Yogyakarta Jadi Lautan Kendaraan Bermotor
Kamis, 20 Oktober 2016 -
MerahPutih Peristiwa - Di kisaran tahun 2003 hingga 2007, Yogyakarta terkenal akan pengguna sepedanya. Terlebih di Kota Yogyakarta pada masa itu, tak sulit menemukan pengguna sepeda ontel, sepeda klasik zaman Belanda, hingga sepeda bergaya kekinian.
Mereka biasa ditemui di kawasan UGM, Malioboro, Tugu, kawasan Ringroad, Bantul, Condongcatur, hingga pusat-pusat keramaian tiap kabupaten. Dari sekadar berkumpul, jalan-jalan wisatawan, hingga benar-benar menjadi modal transportasi. Kenyataan tersebut seakan membenarkan adigum Jawa, alon-alon asal klakon. Biar lambat asal selamat, biar santai menggunakan sepeda asal tak mempertaruhkan nyawa jika naik sepeda motor.
Kini adigum tersebut seakan tak berlaku lagi bila ingin memahami kepribadian orang Jawa dari jalanan. Semua telah berubah. Jalan Malioboro telah menjadi titik kemacetan terparah di Kota Yogyakarta. Selain itu, kawasan sekitar UGM, Tugu, Jalan Solo atau tepatnya di Amplaz, adalah titik-titik kemacetan.
Kemacetan biasa terjadi pada jam-jam berangkat kerja dan kuliah serta jam-jam pulang kerja dan kuliah. Seluruh pekerja dan ribuan mahasiswa tumplek blek di jalanan. Kepadatan tak terhindarkan. Belum lagi, jumlah kunjungan wisatawan membuat kawasan wisata dan Kota Yogyakarta semakin padat. Tak ayal, banyak warga asli Yogyakarta enggan keluar rumah di saat akhir pekan atau hari-hari libur nasional.
"Sekarang itu macetnya parah. Kalau naik bus transjogja, cuma 3 kilometer aja bisa setengah jam," ujar Muhib, salah seorang warga Yogyakarta, saat berbincang dengan merahputih.com, baru-baru ini.
Tiap tahun penambahan kendaraan bermotor di Yogyakarta begitu cepat. Angkanya terbilang tinggi. Berdasarkan Data Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, kenaikan pengguna kendaraan bermotor tahun 2015 mencapai 10 persen dari tahun sebelum. Diperkirakan, kenaikan tahun ini hingga akhir Desember nanti angkanya lebih dari 10 persen.
Berdasarkan data Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Yogyakarta, kenaikan pengguna kendaraan bermotor lebih dari 10% setiap tahunnya. Tahun 2009 jumlah kendaraan bermotor di Yogyakarta mencapai 1.059.974 kendaraan, tahun 2010 mencapai 1.120.907 kendaraan, tahun 2011 mencapai 1.210.358 kendaraan, tahun 2012 mencapai 1.270.787 kendaraan, dan tahun 2013 mencapai 1.396.967 kendaraan.
Dari jumlah kendaraan tersebut, sepeda motor merupakan jenis kendaraan terbesar. Diperkirakan, persentasenya mencapai 35 hingga 45 persen dari kendaraan lainnya, seperti mobil pribadi, mobil penumpang, dan truk. Bahkan, diprediksi, peningkatan kepemilikan sepeda motor tahun ini akan melonjak drastis. Hal ini dilihat berdasarkan indikator pendapatan masyarakat.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Wirawan Hario Yudho, memperkirakan, peningkatan persentase kepemilikan kendaraan bermotor tahun 2016 ini dapat dilihat dari berbagai indikator. Salah satu indikasinya, adalah sebagian penduduk di Kabupaten Kulonprogo inden atau mobil setelah mendapatkan duit pembebasan lahan untuk proyek Bandara International Yogyakarta.
Di sisi lain, ruang jalan raya tidak mengalami peningkatan yang sesuai dengan peningkatan kendaraan bermotor. Bahkan, ketersediaan jalan raya dapat dikatakan stagnan. Hal ini pun membuat kemacetan semakin parah.
Kini tak ada lagi wara-wiri pengguna sepeda di pinggiran jalan. Kalau pun ada, itu hanyalah orangtua yang benar-benar tak mampu secara ekonomi dan tak mengerti menggunakan kendaraan bermotor. Di dalam kampus UGM pun tak lagi seperti dahulu yang dipenuhi sepeda bak lautan sepeda. Kini kawasan kampus negeri ternama di Yogyakarta itu telah menjadi lautan kendaraan bermotor di setiap lahan parkir dan lahan terbukanya. (Fre)
BACA JUGA: