Thrifting, Ancaman atau Solusi?
Kamis, 09 Maret 2023 -
ANAK muda Indonesia saat ini cenderung lebih memilih untuk membeli produk luar negeri walaupun bukan barang baru. Kementerian Koperasi dan UKM (Kemenkop dan UKM) Hanung Harimba Rachman menilai perilaku ini dapat mengancam produktivitas UMKM.
Mode fesyen yang berkembang begitu pesat di kalangan influencer sehingga memacu anak muda untuk meniru menggunakan mode fesyen yang sama. Dilansir dari Goodstats yang melakukan survei tentang preferensi gaya anak muda, menemukan bahwa mode andalannya adalah kasual dengan persentase sekitar 62,5 persen dari total 261 responden. Selain itu sebanyak 64.4 persen responden menjawab mereka biasa mengeluarkan biaya di bawah Rp500 ribu untuk membeli barang fesyen.
Baca Juga:

Mode fesyen yang beragam dengan harga yang murah dapat dengan mudah ditemukan di pasar barang bekas atau kegiatannya biasanya disebut thrifting. Dari sumber yang sama, sebanyak 49.4 persen responden pernah melakukan thrifting dan hanya sekitar 16.1 persen responden yang menjawab tidak akan pernah melakukan thrifiting.
Jika mayoritas anak muda lebih memilih membeli item fesyen di pasar barang bekas, pasar UMKM akan terancam. Ini karena sedikit jumlah anak muda yang akan membeli produk mereka, sekalipun dalam kondisi baru.
Selain itu, pada Peraturan Menteri Perdagangan (Permendag) Nomor 18 Tahun 2021 tentang Barang Dilarang Ekspor dan Barang Dilarang Impor yang tertulis pada Pasal 2 ayat 3 bahwa “Barang Dilarang Impor berupa kantong bekas, karung bekas, dan pakaian bekas.” Meskipun demikian, barang bekas masih dapat kita temukan di berbagai lokasi.
Di sisi lain, membeli barang bekas juga memiliki sisi positif berdasarkan discovermagazine.com. Melakukan pembelian barang bekas dapat mengurangi sampah pada TPA dan menghemat sejumlah uang untuk membeli barang baru. Toko barang bekas masih menjadi bagian terkuat dari solusi untuk permasalahan sampah.
Baca Juga:

Thrifting membantu meringankan limbah fesyen pada Bumi karena memaksimalkan penggunaan baju atau produk fesyen lainnya. Apalagi ditambah mode fesyen saat ini yang bergerak cepat sehingga membuat lebih banyak limbah.
Dengan adanya kegiatan thrifting dapat menerapkan sustainable living yang berarti gaya hidup yang menyeimbangkan upaya lokal dan global. Ini untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia dengan tetap melestarikan lingkungan alam.
Membeli barang bekas memang menjadi kegiatan yang berdampak negatif dan positif tergantung dari arah perspektif. Jadi menurut kamu, thrifting menjadi ancaman atau solusi? (vca)
Baca Juga: