses jamasan rambut (pembersihan rambut) yang dilakukan di Kompleks Dharmasala. Air untuk jamasan rambut diambil dari Sendang Sedayu (sumber air suci).
Barulah anak-anak berambut gimbal dibawa ke Kompleks Candi Arjuna untuk dipotong rambut gimbalnya. Prosesi pemotongan rambut ini dilakukan para sesepuh dan pejabat sekitar. Rambut gimbal yang telah dipotong akan diberi mantra, kemudian dibuang oleh para sesepuh.

Anak-anak berambut gimbal cenderung lebih aktif dan terkadang tidak bisa mengendalikan emosi mereka. Setelah rambut gimbal mereka dipotong, sifat ini pun akan menghilang dengan sendirinya.
Sampai sekarang belum ada penjelasan secara ilmiah mengapa rambut gimbal bisa tumbuh pada anak di dataran tinggi Dieng. Masyarakat setempat percaya hal tersebut merupakan pertanda kesejahteraan. Walau demikian, rambut gimbal tetap akan dipotong agar bisa membuang pengaruh jahat.
Baca juga artikel tradisi lainnya Suku Dani Ungkapkan Rasa Kehilangan Pasangan Lewat Tradisi Potong Jari.
Bagikan
Berita Terkait
Korea Selatan kembali Gelar Adu Banteng, Aktivis Hewan Langsung Bereaksi Lempar Kecaman

Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak

Kalender Jawa Februari 2025: Lengkap dengan Weton, Pasaran, serta Tanggal Islam

Asal Usul Malam Satu Suro dan Kegiatan yang Baik untuk Dilakukan

Tarian Gundala-Gundala Ritual Pemanggil Hujan dari Tanah Karo

Lomba Dayung Jukung, Tradisi Unik 17 Agustusan di Kalimantan Selatan

3 Tradisi Unik di Indonesia Merayakan Idul Adha

Mengenal Makna Tradisi Imlek 'Yu Sheng'

Tradisi Unik di Berbagai Negara untuk Sambut Tahun Baru 2024

Pisau Cukur Antibikin Luka
