3 Penyebab Harga Bitcoin Anjlok


Mayoritas aset kripto dengan kapitalisasi pasar yang besar ikut turun. (Foto: Unsplash/Dmitry Demidko)
SEPEKAN terakhir, harga Bitcoin dan kripto berkapitalisasi pasar besar (big cap) lainnya terpantau mengalami penurunan. Laman Yahoo Finance melaporkan harga Bitcoin sedikit pulih pada Sabtu (4/12) hingga di atas USD 48 ribu atau sekitar Rp 689 juta.
Bitcoin setidaknya sudah turun 31,6 persen dari level tertinggi tahun ini sebesar USD 69 ribu atau sekitar Rp 990 juta pada 10 November. Akibat penurunan tersebut, mayoritas aset kripto dengan kapitalisasi pasar yang besar ikut turun. Di hari yang sama, Ethereum (ETH), Avalanche (AVAX), dan Shiba Inu (SHIB) mengalami penurunan hingga 15 persen.
Selalu sulit untuk menentukan penyebab pastinya, tetapi dalam kasus ini, tampaknya ada sejumlah faktor yang bekerja. Faktor pertama adalah berbagai pernyataan yang dikeluarkan bank sentral AS atau Federal Reserve (The Fed) terkait langkah ekonomi AS. Hal ini membuat investor ketakutan atas munculnya berbagai spekulasi.
Baca juga:
Tiongkok Larang Kripto, Harga Bitcoin Anjlok di Bawah USD 40 Ribu Per 1 BTC

Investor terkenal Louis Navellier memeringatkan bahwa kebijakan tapering off The Fed dapat memecahkan gelembung Bitcoin dan kripto. Navellier mengatakan, kebijakan tapering The Fed akan membuat koreksi pada aset berisiko, dan Bitcoin adalah bagian dari itu. Ia juga memprediksi bahwa harga Bitcoin bisa turun di bawah USD 10 ribu atau sekitar Rp 143 juta.
Faktor yang kedua tentu tidak terlepas dari varian terbaru COVID-19, Omicron yang membuat Bitcoin ke titik terendah.
“Hal ini secara psikologis membuat para investor melakukan panic selling setelah melihat market merah. Dari panic selling terjadi yang namanya koreksi termasuk di aset kripto utamanya Bitcoin,” kata COO Tokocrypto, Teguh Kurniawan Harmanda berdasarkan keterangan yang diterima, Sabtu (11/12).
Baca juga:

Dan faktor terakhir adalah masuknya musim liburan Natal dan tahun baru, membuat para investor mengunci keamanan dan mengambil keuntungan sebanyak mungkin dari hasil investasi pada tahun sulit ini.
“Tapi pergerakan market ini masih dalam batas wajar dan aset kripto sendiri apalagi yang kapitalisasinya besar juga memiliki use case luas, serta menjanjikan buat perencanaan jangka panjang. Kalau kita lihat berdasarkan histori, mungkin untuk kembali ke bull run sekitar April 2022,” tutup Manda. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Bobby The Cat, Meme Coin Solana dengan Visi Filantropi Berkelanjutan

Pintu Hadirkan Crypto Museum di Festival Crypto Terbesar di Asia

Pintu Hadirkan Imbal Hasil Kripto Hingga 25% Lewat Fitur Baru Ini

Kembali Cetak Rekor, Bitcoin Tembus ATH 121 Ribu Dolar AS

Cara Gampang Cuan di Tengah Euforia Bitcoin yang Cetak Rekor Tertinggi

Catatkan Rekor Tertinggi, ini 3 Alasan Mengapa Bitcoin Bisa Tembus Rp 3,2 Miliar

Harga BTC Bull Kian Meroket, Binance Siapkan Peluncuran Lista Dao

Kumpulkan Data Biometrik, Polri Tengah Menyoroti Aktivitas Worldcoin

5 Rekomendasi Aplikasi Trading Futures Bitcoin Terbaik, Wajib Dicoba!

Trump Keluarkan Perintah Eksekutif Bentuk Cadangan Bitcoin Dari Hasil Sitaan Kejahatan
