35 Kasus Probable Hepatitis Akut Dikonfirmasi Kemenkes RI


Hasil pemeriksaan Kemenkes RI menyatakan Hepatitis Akut tersebar di 22 provinsi. (freepik/jcomp)
WHO pada 15 April 2022 telah menetapkan penyakit Hepatitis Akut sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB). Pertama kali ditemukan di Inggris Raya pada 5 April 2022. Sejak saat itu, dilaporkan terjadi peningkatan kasus di Eropa, Asia, dan Amerika.
Hepatitis Akut merupakan gangguan gastrointestinal seperti sakit perut, mual, muntah, diare. Gejala dapat berlanjut dengan air kencing berwarna pekat seperti teh, BAB putih pucat, kulit, mata kuning, bahkan sampai penurunan kesadaran.
Baca Juga:

Penyakit Hepatitis Akut ini menyerang anak usia 0-16 tahun, paling banyak anak usia di bawah 10 tahun. Akibat virus yang sangat berbahaya ini, beberapa anak dilaporkan meninggal, bahkan anak dengan Hepatitis Akut ini membutuhkan transplantasi hati.
Juru Bicara Kementerian Kesehatan RI dr. Mohammad Syahril mengatakan Kemenkes telah memeriksa 91 kasus dugaan hepatitis akut di Indonesia. Dari jumlah tersebut 35 di antaranya probable, 7 pending, 49 discarded.
"Kasus hepatitis akut ini tersebar di 22 provinsi. Jadi tidak semua provinsi ada kasus hepatitisnya," jelas dr. Syahril dalam konferensi pers secara virtual, Jumat (16/9).
Dari 22 provinsi ini kasus terbanyak ada di DKI Jakarta dengan 12 kasus probable dan 3 kasus pending. Kemudian di Daerah Istimewa Yogyakarta 3 kasus probable dan 0 kasus pending, serta Jawa Tengah 2 kasus probable dan 2 kasus pending. Status pasien dari 35 probable dan 7 pending didominasi berjenis kelamin laki-laki dengan usia 0 sampai 5 tahun.
dr. Syahril mengungkapkan dari 35 probabel yang dilakukan pemeriksaan dan dikaji oleh komite ahli telah diketahui bahwa patogen paling banyak ditemukan pada pasien adalah EBV (6 dari 29 pasien diperiksa lalu diikuti CMV dan Torque Teno virus (5 dari 29 pasien diperiksa).
Baca Juga:

Berdasarkan hasil PCR dan metagenomik, 5 dari 29 pasien probable terdeteksi virus dari famili herpesviridae (CMV, HSV1, HHV-6A, HHV1, EBV). Gejala yang dialami para pasien diantaranya demam, kuning, mual, muntah dan hilang nafsu makan.
Kementerian Kesehatan telah menambah kapasitas laboratorium yang memiliki kemampuan pemeriksaan hepatitis. "Sudah ada 33 laboratorium yang semula ada 2. Sudah dilakukan pelatihan dan sudah melakukan pemeriksaan-pemeriksaan," ungkap dr. Syahril.
Masih melalui sambungan virtual, Prof. Dr. Hanifah Oswari, SpA(K) mengatakan kasus hepatitis tetap ada namun kasusnya sekarang tidak sebanyak seperti awal kasus. Saat ini masih ada 7 kasus hepatitis yang belum dibahas.
"Perkembangan dari Hepatitis ini kita belum mengetahui penyebabnya. Memang tetap ada terus-menerus tetapi tidak sebanyak di awal-awal. Jadi sekarang ini tetap masih ada 7 yang belum kami bicarakan. Meskipun tidak banyak tetapi kasusnya masih ada. Itu yang perlu kita perhatikan, perlu tetap waspada tetapi tingkat kewaspadaannya tidak seperti yang di awal-awal," pesan prof. Hanifah. (DGS)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
