Kolaborasi Kampus Perangi Sampah Makanan


Sampah makanan kini menjadi masalah dunia. (Foto: Unsplash/simon peel)
SAMPAH makanan kini menjadi masalah dunia karena memicu masalah besar yang mengkhawatirkan. Karena bertanggungjawab atas 10 persen emisi gas rumah kaca yang membahayakan Bumi, sampah jenis ini merupakan penyumbang signifikan terhadap krisis iklim.
"Sampah makanan yang membusuk di tempat pembuangan akhir merupakan sumber pencemaran dan perusakan lingkungan. Karena sampah tersebut menghasilkan bau dan gas metana yang dapat merusak lapisan ozon," ujar Direktur Riset dan Inovasi, Universitas Prasetiya Mulya Dr. Stevanus Wisnu Wijaya, dalam siaran pers yang diterima Merahputih.com, Jumat (16/9).
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) memperkirakan, emisi dari sampah jenis ini mencapai 1.702,9 metrik ton ekuivalen karbon dioksida. Jumlah ini setara dengan 7,29 persen emisi gas rumah kaca Indonesia.
Berbagai fakta tentang bahaya sampah makanan, menurut Wisnu, mendorong Universitas Prasetya Mulya (Prasmul) bersama sejumlah kampus di dalam dan luar negeri berkolaborasi membentuk sebuah konsorsium proyek bernama In2Food.
Baca juga:
Upaya Pegiat Food Waste Konsisten Merdekakan Indonesia Bebas Sampah Makanan
"Konsorsium ini menjadi wadah untuk mengembangkan kolaborasi, inisiatif, dan ide dari berbagai disiplin ilmu untuk menciptakan aneka solusi bagi masalah sampah makanan," kata pria yang juga pengajar di jurusan Digital Business Technology (Software Engineering) Prasmul itu.
Pada tahun ini, konsorsium In2Food yang terdiri dari Universitas Prasetiya Mulya, Universitas Katolik Parahyangan, Binus University, Universitas Pembangunan Jaya, Universitas Ma Chung, Ghent University, Tampere University, dan Hotelschool The Hague, menggelar rangkaian acara untuk menjaring berbagai ide dan inisiatif manajemen sampah makanan. Acara yang digelar di Bali pada Agustus lalu itu diikuti oleh puluhan peserta dari universitas anggota konsorsium.
Baca juga:
Aksi Jagoan Food and Beverage Negri Aing Selamatkan Makanan Sisa

"Konsorsium In2Food merupakan proyek kolaborasi antar disiplin ilmu dari sejumlah kampus yang didanai oleh Erasmus+ CBHE Program Uni Eropa sejak 2021. Sejak tahun lalu kami telah menggelar berbagai seminar dan penelitian terkait masalah sampah makanan," kata Wisnu.
Pada tahun ini, kegiatan yang diadakan In2Food banyak melibatkan mahasiswa, seperti International Student Conference dan international Summer School, tempat mahasiswa mendapatkan beasiswa penuh dari Erasmus+ CBHE Program Uni Eropa.
Di sisi lain, Prasmul juga menghelat program Food Waste to Finish (FWTF) dengan mengirimkan lima mahasiswa perwakilan untuk beradu konsep dan merancang kolaborasi dengan peserta dari kampus lain.
"Setiap peserta dipilih dari latar belakang keilmuan berbeda, ada yang dari jurusan teknologi bisnis, software engineering, ekonomi bisnis, matematika terapan, bisnis teknologi pangan, dan jurusan bisnis," kata Wisnu.
Acara FWTF digelar di Bali pada 14-27 Agustus. Selama itu, para peserta mengikuti berbagai rangkaian acara seperti diskusi, seminar, hingga presentasi konsep. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Hari Lingkungan Hidup Sedunia 2025, Pemerintah Anugerahkan Kalpataru Lestari untuk Pejuang Hijau

Belajar dari Kearifan Lokal, Merawat Bumi Lewat Cara yang Sudah Lama Kita Punya

Jerry Hermawan Lo Kunjungi Pembangkit Listrik Energi Hijau Pertama di Karimun

Benoa Bali Kantongi Predikat Pelabuhan Hijau

Tim D'BASE dari BINUS ASO Siap Bertanding di Shell Eco-marathon Asia-Pacific and the Middle East 2025

10,3 Juta Penumpang Manfaatkan Face Recognition, KAI Kurangi Limbah Kertas

Buka Cabang di BSD, %Arabica Usung Konsep Ramah Lingkungan

Casio Luncurkan G-SHOCK GMAP2100ST, Jam Tangan yang Ramah Lingkungan

Festival LIKE 2 Sukses Digelar, 4 Momen ini Tak Terlupakan

MotoGP Perkenalkan Kampanye 'Racing for the Future' di GP Austria
