Tari Balet dengan Sentuhan Betawi ala Siswa SMK

Sabtu, 30 November 2019 - P Suryo R

KOMITE Tari, Dewan Kesenian Jakarta terus melakukan upaya untuk menghidupkan roh tari di Indonesia. Salah satunya lewat program telisik balet. Program Telisik Tari Balet Dewan Kesenian Jakarta (DKJ) merupakan rangkaian dari workshop intensif yang dilakukan selama beberapa tahun terakhir.

"Ini merupakan sesi ketiga. Sesi pertama adalah tari cokek, seni kedua tari melayu dan sekarang tari balet," ucap Ketua Komite Tari DKJ, Yola Yulfianti.

Baca Juga:

Kenalan dengan Tarian Balet Sambal Matah

betawi
Program Telisik Tari Balet Dewan Kesenian Jakarta, workshop tari. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Dipilihnya tari balet di telisik tari kali ini lantaran DKJ berpikir bahwa balet itu penting untuk perkembangan seni tari di Indonesia.

"Tari balet itu kan sebenarnya hadir sejak masa pendudukan Belanda. Namun di masa itu, tidak semua masyarakat Indonesia bisa mengakses tari balet karena Belanda menempatkan tarian tersebut hanya bisa dinikmati oleh lapisan masyarakat tertentu," tutur Perwakilan Dewan kesenian Jakarta lainnya, Rusdy Rukmarata.

Telisik Tari Balet DKJ ini bertujuan untuk mengajak para seniman, khususnya seniman tari untuk lebih mengenal dan mengetahui bagaimana tari balet masuk ke Indonesia secara kesejarahan dan bagaimana peran tari balet terhadap perkembangan seni tari tradisi dan kontemporer di Indonesia.

"Kami gali wacana dan sejarahnya lalu kami juga libatkan beberapa komunitas balet dan tari betawi," jelas Yola.

Baca Juga:

4 Tarian Tradisional Populer Khas Indonesia

betawi
Para penari Betawi tersebut akan mendapatkan kelas balet oleh Andrew Greenwood. (Foto: MP/Iftinavia Pradinantia)

Workshop yang dilakukan kali ini cukup menarik. alih-alih melibatkan penari balet, DKJ justru melibatkan penari Betawi dari SMKN 57. Para penari Betawi tersebut akan mendapatkan kelas balet oleh Andrew Greenwood, koreografer balet Inggris yang bermukim di Belanda.

"Program ini membaurkan batas yang ada dalam budaya kita sehingga bukan saja bisa memperkaya satu sama lain antara balet dan Betawi tetapi juga menghargai perbedaan yang ada di sekitar kita," kata Yola.

Bagi penari tradisional Betawi, membawakan tarian kontemporer balet merupakan tantangan besar. Itulah sebabnya di awal workshop, tak banyak siswa yang mau terlbat. "Mereka enggan karena ragu pada kemampuannya sendiri. Bisa ngga ya? Begitu" ungkap Rusdy. Namun, setelah percobaan pertama banyak penari yang "ketagihan" dengan kelas balet Andrew.

Jumlah penari yang ikut latihan pun terus bertambah. "Mereka melihat ini sebagai tantangan yang begitu menarik untuk ditaklukkan," cetus Rusdy.

Perjalanan panjang dari workshop tersebut bisa disaksikan oleh siapapun yang penasaran pada balet dengan sentuhan Betawi di Graha Bhakti Budaya, TIM Jakarta, Jumat (6/12). (avia)

Baca Juga:

Mengenal Tradisi Ruwahan Betawi, Ngaji dan Makan Bersama Jadi Kunci!

Bagikan

Baca Original Artikel
Bagikan