Cakalele, Tari Perang dari Maluku

Senin, 03 Juli 2017 - Ikhsan Aryo Digdo

Di Maluku Utara terdapat satu tarian yang identik dengan kaum pria, yaitu Cakalele. Tak usah heran kalau pria lebih mendominasi sebagai penari karena Cakalele merupakan tarian perang.

Dahulu tari Cakalele dilakukan sebelum atau sepulangnya para prajurit Maluku Utara berangkat perang. Sekarang, tarian ini sering dibawakan saat ada upacara adat. Bagi masyarakat Maluku, tari Cakalele juga memiliki makna tersendiri, yakni apresiasi kepada leluhur.

Tari Cakalele dibawakan secara berkelompok. Pria menjadi penari utama dan perempuan sebagai penari pendukung. Kemudian ada pula penari yang diibaratkan sebagai pemimpin perang serta penari yang membawa tombak. Sang pembawa tombak ini menyimbolkan lawan perang. Selain tombak, ada juga penari yang membawa parang dan salawaku.

Para penari biasanya memakai kostum berupa pakaian perang. Warnanya didominasi merah dan kuning tua. Pemimpin tarian yang biasa disebut dengan kapitan, mengenakan penutup kepala yang dihiaskan hiasan dari bulu ayam. Penari wanita memakai pakaian adat warna putih, kain panjang, dan menggenggam lenso atau saputangan yang dijadikan atribut.

Gerakan tarian yang dilakukan pria dan wanita pun berbeda. Para penari bergerak lincah sambil memainkan salawaku dan parang. Sementara, penari wanita lebih terlihat melakukan gerakan ayunan tanga, dan gerakan menghentakkan kai sesuai bunyi musik pengiring.

Tari Cakalele diiringi dengan tempo cepat menggunakan alat musik tradisional seperti, tifa, bia, dan gong. Dengan demikian kemeriahan dan semangat para penari akan terlihat pada tarian yang suka membawa penonton terbawa suasana.

Selain masih ditampilkan pada acara adat, dan penyambutan tamu, tarian ini juga dijadikan sebagai promosi pariwisata. Penambahan gerakan juga dilakukan untuk mengikuti perkembangan zaman. Akan tetapi, ciri keaslian dari tarian ini tetap dijaga.

Baca juga artikel tarian tradisonal Indonesia lainnya Mengenal Tari Lenso Dari Maluku.

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan