Tren Thrifting Bantu Atasi Masalah Lingkungan

Jumat, 10 September 2021 - Ikhsan Aryo Digdo

TREN fashion yang selalu berubah menyebabkan produsen memproduksi pakaian besar dengan kecepatan lebih cepat. Proses ini memiliki efek yang mengerikan untuk lingkungan. Pikirkan kembali slogan reduce, reuse, recycle yang telah kita pelajari sejak sekolah dasar. Mungkin kita hanya berfokus pada masalah kertas dan plastik, tetapi tidak banyak orang yang menyadari bahwa daur ulang lebih dari sekadar hal tersebut.

Thirfting adalah kegiatan membeli baju bekas yang sedang menjadi tren saat ini. Menurut Thrift World, salah satu keuntungan terbesar dari tren thrifting untuk planet ini adalah membuat pakaian yang dibuang keluar dari tempat pembuangan sampah. Ketika dibuang, pakaian akan tetap berada di tempat pembuangan sampah selama ratusan tahun. Terutama pada saat ini, karena banyak pakaian yang terbuat dari bahan sintetis dan tidak akan terdegradasi.

Baca Juga:

Calvin Klein Mengedepankan Keberlanjutan dengan Memakai Serat Ramah Lingkungan

Pakaian yang dibuang akan mengambil sejumlah besar ruang pada TPA dan berkontribusi pada gas rumah kaca yang menjadi masalah utama planet kita. Bahkan pakaian yang terbuat dari bahan organik tidak akan terurai dengan benar di tempat pembuangan sampah dan malah akan menghasilkan gas metana.

Limbah tekstil mencemari lautan. (Foto: Instagram/@habibyjayatextile)

Ketika orang menyumbangkan pakaian dan melakukan thrifting, mereka telah memainkan peran besar dalam menjaga pakaian yang akan berakhir di TPA. Thrifting membantu mengurangi limbah tekstil karena pakaian didaur ulang dengan membuat orang lain untuk membelinya.

Laut adalah rumah bagi 50 hingga 80 persen dari semua kehidupan di bumi. Melemparkan racun ke laut berdampak pada kehidupan spesies air dan hewan yang memainkan peran penting dalam lingkungan. Sebagian besar pakaian saat ini berbahan poliester. Jenis kain ini tidak terurai di laut, jadi jika dibuang ke laut, pakaian ini dapat mencemari dan membahayakan lingkungan.

Baca Juga:

Ramah Lingkungan, 3 Brand Ini Mengusung Konsep Sustainable Fashion

Selain mencemari lautan, industri fashion juga harus disalahkan karena mengonsumsi air dalam jumlah yang sangat banyak. Industri fashion adalah konsumen terbesar kedua dari pasokan air di dunia. Sejumlah besar penggunaan air ini mempengaruhi pasokan air bersih untuk di konsumsi.

Sebagai contoh, dibutuhkan 650 galon air untuk membuat satu t-shirt katun baru dan sepasang jeans mengambil 1.800 galon air. Industri barang bekas mengurangi penggunaan air dengan menjual jeans yang dapat digunakan kembali dan diwariskan. Proses ini membantu mengurangi kebutuhan untuk memproduksi pakaian baru.

Pembuatan pakaian menggunakan banyak pewarna berbahan kimia. (Foto: Unsplash/Nick De Partee)

Secara umum, proses pembuatan tekstil melibatkan penggunaan pewarna berbahaya dan produk sampingan minyak mentah, sehingga industri fashion juga merupakan salah satu pencemar udara terbesar di dunia. Industri ini pun menghasilkan 10 persen dari semua emisi karbon manusia.

Meminimalkan polusi udara sangat penting untuk mencegah masalah kesehatan dan mencegah perubahan iklim. Belanja barang bekas mulai saat ini akan menghilangkan polusi kimia konstan yang dihasilkan dari produksi pakaian. Belanja barang bekas akan menyelamatkan planet kita. (tel)

Baca Juga:

Fesyen Berkelanjutan Ala M Missoni dan Yoox

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan